Hujan baru
saja reda senja itu. Tim monev baru selesai menggelar rapat pleno di aula
perpustakaan SD Margododi. Satu per satu emak-emak enerjik itu berlalu memacu
sepeda motornya. Kecuali Bu Ilah. Selaku tuan rumah, ia pulang paling akhir
karena harus mengunci pintu dan gerbang sekolah. Ia mempersilakan Bu Wiwit dan
Bu Denon yang sedari tadi diteffon suaminya, untuk pulang duluan.
Senja mulai
merangkak. Gelap pun sudah menebar aura. Ketika hendak menuju tempat parkir, Bu
Ilah baru sadar kunci motornya ketinggalan di meja. Ada rasa enggan untuk
kembali ke dalam. Tapi kunci itu …, ah, Bu Ilah jadi kebelet dan terpaksa
kembali masuk sekalian ke toilet.
Lorong yang
biasanya terang, nampak remang-remang. Tengkuk Bu Ilah mulai bergidik ketika melewatinya.
Jantungnya nyaris copot ketika tetiba ada suara benda jatuh. Degupnya mereda saat
telinganya menangkap suara meong. Namun, ia kembali merinding saat tahu tak ada
kucing disana. Ia bergegas mencari kunci di remang ruang tak berlampu. Meja
demi meja ia telaah, hingga tak sengaja menyenggol nakes yang jatuh bersama
kunci motornya. Dengan seribu langkah, Bu Ilah keluar dari gedung SD tertua itu.
Ia merasakan bawahannya basah kuyup hingga kaos kaki. Walau tadi ia lupa ke
toilet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar