Minggu, 30 Agustus 2020

Kondangan

Pesta syukuran hajatan sudah menjadi tradisi di masyarakat. Walau masih situasi pandemi covid, tradisi ini tetap berjalan. Di masa New Normal, di beberapa daerah perhelatan ini sudah bebas dilaksanakan. 
Hari ini seorang rekan kerja menikahkan putrinya. Pk 09.00 brangkat dari rumah. Merayapi jalanan kabupaten dilanjutkan masuk tol Cipali sepanjang 60 km. Tiba di sekolah rekan-rekan sudah menunggu. Rombongan berangkat bareng menyusuri jalanan kampung. Blok Sukatani desa Cikawung terletak di kawasan hutan. Perjalanan naik motor asyik juga. Setelah menempuh 4 km sampailah di lokasi.
Nampak pedagang berjajar memenuhi jalan kecil menuju tempat hajat. Suasana ramai sekali. Alunan suara musik dangdut jaipongan mendukung kemeriahan suasana. Jemaripun mulai akrab menyalami sederetan crew hajat termasuk tuan rumah. Rombongan langsung berdesakan antri prasmanan. Pas banget dengan waktu makan siang. Masing-masing mencari tempat duduk yang masih kosong untuk menyantap menu hidangan. 
Sebagai penghormatan, kami stay beberapa saat di sana. Alhamdulillah event ini menjadi ajang silaturahmi. Kami bisa bertemu kawan-kawan yang lama tak jumpa. MC memanggil hadirin yang mau tampil di atas panggung secara bergantian. Kebanyakan dari kalangan keluarga, rekanan atau hadirin yang secara khusus ingin memeriahkan acara. Pemuda, pemudi, ibu-ibu bahkan anak-anak bergoyang mengikuti irama musik. Ini adalah ajang panen sang biduan. Di sela syair lagu, ia menyebut nama yang naik ke panggung. Saat itulah "saweran" berhamburan. Satu demi satu sang biduan mendekati mereka yang asyik bergoyang. Menyebut nama sambil mengajaknya goyang bareng. Bagi beberapa orang, ini merupakan keasyikan tersendiri. Angan pun terlena. Pusing hilang, hingga lupa sama hutang. Bagi yang kecanduan, sering isi dompet pun terkuras. Astagfirullah. Dengan ringannya tangan-tangan mereka menggelontorkan rupiah. Padahal, di saat berbeda ketika mereka bersanding dengan kotak sumbangan tempat ibadah, atau datang sang peminta-minta, betapa beratnya tangan mereka mencabut walau hanya selembar recehan. Ironis, memang.
Beberapa lagu kami nikmati sebelum kami meninggalkan tempat hajat. Menunggu barangkali MC memanggil, persiapan alakadarnya sudah disediakan. Tapi karena banyaknya request lagu, adzan Dzuhur menghentikan pentas itu sementara. Kami lepas dari arena pergotanfan. Kami pun pamitan.Teriring doa semoga kedua mempelai menjadi keluarga baru yang samawa. Aamiin.
Indahnya pemandangan hutan jati dalam perjalanan pulang, mengulang sesaat kesan di panggung pentas tadi. Angin sejuk sesekali menyapa wajah yang memanas diterpa ultra violet tengah hari musim kemarau. Aku bonceng motor dengan salah seorang staf TU yang berkendara sendirian. Kuda hitam yang kuparkir di halaman sekolah, segera membawaku kembali pulang. Kali ini tidak masuk TOL yang tarifnya lumayan mahal. Kucumbui jalanan biasa, agar bisa mampir di sebuah masjid tempatku biasa singgah. Usai sholat, kutarikan jemari di pentas blog ini. Membuat jejak dan berbagi cerita, mudah-mudahan ada manfaat bagi yang baca.

Masjid Jami Al Huda, Dusun Tegalwangon, Desa Palabuan, Kec. Ujungjaya, Sumedang.
Akhir Agustus 2020.


Mbak Via

 

Pentigraf Spesial Septembar Ceria
Oleh  Yoyon Supriyono


Paket promo Indrabath Tour & Travel bertajuk Tour D’Yogya, habis diborong warga RT 13. Registrasi online, memisahkan seat Paimin dan Aytun. Paimin di bus terakhir, sedang Aytun bus pertama. Walaupun kecewa, service plus-plus dari pihak travel, begitu membius keduanya. Kekecewaan hilang seketika. Bahkan Paimin dan Aytun lupa bahwa status mereka sudah tercatat di buku nikah.

On the road, bermacam acara digelar tour leader. Karaoke, quiz, game, hingga tebak-tebakan konyol berhadiah, semua ada. Di akhir trip, tour leader kembali tampil. “Jangan bilang sudah ke Yogya, kalau belum makan gudeg dan borong bakpia”, kalimat seloroh tour leader cantik bernama Via itu langsung disambut gembira. Kecuali Paimin yang tulen lahir di kota Gudeg, hal itu biasa saja.

Bus pun meluncur ke resto gudeg dan bakpia Jogkem yang lagi ngetrend. Dalam sekejap bakpia terlezat itu diserbu habi-habisan. Dalam perjalanan pulang, Via yang pede, menggelar quiz berhadiah terserah peserta. “Siapa yang tidak membeli bakpia Jogkem?” tanpa sadar seluruh peserta tour mengacungkan tangan. Tak disangka, Paimin yang tidak ngacung ternyata menjadi pemenang. Via pun mendekat dan bertanya hadiah apa yang diinginkan Paimin. “Karena saya tidak membeli bakpia, hadiahnya Mbak Via saja saya bawa pulang,” ujar Paimin penuh harap. Sorak sorai penumpang terhenti ketika tiba-tiba Aytun datang menjewer telinga Paimin.


Sabtu, 29 Agustus 2020

Wujudkan Mimpi di September Ceria

 

Prof Eko Indrajit

Oleh : Yoyon Supriyono

Bertemu di kelas maya dengan Prof. Eko Indrajit sebagai nara sumber, merupakan moment yang bernuansa tersendiri. Teringat kembali ketika beberapa kali on the stage bersama beliau sebagai pembicara. Penyampaian materinya yang runtut dan bernas, gaya bicaranya yang renyah mengalir seperti air sungai pegunungan, dan selingan candanya yang selalu membuat ger. Pokoknya, bersamanya waktu seperti berputar cepat, namun penuh kesan dan makna.

Malam ini, dengan dimoderatori Ibu Sri Sugiastuti alias Bu Kanjeng, beliau bertutur tentang lika-liku kepenulisan sebagai awal perkenalannya. Selanjutnya, pelatihan daring melalui grup WA ini dikemas dalam bungkus tanya jawab.

Profesor yang rendah hati ini merasa mendapatkan kehormatan untuk berbagi dengan dengan semua peserta. Di sisi lain, peserta merasa tersanjung bisa bertemu beliau. Walau hanya di dunia maya. Terlebih ketika beliau berkenan mendoakan semua peserta.

Diawali dengan kalimat motivasi bahwa pada dasarnya menjadi penulis itu mudah. Termasuk menerbitkan hasil karyanya. Hal ini terbukti dari banyak kisah dari penulis-penulis hebat yang menginspirasi. Kuncinya  adalah kemauan. Seperti pepatah, dimana ada kemauan, di situ ada jalan.

Selama hidup, beliau telah menerbitkan lebih dari 50 buku. Sebagian besar dipublikasikan dalam bahasa Indonesia, dan ada beberapa dalam bahasa Inggris. Sementara untuk artikel populer dan jurnal, sudah ratusan yang ia buat dan share secara gratis kemana-mana.

Motivasi awal beliau menulis adalah karena kesepian. Maklum, ketika itu pertama kainya tinggal di kos-kosan jauh dari orang tua. Semenjak semester I di ITS tahun 1988 itulah beliau mulai rajin menulis. Dengan sering menulis, maka jadi banyak teman. Mereka berkesempatan untuk sharing mengenai banyak hal, hingga akhirnya berkolaborasi. Karena jurusannya Teknik Komputer, beliau sering menulis di majalah-majalah komputer. Artikel pertamanya dimuat di majalah Mikrodata - versi lawas.

Kegemaran membaca buku sejak kecil, menjadi bekalnya untuk menulis. Majalah anak-anak seperti Bobo, Kuncung, Kawanku, dll menjadi santapan sehari-hari waktu beliau SD. Buku-buku favoritnya adalah karya-karya Karl May, RA Kosasih, Album Cerita Ternama, Cerita Lima Benua, Alfred Hitchcock, dan lain sebagainya. Ketika SMP dan SMA, sekolahnya mewajibkan membaca karya sastra Indonesia dan membuat sinopsisnya. Di SMA beliau memegang record selama 3 tahun studi, membuat 113 sinopsis dari karya-karya sastra Indonesia.

Beliau juga mempelajari sastra. Di masa mudanya, beliau membuat puisi, pantun, dan gurindam untuk menggoda dan mendekati wanita idamannya. The power of words memang luar biasa. Beliau berhasil menggaet artis cantik, Lisa A. Riyanto sebagai teman hidupnya. Romantis, bukan?

