Tak selang beberapa lama, nama-nama yang kukenal satu per satu sudah terlihat mengeksplore statusku. Ketika berpindah ke papan chat, beberapa sudah merespon dengan varian rasa. Kebanyakan menunya ucapan selamat dan doa atas kelahiran si debay. Sambil duduk berteman kopi, kubalas ringan satu per satu.
Saat sampai pada sebuah nomor berprofil foto teman kuliahku, aku tercenung. Bukan ucapan atau doa, tapi sebuah pertanyaan yang menggelitik pikiranku. "Cucu yang ke berapa, Pak?" Pertanyaan yang menimbulkan tanya lain pada diriku. Pertanyaan yang mengingatkan bahwa aku tidak muda lagi. Pertanyaan yang membuatku bersyukur di usia lebih dari setengah abad ini, aku masih dikaruniai rizki seorang bayi. Sementara teman seusiaku sudah repot menimang cucu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar