Rabu, 09 Februari 2022

Anak Gurun Pasir

Sebetulnya Paimin tak rela istrinya daftar menjadi TKI di negeri gurun pasir. Namun, kesulitan ekonomi tak kuasa menolak kemauan istrinya. Sudah dua tahun ia terpisah. Paimin yang kerja serabutan, cuma sewaktu-waktu mencumbui istri tercintanya lewat telfon genggam. Setidaknya itu mengobati sementara kebutuhan batinnya. Ia tetap berusaha setia, walau godaan sering mengintainya. 

Saat yang ditunggu pun akhirnya tiba. Dengan mobil sewaan, ia jemput istrinya ke bandara. Kebahagiaan kembali mengisi hari-hari bersama istri dan seorang anaknya. Rumah sederhana telah terbangun dari hasil keringat istrinya. Sepeda motor telah memanjakan mereka ketika jalan-jalan sore bertiga. Maklum, selain gajih bulanan, istrinya juga mendapat bonus perhiasan yang lumayan banyak dari tuannya.

Kebahagiaan yang baru satu bulan itu, nyaris berakhir di polindes. Istrinya divonis sedang hamil empat bulan. Empat mata, Paimin berkali-kali mencoba bicara dengan istrinya yang hanya diam berurai air mata. "Aku dipaksa, Mas. Jika menolak, aku diancam penjara dengan tuduhan telah sengaja mencelakai istri majikanku hingga meninggal," akunya suatu saat sambil menggendong bayi mungil bermata indah dan berhidung mancung itu. Bayi yang tak mirip Paimin, lelaki yang kini hanya bisa menelan ludah. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...