Rabu, 07 Desember 2022

Maling Spion

tatika

Maling Spion

Iseng-iseng sore itu napi baru di selku kutanyai ihwal ia dipenjara, yang ternyata hanya karena mencuri spion motor. Aku jelas kaget, dan langsung kurespon dengan mimik penasaran. "Spionnya masih nempel di motor yang kubawa kabur itu, Mas," jelasnya membuatku menepuk jidat.

Selasa, 29 November 2022

Sunset di Pangandaran

Pentigraf
Yoyon Supriyono

Pasir putih, Pangandaran. Mengingatkanku pada Gaby, gadis Belgia yang pernah mencuri sisi hatiku tiga tahun lalu. Kukenal dia saat obrolan pagi di loby. Kecanduannya mencumbu sunset, membuatnya tinggal beberapa hari di pantai selatan pulau Jawa itu.

Aku tak kuasa menolak bule cantik ini ketika minta ditemani ke pantai. Cannonnya telah penuh dengan hasil buruan view exotic sunset. Saat itu senja keempat. "Let's stay, please don't go," terngiang bisiknya merengek. Kami tak beranjak walau gelap memekat. Berdua mencumbu malam hingga melelap bersama.

Masih kurasakan lembut pasir yang menyisa pada kaki-kaki telanjang. Alunan debur ombak dan hembusan angin membelai manja. Sunset sore tadi telah berlalu. Tanpa Gaby. Sejumput kenangan indah kembali menggores ingatan. Kubiarkan kisahnya tertinggal di bibir pantai. Kugendong Fany, bidadari kecilku, menuju ke hotel. Di sampingku bergelayut manja Leony, gadis asal Aussie yang kunikahi setahun lalu.

Jumat, 25 November 2022

I B U

Puisi : Yoyon Supriyono


Ibu,
Dari benih cintamu aku bertumbuh 
Sembilan bulan senafas dalam rahimmu 
Raga dan jiwamu mengaliri kehidupan dalam nadiku
Hingga bercak darah itu
Membukakan pintu dunia 
Di antara jerit sakit bahagiamu 
dan tangis pilu pertamaku

Ibu,
Terlahir aku tanpa daya
Dengan belaimu aku tumbuh 
Dengan buaimu berkembang jiwa ragaku
Dengan kasihmu terbentuk batin dan pikiranku

Ibu, 
Kaulah madrasah pertamaku
Tempat ku mengenal kata
Tempat ku belajar melangkah
Tempat ku mengerti tentang cinta
Tempat ku pahami semua tentang dunia

Ibu,
Tak berbilang jasamu
Tak terhitung pengorbananmu
Karenamu, aku ada

Terimakasih untukmu,
Ibuku

Horizon Midnight


Pentigraf
Yoyon Supriyono

Undangan kegiatan gebyar karya di kota Bandung membuatku bahagia. Betapa tidak, hari-hariku yang dipenuhi seabreg kegiatan sebagai guru yang sedang mengikuti Diklat CGP, sungguh memenatkan. Terbayang suasana relax di hotel yang penuh keceriaan akan membuatku refresh .

Suasana nyaman tetiba berubah mencekam pada malam ketiga. Saat aku sedang lembur mempersiapkan bahan presentasi, beberapa kali terdengar suara dari dalam lemari di belakang tempatku duduk. Karena merinding aku  beringsut dari kursi. Bu Dewi, teman sekamarku, yang juga mendengar suara tadi, pun lari keluar pintu. Di koridor kami telfon teman karena takut. Namun karena sudah larut, tak satupun yang menyahut. Beruntung kami berhasil menghubungi layanan hotel.

Tak lama dua orang petugas hotel datang memeriksa. Mereka masuk dan memeriksa sumber datangnya suara. Di dalam lemari ternyata tak ada apa-apa. "Hanya dua ekor cicak yang sedang berkejaran," sahut petugas hotel. Kami lega walau rasa takut belum hilang. Saat akan pamitan, salah seorang petugas nyaris terpeleset. Rupanya ada air menggenang di lantai.  Aku baru ingat kejadian saat ketakutan tadi. Aku raba gaunku yang ternyata basah hingga ke pakaian dalam. 

Jumat, 04 November 2022

ibu

Ibu,
Benih cintamu bertumbuh
Dalam rahim kasihmu
Sembilan bulan ku berada 
Senafas dan sekehidupan
mengalir dalam rasa dan jiwa
Hingga bercak darah itu
Membuka pintu dunia
Di antara jerit sakit bahagiamu 
dan tangis pilu pertamaku
Ibu,
Kasihmu tak putus saat itu
Aku yang tak berdaya
Tetap bertumbuh dalam belaimu
Kasih sayang dan kesabaranmu
Mengalir deras di nadiku
Membentuk jiwa dan ragaku
Memupuk batin dan pikiran ku
Ibu, 
Kau madrasah pertamaku
Tempat ku mengenal kata
Tempat ku belajar melangkah
Tempat ku mengerti tentang cinta
Tempat ku pahami semua tentang dunia
Oh Ibu, 
Waktu membawaku ke saat ini
Karna cintamu ku ada
Karna kasihmu ku menjadi diriku
Kusadar, 
Tak berbilang jasamu
Tak terhitung pengorbanan mu



Berdiri tegar di lantai dunia
Melakon sandiwara kehidupan










Minggu, 23 Oktober 2022

sopir angkot

Aku mengurungkan diri berhenti menjadi sopir angkot. Kejadian tragis dua malam lalu belum bisa menjadi alasan kuat. Aku kembali mengakrabi jalanan kota mengais penumpang. Seorang pria perlente melambaikan tangan dan menjadi penumpang kedua malam itu. Penumpang pertamaku seorang perempuan malang yang berhasil kutolong dari preman pasar yang merampas dompetnya. 

Perempuan itu meminta berhenti di depan gang kecil. "Ambil saja untuk keperluanmu. Aku lebih mudah mendapatkannya daripada mbak," aku menolak lembar rupiah yang ia berikan, walau sebetulnya aku sangat membutuhkan. 

Dari spion kulihat lelaki penumpang keduaku tersenyum melihat kejadian tadi. Ia bercerita bahwa ia terpaksa naik angkot karena mobilnya mogok di kantor. Karena kasihan, aku bersedia mengantarnya hingga depan rumah. Ia memberiku sebuah amplop berisi uang yang kutolak karena jumlahnya terlalu banyak. "Ambil saja untuk kebutuhanmu, aku lebih mudah mendapatkannya daripada abang," aku melongo melihat segepok lembaran merah bergambar proklamator. Belum sempat ucapkan terimakasih, lelaki itu telah lenyap di balik gerbang sebuah rumah mewah. 

Sabtu, 22 Oktober 2022

Hotel Impian

Surat undangan Diklat itu membuatku senang. Betapa tidak, sudah hampir dua tahun sejak berkecamuknya covid 19, tidak pernah merasakan stay di hotel dalam acara diklat atau semacamnya. Sudah terbayang tidur di kasur empuk, makan enak, ruang ber-AC, mandi shower air hangat atau berenang di kolam hotel yang jernih. Bayangan keindahan dan kenyamanan  sudah berseliweran di pelupuk mata.

Setelah check in, mulailah petualangan yang diimpikan itu. Memang kali ini tidak semewah di hotel bintang lima, tapi lumayan untuk sekedar merefresh diri. Setidaknya bisa makan gratis dengan menu standar untuk perbaikan gizi. 