Menyudahi awal kisahnya, beliau melempar sebuah pertanyaan mengenai apa yang diharapkan peserta meluangkan waktu dua jam bertemu beliau secara virtual ini. Prof Eko sangat produktif dan bertangan dingin.  Apa yang jadi ide atau yang ada di benaknya bisa menjadi buku. Bu Kanjeng selaku moderator, tidak mau kalah dengan pengalaman beberapa peserta sebelumnya, berkolaborasi menulis dengan Prof Eko. Gayung pun bersambut. Prof Eko memang lain dari yang lain. Ketika para guru tak pernah bermimpi bisa menulis bareng dengan seorang profesor, beliau mewujudkannya. Bahkan, dengan rendah hati beliau bangga mendapatkan kesempatan menulis bersama guru-guru hebat dari berbagai wilayah di Indonesia, hingga buku mereka sudah diterbitkan oleh Penerbit ANDI. Beliau senang bisa membantu mewujudkan mimpi guru-guru Indonesia yang hebat-hebat. Subhanallah. Kali ini pun, kesempatan dibuka seluas-luasnya oleh beliau. Luar biasa.

Kekaguman peserta seperti saya, terbuai bersama lirik lagu karya Daljono, yang tak lain adalah kakek dari Prof Eko. (https://www.youtube.com/watch?v=nlTroILOLjw)

Peran Keluarga dalam Menulis dan Menumbuhkan Karakter

Keluarga di mata Prof Eko adalah segalanya. Keluarga adalah nomor satu. Familly is Everything. Mereka sumber inspirasi, motivasi, dan energi. Melalui kehadiran mereka, beliau menemukan cinta Sang Maha Pencipta yang begitu luar biasa.

Pengalaman terbaiknya adalah ketika beliau tumbuh kecil dalam sebuah keluarga di Dumai, Riau. Hidup di depan hutan bersama teman-temannya dengan rumah-rumah tanpa pagar. Setiap hari ke sekolah dan bermain sampai magrib, bersama seluruh laskar pelangi ketika itu.

Bakat menulisnya diturunkan dari keluarga? Bisa jadi. Ayah Prof Eko suka menulis. Ayahnya menulis karena tuntutan pekerjaannya sebagai pegawai pemerintah. Setelah 35 tahun berkarya dan pensiun, ayahnya mengajak menulis bersama. Hasil nulis bareng ayahnya kurang lebih sudah 10 buah buku. Sekarang di usia yang ke 79, ayahnya sudah menulis kurang lebih 20 buku dan diterbitkan dimana-mana. Alasan ayahnya menulis adalah agar tidak pikun, cari kesibukan dan bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat sekitarnya.

Untuk bisa menulis tentu harus banyak membaca. Hal ini harus dicontohkan kepada keluarga atau anak didik di sekolah. Buku yang dibaca Prof Eko, semua karya pujangga lama dan pujangga baru, seperti: Layar Terkembang, Siti Nurbaya, Perawan di Sarang Penyamun, dan lain sebagainya. Untuk anak zaman sekarang, akan lebih baik mencari buku-buku yang sudah ada filemnya, seperti "Tenggelamnya Kapal Van der Wijk". Kemudian meminta mereka melihat perbedaannya. Prof Eko mencontohkan anaknya yang suka melakukan hal tersebut. Suruh menonton dulu filmnya, baru baca bukunya. Ternyata, anaknya bisa menangis terharu, lho.

Salah satu cara menumbuhkan karakter positif pada anak, bisa dengan membaca karya sastra. Dengan membaca karya sastra, anak-anak belajar keindahan dan kosa kata baru. Dengan keindahan, suara hati akan terasah. Maka jadilah anak-anak kita mendapatkan benih-benih karakter yang baik. Cara menanamkan karakter positif kepada anak-anak sederhana. Berikan contoh. Karena pendidikan karakter dimulai dari keluarga, yang diperkuat oleh sekolah dan masyarakat.

Anak-anak sekarang senang kisah kepahlawanan atau yang heroik. Tetapi tidak suka membaca buku yang tebal-tebal. Nah, di toko buku sudah banyak tersedia kisah-kisah ringkas para pahlawan tersebut. Guru bisa berinovasi membuat ujian multiple choice online dengan bahan dari buku-buku cerita tersebut. Pasti anak-anak akan  membaca dengan serius.

Prof Eko mempunyai moto hidup yang sederhana, "Cara menabung paling mudah adalah dengan cara membagi". Dengan menulis, maka beliau bisa memberikan pikirannya walaupun sederhana kepada orang lain. Dengan demikian, tabungan jumlah teman dan jejaring meluas. Dari situlah beliau mendapatkan warna warni kehidupan yang tak terpikirkan sebelumnya. Cita-citanya bisa keliling Indonesia dibiayai orang lain berhasil menjadi kenyataan karena menulis.

Motivasi Menulis

Dalam satu kesempatan membuka pameran tahun 2008 yang lalu, Presiden Megawati pernah berkata "Tulis apa saja yang ada di kepalamu, niscaya pasti ada manfaatnya bagi sejumlah orang di tanah air". Kata-kata Ibu Mega itu semakin mendorong Prof.Eko sering menulis berbagai hal.

Rumus menulis bagi beliau mudah saja. Kalau orang senang ngobrol, berarti punya bakat menulis. Karena apa yang diobrolkan itu bisa ditulis. Kalau senang berfikir, berarti punya modal menulis. Karena apa yang dipikirkan dalam ditorehkan ke dalam kertas. Atau, jaman sekarang tinggal menarikan gemulai jemari di atas tombol keybord komputer.

Untuk memulai menulis, sebaiknya dari hal-hal yang sederhana dulu. Tidak usah cari target yang muluk-muluk. Apalagi sekarang jaman internet, dimana kita dapat mulai latihan melalui blog, seperti yang dicontohkan oleh Om Jay. Bagi penulis pemula bisa berpedoman pada 5W1H, yaitu menjawab pertanyaan What, Why, Where, When, Who, dan How. Ini bisa menjadi tulisan deskripsi yang lengkap.

Dalam menulis tak perlu takut salah, diejek teman atau dicuekin. Menulislah untuk berbagi kepada orang lain yang membaca. Seperti kata-kata dalam lagu Kasih Ibu, "Hanya memberi, tak harap kembali. Bagai Sang Surya, menyinari dunia". Jadi tidak perlu khawatir dengan apa yang ditulis.  Prof Eko juga sering tulisannya tidak dimuat. Biasanya bukan karena tulisannya jelek, tapi karena tidak selaras atau cocok dengan misi penerbitnya. Untuk meningkatkan kepercayaan diri, yang terbaik adalah dengan melawan hal-hal yang membuat kita takut.

Bagi yang super sibuk, bisa menulis malam hari. Prof Eko biasa menulis satu halaman sebelum tidur. Ini membantunya agar bisa ngantuk. Apa saja yang ada di kepala ia tulis. Kalau satu hari satu halaman, berarti tiga bulan sudah sekitar 100 halaman. Barulah diterbitkan dalam bentuk bunga rampai pikiran sebelum tidur. Tentu akan banyak yang baca, karena apa yang dialami dapat menjadi pelajaran indah bagi orang lain.

Mengenai gaya bicara yang renyah, Prof Eko memberi tips simpel, yaitu senang bergaul dengan banyak teman. Dengan banyak bergaul, maka banyak belajar dari cerita-cerita teman yang mengasyikkan. Kemudian cerita-cerita itu disampaikan kembali kepada orang lain.

Bagi beliau, menulis yang paling mudah adalah jika temanya sesuatu yang disukai dan dikuasai. Apapun itu. Memang, menyusun kalimat pertama terasa sulit. Tetapi ketika sudah berhasil, akan mengalir dengan sendirinya. Lama-lama menjadi ketagihan, dan melenakan, hingga beliau sering dimarahin istri karena terlambat makan.

Menurutnya juga, menulis itu adalah literasi yang bisa dilakukan semua orang. Mereka yang berbakat adalah yang bisa membuat karya-karya publikasi best seller, seperti penulis Harry Potter, Lord of the RIngs, dan lainnya. Semua orang, siapa saja, pasti bisa menulis. Beliau memberikan contoh, misalnya ada orang yang mengirimkan 50 pertanyaan kepadanya, mengenai hal-hal yang paling banyak ditanyakan guru selama PJJ. Bila semua pertanyaan tersebut ia jawab, dan jawaban pertanyaan tersebut diringkas, maka bisa menjadi sebuah buku hasil kolaborasi.

Cerita perjalanan hidup Prof Eko tidak selalu indah. Ia sering berada dalam posisi terpuruk berkali-kali. Tapi ia selalu berfikir bahwa masih ada jutaan orang yang hidupnya tidak seberuntung dirinya, walaupun dalam keadaan terpuruk. Ia mencoba berintrospeksi dan senantiasa bersyukur dengan segala yang Tuhan telah berikan kepadanya. Ketika orang sakit, itu agar terbentuk antibodi dalam tubuhnya. Demikian pula dalam keadaan terpuruk, itu agar kita kuat dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan. Tidak penting berapa kali kita jatuh, yang jauh lebih penting adalah berapa kali kita berani bangun dari keterpurukan dan move on untuk memberikan apapun yang terbaik bagi orang lain.

