Kamis, 10 Februari 2022

Harapan Putus

Menjadi pembantu di luar negeri sudah menjadi kelumrahan di kampung Surtini. Pekerjaan itu terpaksa ia jalani demi masa depan keluarga. Motif yang sama seperti perempuan lainnya. Penghasilan suaminya yang hanya kuli bangunan, hanya cukup untuk hidup di hari itu. Mana mungkin bisa mewujudkan mimpinya punya rumah sendiri. 

Surtini rutin mentransfer gajih ke Bang Kardi, suaminya. Ini sudah tahun keempat. Sudah terbayang istana kecilnya berdiri menghadap sawah. Disana senja-senjanya kan bergelimang cerita indah bersama keluarga. Malam-malamnya kan berhias bintang dan senandung nyanyian jangkrik. Jika musim hujan, katak-katak pun kan mendendangkan simponinya. Namun bayangan itu terasa menyirna sejak lost kontak dengan suaminya beberapa bulan terakhir.

Saat kepulangan tak ada penjemputan. Surtini diantar kendaraan PT yang memberangkatkannya. Tengah malam yang sunyi ia kembali dengan segudang harap kebahagiaan yang tiba-tiba saja pudar. Ketukannya disambut Bang Kardi dengan senyum yang tak biasa. Sementara sosok perempuan muda berbaju tidur yang bergelayut di pundak Kardi, membuat hatinya hancur dadakan. "Jadi ...," Surtini tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Penat selama perjalanan dan adegan tak terduga itu membuatnya shok. Tubuh Surti terkulai lemas di lantai....




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...