Namun, nampaknya harapan tidak selalu sesuai dengan realita. Di pagi yang masih buta perut mulas telah membuatku terjaga. Rasa lega telah membuang sisa makan malam di atas toilet duduk, mendadak membuatku kelimpungan. Air dari selang tak keluar. Tombol pembuangpun tak berfungsi. Kucoba kran di wastafel, shower, semua tak berfungsi. Kututup lobang toilet yang mulai mengganggu aroma ruang sempit itu. Dengan hanya  berkaos oblong dan handuk aku menapaki tangga dari lantai tiga menemui petugas hotel di lantai bawah. "Mohon maaf, karena semalam mati lampu, suplai air di hotel terganggu." Petugas menunjukkan kamar kecil di samping mushola, mungkin ada sisa air yang bisa digunakan. Aku harus berjalan lagi dengan pantat lengket. Untung suasana sepi karena penghuni hotel masih lelap.

Sabtu, 08 Oktober 2022

Hadirku

Pisau bedah tajam itu segera menari lincah. Bagian bawah perut yang sudah membuncit sembilan bulan itu bersimbah darah. Aku menangis sejadi-jadinya. Tangisan yang hingga kini tak kumengerti maknanya. Entah sedih atau bahagia. 

Aku terpisah dari ruangan perempuan itu. Aku berada di sebuah kotak kaca hampir sebulan penuh. Hingga aku tak mengenal perempuan yang kuketahui sebagai ibuku itu tewas di usiaku yang baru 3 hari.

Seorang pembesuk telah dengan tak sengaja melakukannya. Ayahku, penunggu pasien ketika itu sedang keluar. Ibuku yang sedang merintih kehausan diberi segelas susu hingga habis. Perawat jaga terkejut melihat gelas yang sudah kosong. "Kasihan, dia kehausan," kata pembesuk yang hingga kini tidak diketahui identitasnya. Kututup buku diary hitam milik ayah. Telfon dari rumah sakit mengajakku bergegas. Ada pasien bumil yang harus segera dioperasi. 




Minggu, 11 September 2022

Nyupang online

Arie, sohib milenialku yang pengangguran tetiba menjadi sorotan orang sekampung. Bagaimana tidak, kerjaan sehari-harinya yang hanya main hape, tapi kehidupannya berubah drastis. Padahal orangtuanya tak banyak meninggalkan warisan. Sebulan lalu ia membangun rumah. Kemarin, garasinya sudah berpenghuni, expander keluaran terbaru. Tentu saja orang banyak yang merasa aneh dan menduga yang bukan-bukan. Ada yang menuduhnya nyupang atau mengambil jalan pintas bersekutu dengan syetan. 

Aku pun jadi ikut penasaran. Suatu malam aku sempatkan untuk membersamainya. Sebagai sahabat karib, ia memang agak tertutup untuk hal-hal tertentu yang bersifat privasi. Malam itu kuberanikan diri menanyakan hal yang sedang menjadi trending topik orang sekampung. Awalnya ia asyik dengan hapenya seperti biasa dan tak hirau denganku. Namun aku terus membujuknya dengan berbagai jurus.

Suatu malam ia mengajakku ke sebuah kafe. Sambil menikmati espresso, ia menunjukkan sesuatu di layar hapenya. "Tuduhan orang memang benar, aku nyupang...," kata-katanya membuatku tersentak, namun lanjutannya membuatku terpukau, " ....tapi yang kutunggu dan kujaga setiap saat bukan lilin, melainkan hape." Ia menunjukkan sebuah aplikasi jual beli saham yang ia ikuti dan tekuni selama ini. Saat ia tunjukkan grafik saldo dan progressnya, aku hanya mengangguk dengan biji mata tak lepas mengamati deretan angka dalam dolar yang terus melonjak. Pantas saja, gumamku dalam hati. 

Pilihan Hidup

Sore itu tujuh bulan yang lalu, entah yang keberapa kali aku ngobar dengan Pak Kardi. Topik yang selalu muncul adalah soal penghidupan. Pak Kardi yang sudah lima belas tahun menjalani pekerjaan sebagai honorer di sebuah sekolah, saat itu masih bertahan dengan sejuta harapan. Walau belum ada perubahan nasib, ia masih setia dengan seragam kerjanya. Padahal, setelah beberapa tahun menikah dan dikaruniai dua anak yang beranjak butuh banyak biaya, ia mulai kewalahan. 