Teknik mengawali tulisan mudah saja menurut beliau. Pakai saja bahasa selayaknya kita mengobrol dengan orang lain. Biarkan mengalir secara natural. Setelah jadi, baru pelan-pelan diedit. Kalau perlu minta bantuan orang lain atau sahabat. Beliau dulu menulis karena selain kesepian di kos-kosan, juga karena ia ingin agar hidupnya memiliki arti bagi orang lain. Seperti kata Chairil Anwar, "aku ingin hidup seribu tahun lagi". Kalau kita menulis, dan ada jejak digitalnya di internet, maka anak cucu cicit kita bisa mengenal siapa nenek moyangnya dulu. Agar tekun dalam menulis, beliau mengacu sebuah peribahasa yang tepat yaitu: "Ala bisa karena biasa" dan " Tak kenal maka tak sayang”. Jika terbiasa, lama-lama, walaupun kecil dan sederhana karya tulisnya, akan menjadi ketagihan.

Untuk menularkan virus menulis kepada orang lain, menurut beliau tidak usah dipaksa. Tunjukkan saja karya-karya kita. Biasanya orang lain nanti akan kagum dengan yang kita lakukan.  Dan mereka akan meminta kita untuk mengajarinya. Nah, jika motivasi itu datang dari dalam diri, akan lebih mudah mengajarkannya. We are what we think. Jadi kalau kita anggap susah, maka akan jadi susah. Tapi kalau kita bilang bahwa kita pasti bisa, akan menjadi mudah adanya.

Jika mentok ide dalam menulis, Prof Eko menyarankan untuk buka Youtube Channel. Tulis kata kuncinya tema yang mau kita tulis. Simak orang lain bercerita mengenai hal itu. Niscaya ketermentokan anda akan segera mencair karena mendapatkan ide-ide baru yang segar.  

Namun jangan lupa, bila dalam tulisan kita ada kata-kata yang kebetulan sama atau kita menyitir karya orang lain, cantumkan sumber referensinya. Ini penting sehingga tidak dianggap plagiat. Untuk mengeceknya bisa menggunakan http://plagiarisme.net atau situs-situs online gratis lainnya.

Dari pelatihan menulis di grup-grup sebelumnya, telah terbit sekitar 10 buku hasil kolaborasi Prof Eko dengan peserta yang menerima tantangan beliau. Materinya diambil dari sesi-sesi di ekoji channel milik beliau. Tiap tema dalam tiap sesi dikembangkan menjadi tulisan dalam 2 minggu. Selanjutnya direvisi dan diterbitkan. Prof Eko hanya menjadi sahabat berjalan bersama guru-guru hebat Indonesia yang penuh dengan inspirasi.

Dari 73 judul yang disharingkan di Ekoji Channel, baru 9 yang jadi buku. Artinya masih ada 64 kandidat judul lagi. Prof Eko menunggu 10 orang lagi yang akan dibimbing selama bulan Agustus-September. Beliau menawarkan program September Ceria. Sebagai bahan materi masih banyak judul di Ekoji Channel yang masih hot menjadi bahan pembicaraan. Misalnya pada SESI 29, SESI 28, SESI 27, SESI 37, SESI 38, SESI 46, dan seterusnya. Pesrta yang berminat bisa langsung saja daftar ke beliau di 0818925926.

Buku karya Prof Eko ada beberapa jenis. Ada yang merupakan deskripsi dari buku-buku lain secara ringkas (bunga rampai), ada yang merupakan referensi bahan ajar (terstruktur), tapi ada juga yang pemikiran secara original. Tergantung pada apa tujuan menulisnya. Misalnya beliau dan istri suka menulis mengenai parenting yang berisi pengalaman mereka sebagai orang tua, maka ini tergolong yang original. Tapi kadang-kadang beliau diminta mahasiswanya menjelaskan teori yang rumit, maka beliau buat tulisan untuk memudahkan mereka memahami. Jadi ada yang sudah dikuasai, ada yang masih dipelajari, ada pula yang kombinasi keduanya.

Di antara buku-bukunya, yang paling berkesan bagi beliau adalah buku pertama yang ditulis semenjak kembali ke Indonesia dari studi di Amerika. Ketika itu Indonesia sedang memasuki krisis 1998, dan mahasiswa S2 Binus mengalami kesulitan membeli buku-buku import (sementara membajak atau fotocopi dilarang oleh institusi). Akhirnya para mahasiswa memintanya untuk meringkas semua buku-buku luar negeri yang dipakai kuliah S2. Jadilah buku pertama yang isinya bunga rampai 50 ringkasan tulisan. Kenapa berkesan? Karena ternyata banyak sekali yang senang dengan buku itu sampai dicetak berkali-kali oleh Elex Media Komputindo. Dari situlah kemudian motivasinya untuk menulis menjadi meningkat pesat.

Sebelum mengakhiri ulasannya, Prof Eko memberi closing statement sederhana "If you can dream it, you can do it". Tak lupa beliau mengajak peserta bergabung dalam program September Ceria, dan mengajak mewujudkan mimpi bersama menjadi kenyataan. Dirgahayu Indonesia yang ke-75. Merdeka !


Betti Risnaleni, Guru Enterpreneur Pendiri Insan Kamil

 




Oleh : Yoyon Supriyono

Apakah anda seorang guru? Apakah anda juga seorang enterpreneur? Apakah anda kedua-duanya? Menjadi seorang guru sekaligus enterpreneur sungguh luar biasa. Simak pengalaman Bunda Betti dalam resume berikut ini.

Nama lengkapnya Dra. Betti Risnaleni,MM. Biasa dipanggil Bu Betti. Jiwa enterpreneurnya bawaan sejak lahir. Karena ibunya seorang pembuat kue, sejak kecil ia rajin menitipkan kue di toko-toko. Hal ini pun ia lakukan ketika sekolah. Ia menitipkan kuenya di kantin sekolah. Demi jaga gengsi ketika menginjak remaja, ia datang ke sekolah pagi-pagi sebelum teman-temannya. Ia langsung menuju kantin sekolah untuk menitipkan dagangannya. Hingga temannya tidak tahu kalau kue yang dibelinya di kantin adalah miliknya.

Hal ini berlanjut hingga kuliah. Kebetulan ibunya buka usaha katering. Beberapa kantor dan pabrik menjadi langganannya. Baru setelah menikah, usaha catering keluarga ditutup. Capek kata ibunya.

Setelah lulus kuliah, Bu Betti mulai mengajar sebagai guru di sebuah sekolah. Pada tahun 1996, jiwa enterpreneurnya bertumbuh dengan dunia pendidikan yang digelutinya. Ia mulai buka kursus. Ia mengelola 24 pusat kursus di Bekasi.

Salah satu cabang kursusnya, ada yang ingin membuat TK. Kebetulan Bu Betti sudah punya yayasan. Dengan mengontrak sebuah rumah, berdirilah sebuah TK. Untuk buku materi, beliau sendiri yang buat. Dari mengenal tarik garis, mengenal angka, mengenal huruf, hafalan surat pendek, dan aritmatika sebagai unggulannya.

Tahun 2003 ia mulai merintis untuk mengelola sekolah TK dan SD Insan Kamil di Bantar Gebang. Ia berkolaborasi dengan Metropolitan Mall. Di sini ia menggelar lomba-lomba. Anak-anak dan orangtua terhibur. Bu Betti senang mendapat untung dari konsumsi.

Ia bekerja sama dengan orang yang mau membuat pusat kursus. Ia melatih guru-gurunya, kemudian mereka wajib memakai bukunya. Dari kegiatan pusat kursus dan lomba-lomba, timbul bisnis baru yaitu berjualan piala. Dari keuntungan itu bisa membantu operasional sekolah. Baru pada tahun 2009, untuk SD sudah terbantu dari dana BOS.

Pengalamannya inilah menjadi bahan best practise pada lomba kepala sekolah berprestasi, yang menghantarnya menjadi juara 1 di kota Bekasi dan juara harapan di Provinsi Jawa Barat. Salah satu poin terbesar pada lomba itu adalah dari menulis buku. Buku yang ia buat adalah buku materi pelajaran tentang aritmatika dan alfabet yang berjumlah sekitar 30 buku. Padahal, saat itu motifnya menulis adalah karena uang. Uang yang ia gunakan untuk membantu biaya operasional sekolah.   

 Setelah sekolahnya sudah berjalan baik, ia mulai tertarik lagi dengan kuliner. Ia banyak mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan hal itu. Sertifikasi pendidik dan sertifikasi wirausaha, kini sudah ia miliki. Melalui HAKI, merk produknya sudah paten, halal dan pirt. Kini usahanya menjadi UMKM binaan Dinas Koperasi Bekasi.

