Selasa, 29 November 2022

Sunset di Pangandaran

Pentigraf
Yoyon Supriyono

Pasir putih, Pangandaran. Mengingatkanku pada Gaby, gadis Belgia yang pernah mencuri sisi hatiku tiga tahun lalu. Kukenal dia saat obrolan pagi di loby. Kecanduannya mencumbu sunset, membuatnya tinggal beberapa hari di pantai selatan pulau Jawa itu.

Aku tak kuasa menolak bule cantik ini ketika minta ditemani ke pantai. Cannonnya telah penuh dengan hasil buruan view exotic sunset. Saat itu senja keempat. "Let's stay, please don't go," terngiang bisiknya merengek. Kami tak beranjak walau gelap memekat. Berdua mencumbu malam hingga melelap bersama.

Masih kurasakan lembut pasir yang menyisa pada kaki-kaki telanjang. Alunan debur ombak dan hembusan angin membelai manja. Sunset sore tadi telah berlalu. Tanpa Gaby. Sejumput kenangan indah kembali menggores ingatan. Kubiarkan kisahnya tertinggal di bibir pantai. Kugendong Fany, bidadari kecilku, menuju ke hotel. Di sampingku bergelayut manja Leony, gadis asal Aussie yang kunikahi setahun lalu.

Jumat, 25 November 2022

I B U

Puisi : Yoyon Supriyono


Ibu,
Dari benih cintamu aku bertumbuh 
Sembilan bulan senafas dalam rahimmu 
Raga dan jiwamu mengaliri kehidupan dalam nadiku
Hingga bercak darah itu
Membukakan pintu dunia 
Di antara jerit sakit bahagiamu 
dan tangis pilu pertamaku

Ibu,
Terlahir aku tanpa daya
Dengan belaimu aku tumbuh 
Dengan buaimu berkembang jiwa ragaku
Dengan kasihmu terbentuk batin dan pikiranku

Ibu, 
Kaulah madrasah pertamaku
Tempat ku mengenal kata
Tempat ku belajar melangkah
Tempat ku mengerti tentang cinta
Tempat ku pahami semua tentang dunia

Ibu,
Tak berbilang jasamu
Tak terhitung pengorbananmu
Karenamu, aku ada

Terimakasih untukmu,
Ibuku

Horizon Midnight


Pentigraf
Yoyon Supriyono

Undangan kegiatan gebyar karya di kota Bandung membuatku bahagia. Betapa tidak, hari-hariku yang dipenuhi seabreg kegiatan sebagai guru yang sedang mengikuti Diklat CGP, sungguh memenatkan. Terbayang suasana relax di hotel yang penuh keceriaan akan membuatku refresh .

Suasana nyaman tetiba berubah mencekam pada malam ketiga. Saat aku sedang lembur mempersiapkan bahan presentasi, beberapa kali terdengar suara dari dalam lemari di belakang tempatku duduk. Karena merinding aku  beringsut dari kursi. Bu Dewi, teman sekamarku, yang juga mendengar suara tadi, pun lari keluar pintu. Di koridor kami telfon teman karena takut. Namun karena sudah larut, tak satupun yang menyahut. Beruntung kami berhasil menghubungi layanan hotel.

Tak lama dua orang petugas hotel datang memeriksa. Mereka masuk dan memeriksa sumber datangnya suara. Di dalam lemari ternyata tak ada apa-apa. "Hanya dua ekor cicak yang sedang berkejaran," sahut petugas hotel. Kami lega walau rasa takut belum hilang. Saat akan pamitan, salah seorang petugas nyaris terpeleset. Rupanya ada air menggenang di lantai.  Aku baru ingat kejadian saat ketakutan tadi. Aku raba gaunku yang ternyata basah hingga ke pakaian dalam. 

Jumat, 04 November 2022

ibu

Ibu,
Benih cintamu bertumbuh
Dalam rahim kasihmu
Sembilan bulan ku berada 
Senafas dan sekehidupan
mengalir dalam rasa dan jiwa
Hingga bercak darah itu
Membuka pintu dunia
Di antara jerit sakit bahagiamu 
dan tangis pilu pertamaku
Ibu,
Kasihmu tak putus saat itu
Aku yang tak berdaya
Tetap bertumbuh dalam belaimu
Kasih sayang dan kesabaranmu
Mengalir deras di nadiku
Membentuk jiwa dan ragaku
Memupuk batin dan pikiran ku
Ibu, 
Kau madrasah pertamaku
Tempat ku mengenal kata
Tempat ku belajar melangkah
Tempat ku mengerti tentang cinta
Tempat ku pahami semua tentang dunia
Oh Ibu, 
Waktu membawaku ke saat ini
Karna cintamu ku ada
Karna kasihmu ku menjadi diriku
Kusadar, 
Tak berbilang jasamu
Tak terhitung pengorbanan mu



Berdiri tegar di lantai dunia
Melakon sandiwara kehidupan










Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...