Tak sengaja pagi tadi bertemu Pak Kardi di warung fotocopy yang berjubel dipenuhi antrian pemimpi ASN sepertiku, yang sedang disibukkan dengan kegiatan pemberkasan. Tak sempat ada obrolan panjang seperti setiap perjumpaan yang lalu-lalu. Dengan hanya berkaos oblong dan celana pendek, ia pamit duluan membawa bungkusan berisi lakban dan kertas HVS. Pasti ia juga sedang sibuk seperti honorer lainnya, pikirku.

Pulang kerja aku terpaksa harus ikut antrian mencari lauk teman nasi karena istriku sedang sakit. Aku terkejut saat pria yang dikerumuni pembeli itu ternyata pak Kardi. "Jadi, Pak Kardi ...." kata-kataku keburu terpotong ceritanya bahwa ia sudah resign menjadi honorer. Tak ada peningkatan, bosan di-php pemerintah, keluhnya. Pilihan hidupnya buka kedai ayam geprek dan berjualan online, hasilnya berkali lipat dari yang ia peroleh ketika mengabdi sebagai tenaga honorer, jelasnya sambil memberikan pesananku dan memberiku sebuah amplop untuk membantu biaya berobat istriku. 


Selasa, 23 Agustus 2022

Asa dalam Map Merah

Bu Ningsih nampak sibuk membongkar lemari kayu tua di sudut kamarnya. Lemari berisi buku dan arsip-arsip penting itu mendadak porak poranda. Ia mencari sesuatu yang akan menjadi penentu masa depannya. Sesekali pencariannya ia tunda ketika bayi mungil yang belum genap 40 hari itu nangis minta nete. 

Wajahnya berbinar ketika membuka sebuah map dan menemukan apa yang ia cari. Sebuah SK ketika pertama kali ia diterima menjadi tenaga honorer delapan belas tahun yang lalu. Setelah difotocopy, ia langsung membawanya ke sekolah untuk digabung dengan berkas lainnya. Map-map merah bertumpuk menggunung di atas meja. Jelang senja kepala sekolah baru selesai melegalisasi seluruh berkas.

Pagi itu hari terakhir pengumpulan berkas di kantor dinas. Bersyukur kelar juga akhirnya. Terbayang besaran rupiah yang akan ia terima sebagai ASN, setelah bersabar dalam pengabdian panjang. Ia akan mengganti mukenah ibunya yang warna putihnya sudah lama memudar. Juga akan mengganti kopeah bapaknya yang sudah belasan tahun. Juga untuk sedekah dan infak pembangunan mushola. Tak lupa akan mengumpulkan anak-anak untuk berebut sawer pecahan uang coin yang ia taburkan. "Horeeee, horeee....hahaha," Bu Ningsih bersorak gembira dengan mata masih terpejam. Teman-teman semobil yang menyaksikan sontak tertawa. Xenia hitam itu berhenti di kedai bakso. Bu Ningsih terbangun dari asa indahnya. 

Senin, 22 Agustus 2022

Si Kembar

Keti merasa lega dengan kelahiran putra putri kembarnya. Bayi-bayi yang imut dan lucu. Mata-matanya yang masih belum sempurna terbuka, nampak tak sabar tuk menyaksikan indahnya dunia . Mulut-mulut mungilnya tak sabar saat Keti datang mendekap dan menyusuinya. 

Beruntung mereka memiliki Bima, sang ayah. Bima tergolong setia dan penyayang. Ia rajin membawakan makanan untuk Keti, istrinya. Pasca melahirkan, Keti selalu membersamai anak-anaknya. Hanya sesekali ia keluar rumah. Beruntung juragan Tirta membiarkan mereka tinggal di salah satu kamar kosong rumahnya. 