Membangun sebuah usaha awalnya harus berani mencoba dan memulai. Kalau tidak dimulai, bagaimana dikenal orang. Ia berusaha menjadi orang yang menonjol pada setiap perkumpulan. Berani mencoba dan pantang menyerah. Gunakan peluang setiap ada kesempatan. Karena kesempatan itu belum tentu terulang kembali. Dalam membangun komunikasi atau relasi bisnis yang baik agar menguntungkan, ia biasanya agak penurut dulu, jangan meninggikan diri dulu. Kalau lawan bicaranya meninggi, baru ia perlu pamer dan keluarkan kesombongan.

Salah satu motivasi untuk mendirikan sekolah, berawal ketika ia tidak dapat menyekolahkan anaknya di sekolah bagus karena ia dan suami hanya menjadi guru yang penghasilannya kecil. Karena itulah ia bertekad ingin membangun sekolah, yang siapa aja yang mau sekolah disitu bisa. Yang kaya bayar normal, yang tidak mampu bayar semampunya dan yang yatim gratis. Kalau anak orang kaya sekolah di tempat bagus, itu biasa. Yang miskin di tempat jelek itu juga biasa. Tapi yang tidak mampu bisa sekolah ditempat bagus itu luar biasa. Makanya ia buat sekolah itu karena ia guru, pasti bisa. Dan jadilah Sekolah KB-TK dan SD Insan Kamil, yang kini sudah dikelola anak anaknya. Ia sekarang menikmati masa tua dengan membuka kedai di samping rumah. Tempat ngumpulnya guru guru atau siapa aja yang mau ngumpul.

Bunda Betti selalu menikmati segala yang terjadi. Ia selalu berdoa kalau mau melakukan sesuatu. Ia selalu memohon ridho dari Allah. Ia memohon untuk dimudahkan bila yang dilakukanna diridhoi  Allah. Ia juga memohon untuk dipersulit bila yang dilakukannya itu sulit dan Allah tidak ridho. Jadi apapun yang ia lakukan tidak pernah ia harap berhasil. Jika sulit, berarti itu sinyal Allah tidak ridho dengan itu. Jadi ia selalu menikmati apa yang saya lakukan.

Ia juga selalu menikmati hambatan yang ada dalam perjalanan hidupnya. Ia pernah beli tanah untuk lapangan olah raga anak-anak. Letaknya 50 meter darisekolah. Tapi tiba-tiba jalannya ditutup, hingga tanah itu tidak bisa berfungsi. Atas kehendak Allah, tanah di belakang sekolah dijual oleh pemiliknya. Akhirnya tanah itu ia beli dengan uang hasil menjual rumah orangtuanya di Padang.

Sekolah yang bagus tentu harus bagus fisiknya, bangunannya, peralatannya dan materinya. Di sekolahnya ada hafalan juz amma, walaupun baru juz 30, ada braingym, dan kegiatan ekskul gratis. Dalam hal prestasi, siawanya ada yang juara olympiade matematika se-Jawa Barat, duta baca Jawa Barat, dan juara karate nasional. Di Bekasi, TK dan SD Insan Kamil cukup terkenal.

Jadi, selagi bisa berkarya, berkiprah, lakukanlah. Lakukanlah sesuatu, karena kalau kita melakukan sesuatu yang baik, di situ Allah juga sudah siap menolong kita. Kalau itu memang bagus, hati kecil kita tak mungkin mengingkarinya. lakukanlah apa yang bisa dilakukan . Yang penting kegiatan itu positif dan tidak merugikan orang lain.




September Ceria


Pentigraf 

September ceria. Kenapa tidak? Bulan ini bulan kelahiran Paimin. Aytun, sang mantan tak pernah melewatkan moment indah lelaki pujaannya ini.


Ketika jalan-jalan di Lazada, Aytun sudah berselancar mencari birthday gift yang cocok di tahun kuda ini. Arloji rolex warna emas, sepeda kumbang antik, atau celana dalam Batman style biar macho. Aytun masih bingung memilih. Juga masih convert price dengan uang arisan yang akan didapatnya bila namanya keluar. Ada baiknya bertanya dulu pada Arjunanya, gift apa yang dia ingin.

Suatu malam di aroma kopi Toraja, Aytun bermanja pada Paimin.
"Yang, di ultahmu nanti mau hadiah apa dariku?" kepalanya disandarkan di pundak Paimin. 
"Gimana kalau minta Mahmud saja," canda Paimin. "Mahmud sih apa, sayang?" Aytun kepo, khawatir uangnya nanti gak cukup.
"Mamah muda," jelas Paimin tertawa.
"Apa???" Kopi setengah panas itu nyaris membasuh muka Paimin. Untung jurus anti airnya masih bekerja sempurna.

By : Yoyon Supriyono




 

Senin, 24 Agustus 2020

Menjadi Guru Hebat dan Tangguh Ala Bu Salamah

 


Bersyukur bisa menyimak pengalaman menulis buku dari seorang ibu guru hebat dan tangguh, Ibu Salamah. Beliau mengajar di SD N 2 Wonosobo, Jawa Tengah. Selain mengajar, ia adalah mentor CPNS dan psikotest. Ia diangkat PNS pada tahun 2010.

Berawal pada tahun 2011, ketika uji kompetensi guru baru akan dimulai. Ketika itu ia diminta oleh teman-teman guru yang sudah sepuh, untuk mengajari mereka cara menaklukkan soal-soal uji kompetensi awal. Apa yang diberikan kepada ibu-ibu guru senior itu ia tulis. Ya, hanya menulis. Ibu Salamah belum mengenal penerbit. Hingga akhirnya terpikir olehnya untuk menulis buku. Ia mulai mencari penerbit. Namun, apa yang dicari tidak didapatkannya. Di tengah keputusasaan, di facebook ada seorang editor sebuah penerbit mayor di Indonesia. Ibu Salamah iseng-iseng menyapa di inbox. Tak diduga editor itu membalas. Sejak saat itu terjadi komunikasi yang baik dengan sang editor.

Tahun 2011,  buku Uji Kompetensi Awal ia tulis. Kala itu, di daerahnya tidak ada satu pun guru yang menulis. Anggapan mereka bahwa menulis itu tidak penting. Banyak yang memandang miring terhadap Bu Salamah karena menulis buku. Menulis buku dianggap tidak penting dan tidak layak bagi guru. Namun, justru bukunya laku keras saat itu.

Pada tahun 2012 uji kompetensi guru mulai diadakan. Dia mulai menulis buku uji kompetensi guru. Sumber materinya berasal dari sebuah ilham. Ia mengarang sendiri dengan mengkira-kira materinya. Ia berpikir yang ditanyakan mungkin hal pedagogik dan profesionalisme guru. Dia mencari silabus untuk dipelajari sebagai sumber tulisannya. Dari sana materi dikembangkan. Menulis buku uji kompetensi guru itu ternyata sangat sulit. Ia harus mencocokkan silabus, antara KD, indikator, tujuan, dan lain-lain. Menyelesaikan satu soal saja terkadang bisa sampe 4 jam. Buku itu benar-benar membuatnya menangis dan terharu.

Namun hal buruk menimpanya setelah melalui sederet kesulitan dalam menuntaskan bukunya. Di sebuah fotocopy ia mendapati bukunya difotocopy ratusan exemplar oleh seorang guru, kawanya sendiri. Dari buku itu ia hanya mendapat royalty selama 6 bulan. Cuma Rp 700.000. Yang disesali bukan besarnya royalty, tetapi bukunya yang difotocopy. Padahal harganya cuma Rp 55.000. Dia cuma mendapat 10 % dari penjualan, dan harus dipotong pph 15%. Sangat tidak sebanding. Namun hal itu tidak membuatnya terpuruk, justru dia ingin menggerakkan mental agar orang menghargai sebuah karya. Saat itu belum ada guru menulis. Belum ada aturan menulis buku untuk naik pangkat. Sehingga anggapan saat itu untuk apa menulis buku.

Bu Salamah mengadukan yang terjadi kepada kepala dinas dengan membawa bukti bahwa bukunya difotocopy. Saat itu ia baru 2 tahun menjadi PNS. Dia mendapat apresiasi dari kepala dinas. Seharusnya guru muda disuport, bukan dijatuhkan karyanya.

Hikmah setelah kejadian itu ia diundang kemana-mana sebagai nara sumber UKG. Berkah dari buku itu ia mendapat uang lebih banyak sebagai nara sumber. Sejak itu ia semakin cinta menulis dan mencintai tulisannya. Terutama postingan tulisannya di instastory. Ia banyak menulis quote yang  tiap harinya dilihat oleh 600-700 orang. Quotenya terutama tentang motivasi, kegundahan, keterpurukan, bagaimana harus bangkit, dsb. Dia mulai menulis buku yang banyak menghasilkan uang. Semua berjalan di luar kendali otaknya, di luar ekspektasi dan dugaannya. Ia mendapatkan itu dari buah berpikir dan kegigihannya. Ia tidak pernah surut langkah untuk tujuan yang ingin ia capai.

