Minggu, 28 Juni 2020

Si Rambut Pirang (PenTigRaf)


Si Rambut Pirang (Pentigraf)



Tubuhmu masih berkeringat kala itu. Engkau yang baru keluar dari bejana sauna, nampak begitu menggoda. Garis-garis kecil pelapis tubuhmu nampak jelas pada gaun kuning kecoklatan. Menggoda hasrat tuk menerawang jauh ke dalamnya. Membayangkan kelojatmu ketika hentakan-hentakan melahapmu.
Engkau sudah terbaring pasrah bersama yang lainnya. Menanti siapa saja tuan-tuan penikmatmu. Entah berapakah harga yang dibandrol untuk sekedar pelepas lapar dahaga yang kau berikan nantinya? Begitulah tanya yang sempat kau bisikkan pada gelas-gelas kopi teman setiamu. Karena penantianmu takkan selama ufuk pagi hingga terbenam senja.
Bahkan engkau masih sempat membayangkan ketika tuanmu mulai meraihmu. Perlahan pakaianmu kan dilepas dibuang ke tong sampah. Sementara bulu-bulu pirangmu kan tersibakkan. Lalu, hasrat pun takkan rela menunda kesabaran yang menanti di dinding tenggorokan. Hangat tubuhmu perlahan kan beradu dengan irama hentakan gigi-gigi putih. Melumatmu hingga habis bersama kepuasan tuan-tuanmu yang membuncah. Hanya menyisakan seonggok tubuh luluh lantak lunglai terlempar ke pinggiran jalan. Anjing lapar pun takkan melirikmu.
"Jagung rebus ... jagung rebus, masih hangat. Siapa yang mauuu ...," begitu parodi iklan yang dilontar si penjual dalam menjajakanmu.

Senin, 08 Juni 2020

Selfie... ...


Selfie ....
(Pentigraf)
Yoyon Supriyono


Di era Pandemi Covid-19 akhir-akhir ini, Paimin sering kesal dengan kebiasaan baru istrinya. Tiap waktu tak mau lepas dari mainan barunya, hanphone android. Waskem, istrinya, yang lugu dan polos, benar-benar mentaati protokol kesehatan pemerintah. Mulai anteng di rumah, gak pernah ngrumpi, jaga jarak, pakai masker, cuci tangan, semua dijalaninya. Belanja di lazada, grumpi di whatsap, mejeng di instagram dan aktif dengan aplikasi terkini seperti tik-tok, Likee, dan lainnya. Waskem benar-benar sudah tampil sebagai warganet atau netizen. Semua itu salah Paimin juga yang memberi handphone sebagai hadiah ulang tahun istrinya. Maksud baik, ternyata menjadi bumerang. Urusan rumah tangga, hingga layanan terhadap dirinya sering terbengkalai. Bahkan, ketika ia pulang larut malam pun sudah tak dihiraukan.

“Yang, kalau papap suka Selfie, gimana?” suatu sore Paimin menggoda istrinya yang sedang asyik chatting.
“Ya gak papa sih pap, tapi jangan sering-sering, lebay,” jawab Waskem datar.
Jawaban yang sungguh di luar dugaan. Seperti lampu hijau yang baru nyala di perempatan, Paimin langsung tancap gas. Usai makan malam, dengan pakaian dan penampilan perlente, serta aroma One Men Show ia pamit keluar.

Selfie sudah setia menanti di warung dekat gang rumahnya. Sebuah N-Max abu metalik yang dikendarai Paimin siap membawa Selfie mengukir cerita malam. Dengan resep sekali seminggu, mereka mengukir cerita-cerita malam mereka di dinding waktu. Hingga puncaknya, pada suatu malam Minggu, Waskem memergoki mereka di sebuah kafe. Cekcok pun tak terhindarkan.
“Kata Mas Paimin, Mbak membolehkan Mas Paimin suka Selfie,” gadis selingkuhan Paimin itu membela diri.
“Hhhhh ...!!!” setelah menatap suaminya dengan geram, Waskem bergegas meninggalkan cafe dengan perasaan gado-gado. Paimin terdiam bengong. Kejadian itu melengkapi ending cerita-cerita malamnya bersama Selfie.

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...