Suatu hari Keti nampak bingung karena sudah dua hari Bima tak pulang. Setelah menyusui anak-anaknya, ia pun memutuskan untuk mencari Bima. Belum jauh melangkah, Keti terkejut mencium aroma tak sedap. Air matanya tak terbendung mendapati Bima tergeletak tak bernyawa di kebun. Bau racun begitu menyengat keluar dari mulut Bima yang berbusa. Racun tikus yang dipasang juragan Tirta dalam kepala ikan telah salah sasaran. Tubuh-tubuh mungil berlarian menuju ke arah Keti dan Bima yang terbujur kaku. Namun makhluk-makhluk kecil itu belum mengerti kesedihan seperti yang dirasakan induknya.

Senin, 15 Agustus 2022

Pengukuhan Paskibra Cikawung

   
17 Agustus tinggal hitungan hari. HUT RI ke 77 ini akan dilaksanakan secara normal, setelah 2 tahun hanya dilakukan secara virtual. Warna merah putih mendominasi hiasan di segala penjuru. Bendera Merah putih sudah berkibar di tiap rumah hingga kantor-kantor dan instansi. 

   Warga desa Cikawung, Terisi, Indramayu antusias menyambut euforia 17-an. Berbagai lomba telah digelar. Warga tiap RT telah sibuk menyiapkan kreasi untuk diarak di lapangan usai upacara nanti. Yang menarik, ada tim juri yang menilai kreasi tiap RT untuk memilih yang terbaik. Pak Kuwu telah menyiapkan hadiah bagi para pemenang. 
    Bagi warga, menang atau kalah bukan target utama. Tujuan pentingnya adalah memeriahkan HUT republik tercinta ini dengan berbagai karya dan kreativitas. Apalagi tahun ini baru boleh dilaksanakan HUT RI secara bebas.
    Tadisi di desa Cikawung, peringatan HUT RI dilaksanan terpisah dari kecamatan. Desa melaksanakan upacara sendiri. Petugas upacara, khususnya paskibra, direkrut dari pelajar pada sekolah di wilayah desa Cikawung. Alhamdulillah, tahun ini siswa-siswi SMPN 4 Terisi terpilih sebagai petugas paskibra. 
    Sebanyak 28 siswa-siswi telah dilatih formasi PBB selama kurang lebih satu bulan. Pelatih didatangkan dari kecamatan Terisi, dan dipilih pelatih yang sudah berpengalaman.
    Hari ini, Senin, 15 Agustus 2022, usai upacara HUT Pramuka, dilanjutkan dengan upacara pengukuhan paskibra, yang digelar sederhana di kantor Kuwu Cikawung.
     Orangtua siswa yang tergabung tim paskibra diundang secara khusus untuk menyaksikan prosesi pengukuhan. Penyematan lencana paskibra oleh Kuwu menandakan tim paskibra siap bertugas.
    Dalam sambutannya, Kuwu Cikawung menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, menyemangati tim dan mengapresiasinya. 


Jeni, Diman, Sutaji

Sabtu, 13 Agustus 2022

wisuda

Elegi Pawidya

Tenda acara pawidya telah dipenuhi undangan. Kebanyakan dari mereka adalah para wali siswa yang hendak menyaksikan putra putrinya diwisuda. Di barisan khusus telah bersiap wajah-wajah calon pelaku masa depan dengan senyuman penuh harap menunggu giliran dipanggil MC guna pengalungan medali simbol kelulusan.

Acara berlanjut dengan pengumuman nama-nama peraih peringkat di tiap kelas dan lulusan terbaik tahun itu. Satu demi satu peroleh peringkat naik ke pentas. Satu per satu piala dan piagam diserahkan. Kilatan cahaya camera dan gawai mengabadikan momen istimewa itu.

Belum usai suara MC mempersilakan para juara turun, beberapa wali siswa menghambur naik ke pentas dengan buket beraneka ragam. Suasana gembira mereka disambut orangtua masing masing, bahkan ada yang naik ke pentas berpeluk ria. Kecuali Maria, seorang siswi yang berdiri mematung dengan sudut mata berlinang. Wali kelasnya, Bu Vony, yang sempat mencuri situasi segera menghampiri. "Selamat sayang. Ibu dan ayahmu di surga bangga padamu." Bu Vony memeluk erat Maria, yatim piatu peraih the best student off the year.

Penginapan Kamboja



Setelah menempuh berjam perjalanan, pada tengah malam sampailah kami di stasiun Lempuyangan.  Hujan masih menyisakan rintik. Kami konvoi berjalan kaki menuju penginapan. Dari petunjuk Gugel, letaknya tak jauh dari stasiun.

Plang penginapan Kambodja sudah nampak. Sebuah bangunan rumah berlantai dua, berjajar di antara rumah-rumah lainnya yang juga berlabel penginapan. Sejenak kami melepas lelah di kamar masing-masing. Tak terasa, nasi gudeg yang kusantap di kantin stasiun, rupanya mendorongku untuk segera ke toilet. Namun sesuatu yang tak biasa terjadi. Ketika masuk toilet, rasa itu lenyap begitu saja. 

Saat hasrat itu datang lagi, aku bergegas ke toilet. Namun, pintunya tak dapat kubuka. Sepertinya dikunci dari dalam. Sambil menahan hajat, spontan kuketuk apakah ada orang di dalam. "Sebentar, ada saya."  lembut suara perempuan berlogat Jawa itu membuatku kian tak tahan. Untungnya Pak Abdullah, pengelola penginapan, datang membawa kunci serep.  Ia menjelaskan agar jangan menguci pintu setelah selesai dari toilet. Aku terkejut saat toilet terbuka, ternyata tak ada orang di dalamnya. Lalu, siapa pemilik suara tadi? Aku baru ingat kalau ibu-ibu semuanya menempati kamar di lantai dua. Hajat yang tadi mendesak, seketika kembali lenyap. Aroma bunga Kamboja dan sayup suara tawa perempuan menggiringku buru-buru keluar toilet.

Sabtu, 06 Agustus 2022

KKN Tematik ITB Gelar Pelatihan BUDIKDAMBER

#geyonganpunyacerita

    
     KKN Tematik ITB tahun 2022, kelompok Bisnis dan Pengembangan masyarakat, hari ini menggelar Pelatihan BUDIKDAMBER. Pelatihan ini diikuti oleh unsur masyarakat, pemuda dan KWT (Kelompok Wanita Tani). 
     Budikdamber sendiri singkatan dari Budidaya Ikan Dalam Ember, yaitu sistem pemeliharaan ikan dan sayuran dalam suatu wadah secara bersamaan. Sistem penanaman di budikdamber mengadaptasi hidroponik WiFi system sehingga perlu dilakukan pemilihan jenis tanaman yang sesuai seperti kangkung, sawi, dan bayam. Sedangkan untuk jenis ikan dipilih ikan yang tidak membutuhkan banyak oksigen seperti patin dan lele.  Penggunaan media ember dipilih karena tidak membutuhkan lahan yg luas, bisa dilakukan di sekitar rumah. 
     Budidaya ikan ini menggunakan teknologi RWS KOCI Masaro. RWS (Red Water System) adalah pemanfaatan bakteri Lactobacillus dan Saccharomyces dalam budidaya ikan tanpa harus mengganti air kolam hingga panen dengan fermentasi bakteri. Tahapan pengolahan air dlm budidaya ikan lele menggunakan NWS ( Normal Water System) yg mencakup semua sistem dlm budidaya lele hingga akhir akan melewati beberapa perubahan warna, dari GWS (Green Water System), berubah menjadi BWS ( Brown Water System) / bioflok, dan akan menjadi RWS (Red Water System)/ Muba. Ketika terjadi perubahan warna berarti terjadi perubahan mikroba, mikroba yang satu mati dan digantikan mikroba yang lain.
     Sedangkan KOCI (konsentrat pakan Organik Cair Istimewa) Masaro adalah hasil pengolahan sampah organik yang dapat dimanfaatkan menjadi pakan organik cair bagi ikan. KOCI Masaro dibuat dari proses fermentasi sampah organik yang dicacah. Kelebihan KOCI Masaro adalah menggunakan teknologi revolper yang berfungsi mempercepat pertumbuhan sehingga Ikan lebih cepat besar, tahan terhadap penyakit sehingga ikan tumbuh sehat, bergerak lebih lincah dan gemuk.

Kamis, 04 Agustus 2022

Bak Penampung

Kunjungan pa Kardaya

Sore itu ada kabar mendadak tentang kunjungan anggota DPR ke kampus ITB Cirebon, yang saat ini sedang ada kegiatan KKN. Seluruh mahasiswa KKN dihadirkan di aula kampus. Ratusan mahasiswa dijamu makan malam oleh pa Kardaya, anggota DPR RI yang membidangi kesehatan. 
Dari pihak desa hadir Kuwu Kebonturi dan Kuwu Geyongan beserta perangkat dan perwakilan lembaga desa.
Pa Kardaya adalah putra asli Cirebon asal desa Slendra. Menghabiskan masa SD dan SMP di Arjawinangun dan SMA di Palimanan, setelah akhirnya menimba ilmu Pertambangan di kampus ITB.

Saung Wisata

sosialisasi Pemilahan sampah

Kamis, 14 Juli 2022

Suatu Saat di mushola Nurul Jadid

Lama tak menyambangi tempat ini. Pangling melihat kondisi sekarang. Halaman yang sdh tertata indah, memberi kenyamanan bagi tunas-tunas bangsa meraih bekal masa depan. 
Adalah Uwais dan Widi, pendamping hidupnya. Berdua merintis berdirinya lembaga pendidikan tingkat RA dan DTA. Melanjutkan cita-cita kedua orangtuanya, memberikan bekal dasar pengetahuan agama sejak dini bagi anak-anak blok dulu Pace dan sekitarnya. 
Secangkir kopi hitam menemani obrolan dan diskusi pengisi sepi yang berakhir di ujung gerimis. Semoga akan tumbuh generasi hebat berkarakter islami yang siap mengarungi dunia global.

Rabu, 22 Juni 2022

Wisudawan Terakhir



Yoyon Supriyono

Gerimis yang menyirami pagi tetiba berhenti. Mentari yang kesiangan menyapa dengan senyum menyeringai. Hangatnya menyambut para wisudawan wisudawati bersetelan jas dan kebaya. 
Mereka duduk di kursi sesuai nomor urut masing-masing. 

Untaian acara bergulir merayapi rundown yang dipandu pembawa acara.
Medali demi medali dikalungkan sebagai simbol keberhasilan mengarungi lautan ilmu. Senyum bahagia menghiasi wajah-wajah ceria. Kecuali wajah berbingkai di atas kursi kosong paling belakang.

Hari yang baru cerah kembali meredup disertai angin kencang. Semua tatap tertuju pada pimpinan sekolah yang tengah berdiri menghadap sebuah kursi wisudawan yang kosong. "Namanya tak dipanggil, namun ada pesan lewat mimpi bahwa dia ingin ikut diwisuda." Aroma kemenyan dan harum melati seketika memenuhi ruangan saat medali dikalungkan pada figura bergambar foto Sebastian, siswa yang tewas dalam lakalantas sebulan yang lalu.

Senin, 13 Juni 2022

Pesan Dari Dunia Lain



by: Yoyon Supriyono

Suasana kegiatan kemah perjusami sekolah kami malam itu berubah mencekam. Dalam rintik hujan, tiga orang siswi peserta kemah tetiba mengamuk kerasukan. Para panitia dan dewan pembina dibuat kewalahan. Hingga dini hari, tak seorangpun dari mereka berhasil mengatasi makhluk yang merasuki raga ketiga peserta. 