Buku fenomenalnya dibuat pada tahun 2015. Ketika itu ia divonis tidak bisa hamil oleh dokter. Tapi ia tidak percaya. Ia tetap berusaha bagaimana untuk bisa hamil. Satu-satunya cara adalah dengan bayi tabung. Dia tidak tahu bagaimana mendapatkan biayanya, sementara gajinya hanya Rp 2 juta per bulan.

Alhasil, dia menulis buku Drilling Psikotest. Buku itu diterbitkan pada bulan Agustus 2015. Pada Oktober 2015 buku itu  laku 2000 exemplar. Hanya dalam waktu 2 bulan langsung mendapat predikat best seller. Mengapa bisa sefenomenal itu? Karena ia percaya, bahwa Allah yang telah menetapkan. Walaupun mengalami keterpurukan, kesakitan, serta hal-hal teburuk, tapi ia tetap semangat, tidak putus asa, tidak pernah marah, baik kepada manusia maupun kepada Allah. Bukunya mulai menghasilkan pundi-pundi uang yang banyak untuk digunakan dalam hidupnya. Ia tidak lagi mengajukan proposal ke penerbit, justru penerbit yang menghubunginya, memberinya tawaran menulis buku. Dan, ia selalu siap, hingga sekarang.

Dari buku Drilling Psikotest, dia menghasilkan manfaat yang banyak sekali. Dia menjadi mentor psikotest. Tiap hari orang datang ke rumahnya. Dia bekerja di sekolah dari pagi s.d jam 4 sore. Di rumah membimbing psikotest CPNS dari jam 5 s.d 10 malam. Jam 11 baru mengurus keluarga dan lainnya. Di musim pembukaan CPNS, ia harus kerja keras membuat soal, menetapkan prediksi soal, dll. Mulai tahun 2015, banyak orang yang ia loloskan menjadi CPNS. Tahun 2018 banyak yang ikut bimbingan psikotest CPNS di tempatnya. Pada tahun 2019,  98% orang yang ikut bimbingannya lolos CPNS dan separoh lebih mengikuti SKB. Saat ini ada 25 guru SD yang siap ikut test SKB.

Dari royalty bukunya, ia bisa mengobati anak bayi tabungnya yang divonis menderita kista di otak. Dengan biaya ratusan juta, bisa berobat operasi berkali-kali, bisa menghidupi keluarga dan memenuhi kebutuhan hidup lainnya.

Di sekolah tempatnya mengajar, ia mendongkrak prestasi anak didiknya. Di antaranya juara 2 OSN IPA murid SD tingkat nasional, juara pidato tingkat nasional, juara I Tari tingkat provinsi, membimbing menulis anak SD hingga menerbitkan buku. Ia juga membuat karya inovatif membuat kincir air dari barang bekas dan dilombakan. Juga sebuah karya fenomenal musik pembelajaran tentang pahlawan. Ia berkolaborasi dengan mahasiswa UNY jurusan musik membuat musik pembelajaran, juga video pembelajaran lainnya. Di kelas, banyak alat peraga atau media pembelajaran yang dibuatnya sendiri. Di bidang karya anak, muridnya mengikuti lomba apoteker cilik tingkat dunia dalam peringatan hari Farmasi Indonesia (untuk menyimak, googling di AAI atau Asosiasi Apoteker Indonesia). Dia tidak suka bercerita tentang sebanyak apa prestasinya, tapi dia lebih suka bercerita bagaimana dia jatuh dan terpuruk hingga dapat memotivasi orang lain.

Tentang tips dan trik supaya bisa lolos SKB CPNS, Bu Salamah dengan senang hati melayani mentoring bagi peserta belajar menulis di grup WA.

Dalam setiap menulis buku, Bu Salamah memperoleh inspirasi bisa dari mana saja. Khusus buku mayor inspirasinya dari kebutuhan pembaca (market oriented).

Cita-cita Ibu Salamah ingin menulis lebih banyak buku sampai akhir hayatnya. Warisan buku akan menginspirasi anak-anaknya. Baginya, dunia bisa berubah seiring perkembangan zaman dan teknologi. Hanya ada satu yang tidak bisa berubah yaitu diri kita sendiri. Maka dari itu mulailah berkarya untuk diri sendiri dan untuk anak cucu.

Setiap buku memiliki cita rasa sendiri. Setiap buku juga punya cerita sendiri. Dari sekian banyak, ada satu bukunya yang menjadi referensi universitas yaitu buku Strategi Pembelajaran. Buku itu hasil kolaborasi dengan seorang rektor dan guru besar, Prof. Komaedi. Buku itu yang paling membanggakannya, karena ia bersanding menulis buku dengan seorang profesor, rektor dan guru besar.

Pada Desember 2018, dia mendapat penghargaan dari pak Jokowi sebagai pemecah rekor guru penulis nasional. Dia duduk tepat di belakang pak Jokowi. Ketika pak Muhajir lewat membawa bukunya, ia minta berfoto dengan menteri pendidikan itu. Ia begitu senang melihat bukunya dipegang pak menteri

Di mata ibu guru tangguh ini, yang paling berkesan adalah ketika karyanya dihargai, dan yang menyedihkan bila karyanya dipotocopy atau dijual murah. Seperti nasib buku CPNS yang terakhir ada di sebuah pasar di Jogya dijual hanya Rp 40.000 dan diproduksi ribuan eksemplar. Padahal harga sebenarnya Rp 150.000. Ini contoh tidak adanya penghargaan terhadap sebuah karya. Buku CPNS itu buku favoritnya, karena menghasilkan uang ratusan juta rupiah baginya. Buku itu baru dirilis pada bulan Juli 2019 dan sudah laku 4650 exemplar lebih dalam jangka waktu kurang lebih 6 bulan. Tak heran, bagi Ibu Salamah menulis buku itu menyenangkan. Selain sebagi eksistensi diri juga bisa menambah pundi-pundi uang.

Cita cita Bu Salamah yang belum tercapai adalah menulis novel. Ia berharap novelnya bisa difilmkan. Novel yang akan mencerikan kisah hidup guru ini judulnya ‘ME’. Baru 120 halaman dari target 600 halaman. Hingga saat ini, ia sudah menerbitkan 34 buku.

Saat ini jejaknya sudah banyak diikuti guru-guru di daerahnya, walaupun masih buku indi. Kalau rekan satu sekolahnya yang sekarng belum ada, karena semua gurunya hampir pensiun. Sarannya menjadi penulis buku mayor. Berjuang, semangat tetapkan langkah lurus ke jalan jangan tengok belakang nunduk ke bawah, lurus ke jalan hingga tujuan tercapai. Bravo

Di era pandemi covid-19, ia menulis ketika dikejar target. Ia bisa menyelesaikannya hanya dalam 2 minggu atau 1 bulan. Ia juga membuat video pembelajaran sambil nyambi ngajar online dan home visit. Setiap hari ia melakukan home visit. Satu anak durasinya 2.5 jam per datang atau sekali pertemuan. Itulah kegiatan mengajarnya di era pandemi.

Ibu Salamah yang suka mie dan hobi tidur, punya moto jadilah motivator bagi diri sendiri. Motivator terhebat adalah semangat yang bersal dalam diri sendiri. Untuk mengenalnya lebih dekat bisa berteman di facebook Salma Karyodinomo Saimin, instagram salma_abimanyu, channel youtube: channel salamah.

Tetapkan langkah, satukan otak, bulatkan tekad, lurus ke depan, raih semuanya, bravo, kita bisa kita mampu dan kita akan melewati setiap rintangan dengan mudah. Majulah guruku, majulah Indonesiaku. Bravo. Itulah kata-kata penutup dari Ibu Salamah, guru hebat dan tangguh.


Selasa, 18 Agustus 2020

Mimpi Besar Ala Cikgu Tere

Belajar menulis dari pengalaman penulis yang sudah menerbitkan buku adalah hal yang luar biasa. Apalagi ada surprise hadiah di akhir kegiatan dan sederetan prestasi yang pernah diraihnya, sungguh sangat menambah antusias peserta. Penasaran siapakah dia? Mari simak resume berikut ini.

Nama aslinya Theresia Sri Rahayu, S.Pd. SD. Ia akrab dipanggil Cikgu Tere. Guru sekolah dasar kelahiran Kuningan, 13 September 1984 ini mengajar di SDN Waihibur, Kabupaten Sumba Tengah, Nusa tenggara Timur. Agar tidak penasaran, berikut prestasi yang pernah diraihnya sampai dengan saat ini : Juara 1 Guru Berprestasi tingkat Kecamatan Padalarang – Kab. Bandung Barat (2014), Juara 2 Lomba Guru Berprestasi tingkat Kab. Bandung Barat (2014), Juara 3 Lomba Guru MIPA tingkat Kec. Padalarang (2014), Juara 1 Olimpiade Guru Nasional tingkat Provinsi NTT (2018), Finalis Lomba Olimpiade Guru Nasional tingkat nasional (2018), Finalis Lomba Alat Peraga Matematika Sederhana tingkat nasional (2018), Peserta Short Course ke Luar Negeri dalam Program 1000 Guru ke Luar Negeri (2019), 40 besar penerima dana hibah penelitian pada program Teaching Challenge (2019), Finalis Course on Developing Lesson Study for Primary Mathematics Teacher tingkat internasional (2019), Guru Inti Terbaik dalam Pembekalan Guru Inti Program PKP tingkat Provinsi NTT (2019), Peserta Terbaik dalam Bimtek UKS Regional Bali, Sahabat Rumah Belajar Provinsi NTT (2019), Finalis Lomba Mathematics Teaching Learning Model (MTLM) tingkat internasional (2019), Kader Inti Gerakan Ajarmat / Ayo Belajar Matematika (2019), Peresume terbaik dari KSGN dan Pelatihan Belajar Menulis Bersama Om Jay (2020), Blogger inspiratif dari Ikatan Guru TIK PGRI dengan Penerbit Andi Yogyakarta pada bulan (2020), dan 35 selected participants of Advance Online Course SEAMEO Qitep in Mathematics (2020). Hebat, bukan?

Ibu Tere punya keyakinan yang kuat bahwa setiap orang pasti mempunyai mimpi besar dalam hidupnya. Namun, tidak semua orang dapat mewujudkannya. Nah, dia adalah salah seorang yang berhasil mewujudkan salah satu mimpi besarnya yaitu menerbitkan buku di Penerbit Mayor.

Campur tangan Tuhan itu pasti. Peran teknologi tak dipungkiri. Tuhan telah mengirim Omjay, yang bagi Ibu Tere adalah sosok yang sangat luar biasa yang telah menularkan virus menulis dan memberikan kesempatan kepadanya untuk mendapatkan keajaiban menulis setiap hari. Ia adalah salah satu peserta kegiatan Belajar Menulis melalui WA Grup yang digagas oleh Om Jay dan tim narsumnya. Ia tergabung di Grup Pelatihan Menulis Gel. 4. Dalam salah satu materi, ia diberi tantangan oleh Prof. Richardus Eko Indrajit, narasumber pada pertemuan itu. Karena materinya sangat menarik, ia pun sangat antusias untuk mengikuti tantangan yaitu menulis buku dalam waktu seminggu. Prof. Eko memberi kebebasan untuk memilih topik buku, yang materinya terdapat dalam chanel youtube beliau yaitu Ekoji Chanel. Di channel ini Prof. Eko setiap hari melakukan live seminar di youtube dengan berbagai topik yang sangat menarik dan bermanfaat. Bila berminat dapat menyimak di https://www.youtube.com/channel/UCa3LCo2Zjy_h_NaWz1V2jOw.

 Topik yang dipilihnya tentang Ubiquitous Learning. Sebuah tema yang membuatnya penasaran. Setelah menyimak materinya di  ekoji channel, ia langsung mendaftarkan namanya untuk menjadi penulis buku. Tak lupa ia mencari referensi di google terkait Ubiquitous. Ia pun segera menyusun outline, membuat judul dan mengirimnya ke Prof. Eko. Bukunya diberi judul  Belajar Semudah Klik, Membangun Ubiquitous Learning Dalam Konsep Merdeka Belajar. Prof. Eko menambahkan satu kata yaitu Ekosistem. Sehingga judul bukunya menjadi Belajar Semudah Klik, Membangun Ekosistem Ubiquitous Learning Dalam Konsep Merdeka Belajar. Keesokan harinya, cover bukunya sudah muncul. Kata Prof Eko untuk memotivasi guru - guru yang lain. Setelah itu, ia digabungkan dalam satu grup WA yaitu Menulis Bersama Prof. Ekoji. Grup ini beranggotakan 20 orang. Terdiri dari para guru dan dosen penulis dari berbagai daerah yang menyatakan kesanggupannya menulis buku dalam waktu satu minggu. Di grup ini mereka saling memotivasi agar dapat menyelesaikan tantangan tepat waktu.

Bisa kita bayangkan, pada masa pandemi, di daerah tempat Bu Tere mengajar tidak memungkinkan pembelajaran online, maka ia menyusun LKS dan melakukan kunjungan ke rumah siswa. Di samping kesibukannya sebagai guru, ia  juga memiliki kewajiban utama sebagai ibu rumah tangga. Panik, stress, dan pusing karena tidak bisa membagi waktu dengan sekian banyak kesibukan. Namun berkat kegigihannya, naskah buku pun selesai. Secara virtual, satu per satu hail karya dipresentasikan.

Selesai kegiatan, Prof. Eko menyampaikan beberapa ketentuan teknik penulisan seperti jenis huruf menggunakan verdana, ukuran 10, spasi tunggal ukuran kertas A5, minimum 100 halaman, paling sedikit 5 bab dan dilengkapi dengan index dan daftar pustaka.

Perjuangan menulis pun belum selesai. Ternyata, ketentuan yang disampaikan Prof Eko melahirkan tantangan baru bagi Bu Tere. Jumlah halamannya baru mencapai 60 halaman. Ia juga harus belajar bagaimana cara membuat index dan daftar pustaka serta daftar isi otomatis. Segera ia mencari tambahan 2 bab dan menulis lagi sampai di atas 100 halaman. Benar-benar memicu adrenalin!

Lalu,  bagaimana cara Ibu Tere membagi waktu, sementara ia berperan sebagai guru, ibu rumah tangga sekaligus penulis? Tentu saja wanita cerdas seperti dia tidak akan kehabisan akal. Ia minta bantuan suaminya. Bukan untuk menulis, tapi menjaga anaknya yang masih berusia 3,5 tahun. Terutama, saat dia butuh ketenangan ketika mau menulis. Jadi, dukungan keluarga sangat penting. Buat komitmen dan kesepakatan bersama agar terbangun harmonisasi. Malam dan pagi hari sebelum beraktivitas di dapur, ia sempatkan juga untuk menulis. Dan yang penting adalah komitmen untuk menulis.

Perjuangan dan pengorbanan Ibu Tere tak sia-sia. Dari paparan secara virtual, naskahnya dinyatakan DITERIMA DAN AKAN DITERBITKAN oleh Penerbit Andi. Tak lama ia pun menerima proof bukunya. Proof itu berupa naskah buku yang sudah dilayout tapi masih berupa lembaran untuk dikoreksi kembali olleh penulis bilamana ada kesalahan. Hingga, penantian panjang pun berbuah manis. Ia menerima Proof naskah buku berikut lampiran Surat Perjanjian Penerbitan dari Penerbit Andi.

Pengalaman Ibu Tere  ini menjadi bukti bahwa peserta belajar menulis bisa menulis dan menerbitkan buku di penerbit mayor

Nah, apa sih  tips dan trik yang diterapkan Ibu Tere? Pertama, buat time schedule (targetkan berapa bagian atau halaman dalam sehari). Kedua, kumpulkan referensi sebanyak mungkin. Ketiga, jauhkan HP, kecuali benar-benar dibutuhkan. Keempat, nulis dulu edit kemudian, dan kelima, bekerja sama dengan keluarga.

Dalam menyusun naskah, Bu Tere memiliki tips agar bukunya laku di pasaran. Pertama, tentukan topik yang baik dan menarik. Untuk menentukan topik atau tema, salah satunya menggunakan google trend. Tujuannya agar bisa melihat kecenderungan minat masyarakat pembaca sebagai pasar dari buku kita. Hal ini penting bagi penulis yang belum terkenal. Setelah itu, buat mind map terkait topik, hingga menemukan judul yang menarik. Lalu kembangkan judul menjadi outline naskah. Isi tulisan minimal 5 bab, upayakan mencakup 5 W + 1 H agar sesuai harapan yang ingin diketahui orang terhadap buku kita.

Jika berminat menulis buku dan ingin diterbitkan oleh Penerbit Mayor, sebaiknya kenali dulu seluk beluk (visi dan misi) Penerbitnya. Terutama hal-hal terkait syarat dan prosedur penerimaan naskahnya.

Ibu Tere hanya segelintir orang yang berani bermimpi besar. Namun baginya, mimpi itu laksana sebuah kunci untnk menaklukan semua rintangan di dunia. Jadi, peliharalah mimpi itu dan segeralah bangun untuk mewujudkannya.

Sudahkah kita bermimpi besar seperti Cikgu Tere?

 

Senin, 10 Agustus 2020

CLBK Ala Pak Roma


Oleh Yoyon Supriyono

Belajar menulis bersama Omjay dan PGRI, kali ini menghadirkan nara sumber dengan nama lengkap Yulius Roma Patandean, S.Pd. Ia adalah guru Bahasa Inggris di UPT SMAN 5 Tana Toraja, sejak tahun 2015 hingga sekarang. Ia akrab disapa Pak Roma oleh siswa dan rekan-rekan gurunya. Selain mengajar, ia sering menjadi juri pada Lomba-lomba Debat bahasa Inggris tingkat SMA dan Lomba Story Telling tingkat SMP di Kabupaten Tana Toraja. Pernah juga menjadi dosen tidak tetap di Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia Toraja, sebagai Tutor di Universitas Terbuka dan sebagai Fasilitator Belajar di Yayasan Trampil Indonesia. Dalam organisasi beliau menjabat Wakil Sekretaris PGRI Kabupaten Tana Toraja dan Sekretaris Perwakilan YPLP PGRI Kabupaten Tana Toraja.

Dalam hal menerbitkan buku, berawal dari amanat yang diberikan PGRI Kab. Tana Toraja untuk mengikuti Rakornas Virtual PGRI. Di sisi ia kenal Omjay, hingga bergabung pada pelatihan Belajar Menulis lewat Grup WA di grup 8 dan grup 9.

Pada satu kesempatan pelatihan, ia ditantang menulis bersama oleh nara sumber, Prof. Richardus Eko Indrajit. Materi saat itu bertema Menulis Dalam Satu Minggu. Ia menerima tantangan dan memilih judul yang disiapkan Prof. Eko. Pak Roma memilih judul DIGITAL TRANSFROMATION, Berubah Untuk Menguasai Dunia. Judul ini diambil dari topik webinar di YouTube EKOJI Channel. Penyusunan outline dilakukan sendiri dengan bimbingan Prof. Eko. Sedangkan materi diambil dari webinar di Ekoji Channel, materi dari internet, buku sumber dan pengalaman pribadi. Semua dijalani Pak Roma dengan konsisten, hingga kabar bahagia itu datang dari penerbit ANDI, bahwa naskahnya lolos untuk diterbitkan.

Seluruh rangkaian proses belajar dari pengalaman di berbagai kegiatan yang dilakukan hingga sukses menulis buku, Roma mengkristalkannya dalam istilah CLBK. Bukan CLBK beratmosfir asmara ala kawula muda, tetapi sebuah singkatan dari COBA, LAKUKAN, BUDAYAKAN dan KONSISTEN. Sebuah istilah padat makna, berisi ajakan dan perintah mengikat kepada diri sendiri dan orang lain. Bila Omjay mengatakan "Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi", maka Pak Roma bilang, "Tuailah hasil selama masih sanggup CLBK."

Di mata Pak Roma, tak ada satu keberhasilan tanpa mencobanya terlebih dahulu. Sama halnya dengan menulis, memulainya hal yang susah. Tetapi dengan mencoba berulang-ulang, lama kelamaan akan terlatih.(Coba)

Bila sudah mencoba, menemukan rasa dan keunikan tulisan, maka harus terus dilakukan agar ide tidak mengendap dan hilang. Jika ada kendala lalu berhenti menulis, maka saat itu juga semangat menulis berhenti. Pergi ke kebun agar keluar keringat, adalah salah satu tips mengadapi kejenuhan yang dilakukan Pak Roma. Memaksa diri untuk menulis, adalah kuncinya. (Lakukan)

Ketika terus menulis, maka akan menjadi terbiasa. Jadikan kebiasaan menulis sebagai budaya dan bagian tak terpisahkan dalam kehidupan kita. Jadi, budayakan menulis sehingga menjadi kebutuhan dan panggilan jiwa. (Budayakan)

Bagi Pak Roma, tak ada karya yang terselesaikan dengan baik tanpa konsistensi. Konsisten dalam menulis adalah misi untuk mencapai visi seorang penulis, yakni menghasilkan sebuah karya tulisan yang bisa memberi inspirasi bagi banyak orang. Untuk bisa konsisten, kita harus memaksa diri menulis setiap hari. (Konsisten)

Menurut Pak Roma, menulis adalah proses kehadiran diri untuk membawa kabar baik tentang ilmu kehidupan. Apa pun yang kita tulis pastinya ada hubungannya dengan proses kehidupan. Jadi, jangan takut CLBK, namun nikmatilah prosesnya dan syukuri hasilnya.

Dengan CLBK, bukan berarti tidak ada hal tersulit. Berdasarkan pengalaman Pak Roma, hal tersulit adalah ketika memulai untuk menulis. Apa yang saya mau tulis? Walaupun banyak ide, namun  ketika mulai menulis, justru susah untuk melakukannya. Semua ide yang sudah tersusun rapi, seolah hilang ketika mulai mengetik. Menulis di blog akan banyak membantu ketika memulai sebuah tulisan.

Dalam menjaga konsistensi, Pak Roma banyak terinspirasi oleh para narasumber di grup pelatihan menulis. Seperti kiat Prof. Eko untuk menulis setiap hari, kalau bisa satu halaman sebelum tidur. Lalu kiat Bapak Budiman Hakim tentang Cerpenting. Menuliskan semua apa yang dilihat yang nantinya akan sambung menyambung menjadi tulisan yang bermakna. Mengetik satu paragraf di handphone sebelum tidur, juga dilakukan secara konsisten oleh Pak Roma. Semua ide dalam bukunya, ia coba praktikkan selama kita PJJ.

Pak Roma menjadikan menulis sebagai proses curhat atas banyaknya tanggung jawab. Dengan banyaknya kegiatan atau tugas, membuat skala prioritas menjadi keharusan. Pekerjaan apa yang paling mendesak, harus diselesaikan terlebih dahulu agar beban pikiran berkurang. Selain itu, komunikasi dengan keluarga penting agar tercipta padu serasi dalam menjalankan aktivitas.

Banyak kegiatan sering membuat malas dan kelelahan, bahkan ketiduran. Kiatnya dengan membangun komitmen, semangat dan motivasi diri sendiri. Yakinkan bahwa ada hasil yang harus saya capai dalam proses menulis. Kalau kelelahan, sebaiknya tidur dulu. Sedikit pijitan di punggung juga bisa mengurangi keletihan. Apalagi dilakukan oleh pasangan kita, pasti hasilnya lebih fresh.

Sebagai guru penulis, Pak Roma aktif menularkan virus literasi kepada siswanya. Ia membiasakan diri menulis materi pelajaran di blog kemudian mengirimkannya ke siswa untuk dipelajari. Cara ini sangat mendukung proses PJJ. Bahan bacaan diberikan ke siswa setiap malam sebelum pertemuan di kelas virtual esok hari. Ini bagian dari flipped classroom.

Guru ahasa Inggris yang bercita-cita menjadi wartawan ini, rajin menuliskan semua hal menarik yang dilihat atau dialami. Banyak membaca, baik bersumber dari internet ataupun koleksi buku-buku, juga memperkaya wawasan dan pengetahuannya. Selain itu, tak ketinggalan memanfaatkan media sosial sebagai sumber munculnya ide untuk menulis.

Jangan lelah untuk Coba, Lakukan, Budayakan dan Konsisten dalam menulis. Setiap usaha kita, pastinya akan bermuara pada hasil yang optimal mana kala kita senantiasa mau belajar, membangun komitmen dan memotivasi diri. Menulislah sebagai proses kehadiran kita untuk membawa kabar baik tentang ilmu kehidupan.

Berikut ini sinopsis buku pertamanya:

Buku DIGITAL TRANSFORMATION hadir dengan maksud embuka wawasan akan pentingnya mengubah mindset untuk bertransformasi, mengambil peran dan memposisikan diri dalam perubahan teknologi digital yang begitu pesat dalam dunia bisnis dan pendidikan. Selain itu buku ini memberi gambaran bagaimana membangun kampus dan sekolah yang cerdas ditinjau dari penggunaan teknologi digital, nature dan budaya. Serta bagaimana menerapkan cyber pedagogy dalam proses pembelajaran. Buku ini bisa dijadikan referensi untuk para pelaku bisnis, pelaku pendidikan, dosen, kepala sekolah, guru, dan mahasiswa terkait transformasi digital.

 

Senin, 03 Agustus 2020

Berbagi Pengalaman Menerbitkan Buku Ala Bu Kanjeng

Oleh Yoyon Supriyono

                Mendengar istilah menerbitkan buku, seakan sebuah hal yang sulit bagi seorang pemula. Tetapi tidak demikian bagi yang sudah pernah melakukannya. Tentunya dengan melalui proses panjang. Seperti pengalaman seorang ibu guru yang akrab dipanggil Bu Kanjeng. Ibu guru bernama lahir Sri Sugiastuti ini, mulai menulis pada  awal tahun 2009. Sebagai pemula, alangkah baiknya menyimak pengalamannya hingga menjadi penulis terkenal.

                Sejak SD Bu Kanjeng sudah suka menulis. Yang ditulisnya berupa buku kenangan, puisi, lagu-lagu seperti syair lagunya Koes Plus dan Panbers. Ketika SMP hobinya surat menyurat dan mengumpulkan perangko serta uang kuno. Hobi membaca majalah bobo, si kuncung dan komik. Ketia SMP suka baca majalah Gadis dan Anita. Ketika SMA baru beberapa kali mencoba  menulis di mading. Saat itu ia lebih suka kegiatan eskul pramuka dan pecinta alam. Saat kuliah di UNS, mengikuti napak tilas rute Jendral Sudirman dari Wonosobo ke Kediri. Di sini ia mengetahui betapa beratnya medan di militer.