Atas saran pengelola buper yang terletak di kaki gunung itu, didatangkanlah seorang ajengan dari dusun terdekat. Sang ajengan yang seorang guru ngaji itu, segera melakukan ritual doa. Sebelumnya, seluruh peserta kemah diminta untuk membaca sholawat nabi selama ritual berlangsung.

Sang ajengan mencoba berkomunikasi dengan makhluk di dalam raga siswa yang kerasukan. Terjadilah dialog di antara mereka. Negoisiasi pun ditempuh agar makhluk dunia lain itu segera pergi. Berbagai permintaan pun segera dipenuhi. Sebelum pergi, sang makhluk bersuara menggeram, "Jangan kotori istanaku dengan pembalut-pembalut bau itu, segera bersihkan sebelum aku kembali ke sana," katanya sambil menunjuk ke rerimbunan pohon di tepi sungai. Dengan bantuan lampu senter, berhasil ditemukan tiga pembalut wanita di bawah pohon beringin tua.

Minggu, 12 Juni 2022

Juragan Empang

Yoyon Supriyono

Perjalanan panjang dan melelahkan akhirnya menemui ujungnya. Semua karena sebuah rasa, kekuatan cinta. Sungguh tak terduga, ternyata tempat tinggal sang kekasih nun jauh di kampung pesisir. Sangat jauh dari keramaian.

Malam itu Jojo terpaksa menginap di sebuah surau. Air laut sedang pasang sehingga jembatan bambu menuju kampung Juleha, kekasihnya, tak bisa dilewati. Tukang ojek tak bisa mengantarnya sampai di sana. Jarak ke kampung tujuan masih lumayan jauh. Itupun harus ditempuh berjalan kaki. Begitu petunjuk Ki Jamal, guru ngaji di surau itu. 

Lepas subuh Jojo melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Tiba di kampung yang dituju, ia mampir di sebuah warung sambil bertanya. Ternyata rumahnya di ujung jalan. Nampak banyak orang sedang beres-beres. Sepertinya usai sebuah acara kenduri. "Juleha baru saja menikah kemarin. Ayahnya terlilit hutang dan merelakan putri semata wayangnya diperistri Bang Tirta, juragan empang terkaya di kampung ini," seorang ibu paruh baya menjelaskan dengan berbisik. "Jadi istri ke lima," tambah ibu itu. Jleb. Jantung Jojo seperti terpanah. Seorang gadis dengan rambut basah terurai nampak kaget melihat Jojo. Seorang pria gagah berkumis berdiri di sampingnya.

Gadis Gen Z

Gadis Gen Z

Yoyon Supriyono

Baru sebulan kutinggalkan dunia jomblo, setelah Artin hadir dalam hidupku. Artin gadis yang cantik molek. Walau kadang sikapnya sering terkesan kaku dan aneh, tapi hatiku sudah tertumpah padanya. Yang aku suka, ia selalu patuh padaku. Setiap saranku tak pernah ditolaknya. 

Gadis generasi Z ini selain cantik, juga cerdas. Bila kuajak ngumpul dengan teman-teman di kantin, ia pandai bicara dan tahu banyak hal. Teman-teman millenialku dibuat melongo dan terpukau. Semua memberi pujian. Aku bangga memiliki pacar seperti dia. 

Siang ini kujemput Artin di  halte bus untuk kuajak ke kampus. Seperti biasa ia mudah terlibat obrolan. Kali ini ia bicara tentang era digital, di mana beberapa pekerjaan manusia ke depan seperti pelayan, pekerja pabrik bahkan guru akan digantikan oleh artificial intelligent atau robot pintar. "Aku salah satu dari AI itu," kata Artin datar mengakhiri obrolan. Semua terkejut mendengarnya, terlebih diriku. Tiba-tiba Prof Ramsey, dosen Otomasi di fakultas informatika terapan, minta izin  membawa Artin. Sudah dua hari robot uji cobanya itu telat diprogram ulang. Ups!

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...