                Pada tahun 1985 mengikuti tes CPNS di Gelora Senayan dan diterima sebagai PNS di sebuah sekolah di Jakarta. Tahun 1990 pindah ke Solo hingga sekarang. Setelah jeda 25 tahun menjadi ibu rumah tangga, melanjutkan kuliah S2 (2007-2009). Di sinilah dia bekenalan dengan teknologi. Ia mulai mengenal google dan membeli banyak buku. Banyaknya tugas perkulahan memaksanya harus belajar komputer. Pada 2009 di kegiatan MGMP menerima tawaran dan berhasil menyusun buku yang diterbitkan penerbit mayor. Bukunya bejudul Seri Pendalaman Materi Bahasa Inggris yang diperuntukkan siswa kelas XII untuk persiapan Ujian Nasional.

                Buku karyanya lumayan banyak. Di antaranya adalah Buku “SPM Ujian Nasional Bahasa Inggris untuk SMK” penerbit Erlangga, dan buku antologi “ Diary Ketika Buah Hati Sakit”. Naskahnya sebagai pemenang ke 3.  Buku kroyokan lainnya bersama Kompasianer tahun 2014 “25 Kompasianers Merawat Indonesia” dalam rangka hari Kartini. Satu lagi berjudul “ Indonesia Satu “ penerbitnya Indie Peniti Media. Beberapa buku antologi Muara Kasih Ibu, Move on, Go to 2020, dan Move on. 

Tahun 2013 terbit 3 buah buku. 1 buku Parenting berjudul “Seni Mendidik Anak Sesuai Tuntunan Islami” penerbit Mitra widyawacana Jakarta. Novel Hidayah “ Kugelar Sajadah Cinta” penerbit Indie Bentang Pustaka Sidoarjo dan “Deburan Ombak Waktu” penerbit Indie Goresan Pena  Cirebon. Tahun 2015 Buku “SPM Ujian Nasional Bahasa Inggris untuk SMK edisi baru, penerbit Erlangga. Tahun 2016 buku “ The Stories Cakes For Beloved Moms’ penerbit Indie Oksana dan tahun 2017 buku “ The Stories of wonder Women’ Penerbit Mediaguru. Tipuan Asmara (Novel), Wow Engish is So Easy Kids, Perempuan Terbungkas, (Novel) Catatan Religi Bu Kanjeng(Motivasi), Merawat Harapan (Parenting), The Power of Mother’s Prayer (Parenting) Masuk Surga Karena Anak (Parenting)

Aktivitas kesehariannya mengajar, pegiat Literasi, pengurus TPQ di masjid Al Fath, Blogger, Komunitas berbagai kepenulisan baik online maupun offline, salah satunya aktif di blog Gurusiana dan Komunitas sejuta guru ngeblog. Pegiat Literasi Nusantara  dan Duta Bunda Baca Soloraya.

Bu Kanjeng seorang penganut long ilfe education. Di usianya yang tidak muda lagi, ia tetap semangat untuk belajar melebihi yang muda-muda. Kini ia  merambah ke  Youtube,  walaupun masih proses belajar dan belum dimaksimalkan.

Baginya dunia literasi itu sangat mengasyikkan dan merasakan bahwa menulis itu  banyak  sekali manfaatnya. Ia  yang selalu haus untuk  belajar punya banyak  komunitas  menulis. Ini sangat penting agar ia bisa istikamah menulis dan membaca. Saat aktif di group menulis orang akan tertular virus literasi  dan punya banyak  ide untuk  menulis.

Ketika ditanya apa yang paling sulit dari menulis, ia menjawab simpel: memulai  dan istikomah menulis. Mulailah menulis dari hal yang mendesak dan ingin segera disampaikan. Tulislah apa yang ada di benak kita. Jangan takut salah, jangan takut jelek tulisannya, jangan takut kalau tulisan kita tidak berguna atau tidak ada yang baca. Jangan lupa, kita juga perlu mengapresiasi diri sendiri dengan capaian yang sudah kita peroleh, misalnya dengan Me-Time, relaxasi dan menghirup udara segar sambil mencari ide baru. Bagaimana kalau melanggar komitmen, tentu ada juga punishmentnya. Misal kalau target belum terpenuhi berarti kita punya hutang tulisan. So, secepatnya harus dilunasi dengan menyelesaikan targetnya.

Sebagai novelis ia juga memberi tips bagaimana memulai menulis novel yang baik. Pertama bisa diawali dengan membuat outline atau daftar isi atau kerangka  tulisan  dari satu ide yang akan dikembangkan  dengan menentukan seting, tokoh dan alur ceritanya. Bagaimana cara mengembangkan kalimat atau kata-kata, bila di tengah jalan kehabisan kosakata? Kuncinya banyak membaca dan jadi pendengar yang baik. Saat menulis tidak perlu dibaca, selesaikan dulu sampai capek dan tuntas. Esok harinya baru dibaca lagi dan dibenahi.

Bu Kanjeng menyayangkan kalau ada tulisan berserakan dan tidak jadi buku. Sebaiknya penulis memilki blog untuk menyimpan aneka jenis tulisan. Mungkin nanti akan terkumpul  beberapa tema yang sama dan bisa dijadikan buku. Jadi penulis mempunyai tabungan tulisan yang lama kelamaan bisa menjadi sebuah buku. Buktinya Omjay, bisa menjadi blogger ternama karena rajin memposting tulisan di blog. Mottonya perlu diikuti oleh para penulis pemula, “Menulislah setiap hari, dan buktikan apa yang terjadi,”

Motivasi menulis setiap orang berbeda-beda. Bagi Bu Kanjeng menulis itu terapi jiwa. Dengan menulis jiwa bisa tenang, yang baik bisa kita bagikan kalau yang jelek setelah ditulis dan orang lain tidak pelu tahu, ya dihapus saja.

Memulai diri untuk menulis memang susah. Apalagi mengajak orang lain, kadang diacuhkan dengan berbagai alasan. Tapi, jangan pernah bosan mengajak kebaikan. Yang acuh kita  biarkan,   tapi terus kita bisa tularkan ke yang lain. Kita beri contoh kalau punya karya, punya banyak teman dan kekayaan lain yang hanya dimiliki oleh penulis sejati.

Memang, untuk istikomah menulis rintangan dan hambatannya sangat banyak. Kadang antara menyelesaikan tulisan dan kegiatan lain saling berkejaran. Walaupun motivasi tinggi, kadang tersendat karena bertumpuknya kegiatan. Solusinya kita harus punya target. Menejemen waktu harus diplot misalnya 1 jam tiap hari. Waktunya bisa disesuaikan sendiri, bisa sebelum tidur seperti Omjay atau saat menunggu  bisa dicicil di tablet atau hape.

Karena beragamnya jenis tulisan, maka penulis harus mengetahui potensi bakat tulisannya. Potensi diri bisa diketahui dari jenis bacaan atau buku yang kita sukai. Ketika kita bisa dengan mudah membaca buku fiksi dan hafal dengan tokoh juga alur ceritanya, di sanalah potensi kita. Sedangkan yang non fiksi bisa diketahui saat kita punya ide kalau siswa butuh buku pegangan dan kita antusias  bahwa materinya bisa dibuat modul untuk belajar siswa.

Agar tulisan kita baik dan enak dibaca, tulis saja seperti kita ngobrol. Lalu, coba kita ngobrol dengan tulisan. Bagaimana rasanya? Bila belum juga enak dibaca, coba lagi, apa yang ingin kita obrolkan sampaikan lewat tulisan, bukan dengan lisan.

Dalam mengikuti pelatihan menulis lewat grup, karena sesuatu hal tertinggal dan sulit memulai lagi, jangan dulu keluar grup. Tetaplah berada di grup. Usahakan rajin blog walking sebagai pembangkit motivasi untuk memulai lagi menulis.

Untuk penulis pemula, cobalah menulis apa yang paling disukai dan dikuasai. Misalnya tentang  tumbuh kembang anak, tentang tanaman dan manfaatnya, tentang hobi, atau tentang pengalaman saat PJJ.

Ketika menulis sudah menjadi kebutuhan, maka kita akan merasakan betapa banyak manfaat dari menulis. Untuk pribadi biasanya memperoleh kepuasan batin, memiliki banyak teman, silaturahmi terjaga, memiliki wawasan luas, dan dengan berbagi dan memberi manfaat untuk orang lain merupakan tabungan amal jariyah.

Jadi, jangan lelah untuk  berproses, bergabunglah ke dalam komunitas penulis untuk saling support dan sharing pengalaman. Awali dengan menulis di blog, lanjut di Antologi untuk jadi buku, dan lanjut ke buku tunggal. Minimal bisa membukukan hasil belajarnya selama  mengikuti kelas belajar menulis gratis bersama Omjay dan PGRI.


Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...