Rabu, 22 Juni 2022

Wisudawan Terakhir



Yoyon Supriyono

Gerimis yang menyirami pagi tetiba berhenti. Mentari yang kesiangan menyapa dengan senyum menyeringai. Hangatnya menyambut para wisudawan wisudawati bersetelan jas dan kebaya. 
Mereka duduk di kursi sesuai nomor urut masing-masing. 

Untaian acara bergulir merayapi rundown yang dipandu pembawa acara.
Medali demi medali dikalungkan sebagai simbol keberhasilan mengarungi lautan ilmu. Senyum bahagia menghiasi wajah-wajah ceria. Kecuali wajah berbingkai di atas kursi kosong paling belakang.

Hari yang baru cerah kembali meredup disertai angin kencang. Semua tatap tertuju pada pimpinan sekolah yang tengah berdiri menghadap sebuah kursi wisudawan yang kosong. "Namanya tak dipanggil, namun ada pesan lewat mimpi bahwa dia ingin ikut diwisuda." Aroma kemenyan dan harum melati seketika memenuhi ruangan saat medali dikalungkan pada figura bergambar foto Sebastian, siswa yang tewas dalam lakalantas sebulan yang lalu.

Senin, 13 Juni 2022

Pesan Dari Dunia Lain



by: Yoyon Supriyono

Suasana kegiatan kemah perjusami sekolah kami malam itu berubah mencekam. Dalam rintik hujan, tiga orang siswi peserta kemah tetiba mengamuk kerasukan. Para panitia dan dewan pembina dibuat kewalahan. Hingga dini hari, tak seorangpun dari mereka berhasil mengatasi makhluk yang merasuki raga ketiga peserta. 

Atas saran pengelola buper yang terletak di kaki gunung itu, didatangkanlah seorang ajengan dari dusun terdekat. Sang ajengan yang seorang guru ngaji itu, segera melakukan ritual doa. Sebelumnya, seluruh peserta kemah diminta untuk membaca sholawat nabi selama ritual berlangsung.

Sang ajengan mencoba berkomunikasi dengan makhluk di dalam raga siswa yang kerasukan. Terjadilah dialog di antara mereka. Negoisiasi pun ditempuh agar makhluk dunia lain itu segera pergi. Berbagai permintaan pun segera dipenuhi. Sebelum pergi, sang makhluk bersuara menggeram, "Jangan kotori istanaku dengan pembalut-pembalut bau itu, segera bersihkan sebelum aku kembali ke sana," katanya sambil menunjuk ke rerimbunan pohon di tepi sungai. Dengan bantuan lampu senter, berhasil ditemukan tiga pembalut wanita di bawah pohon beringin tua.

Minggu, 12 Juni 2022

Juragan Empang

Yoyon Supriyono

Perjalanan panjang dan melelahkan akhirnya menemui ujungnya. Semua karena sebuah rasa, kekuatan cinta. Sungguh tak terduga, ternyata tempat tinggal sang kekasih nun jauh di kampung pesisir. Sangat jauh dari keramaian.

Malam itu Jojo terpaksa menginap di sebuah surau. Air laut sedang pasang sehingga jembatan bambu menuju kampung Juleha, kekasihnya, tak bisa dilewati. Tukang ojek tak bisa mengantarnya sampai di sana. Jarak ke kampung tujuan masih lumayan jauh. Itupun harus ditempuh berjalan kaki. Begitu petunjuk Ki Jamal, guru ngaji di surau itu. 

Lepas subuh Jojo melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Tiba di kampung yang dituju, ia mampir di sebuah warung sambil bertanya. Ternyata rumahnya di ujung jalan. Nampak banyak orang sedang beres-beres. Sepertinya usai sebuah acara kenduri. "Juleha baru saja menikah kemarin. Ayahnya terlilit hutang dan merelakan putri semata wayangnya diperistri Bang Tirta, juragan empang terkaya di kampung ini," seorang ibu paruh baya menjelaskan dengan berbisik. "Jadi istri ke lima," tambah ibu itu. Jleb. Jantung Jojo seperti terpanah. Seorang gadis dengan rambut basah terurai nampak kaget melihat Jojo. Seorang pria gagah berkumis berdiri di sampingnya.

Gadis Gen Z

Gadis Gen Z

Yoyon Supriyono

Baru sebulan kutinggalkan dunia jomblo, setelah Artin hadir dalam hidupku. Artin gadis yang cantik molek. Walau kadang sikapnya sering terkesan kaku dan aneh, tapi hatiku sudah tertumpah padanya. Yang aku suka, ia selalu patuh padaku. Setiap saranku tak pernah ditolaknya. 

Gadis generasi Z ini selain cantik, juga cerdas. Bila kuajak ngumpul dengan teman-teman di kantin, ia pandai bicara dan tahu banyak hal. Teman-teman millenialku dibuat melongo dan terpukau. Semua memberi pujian. Aku bangga memiliki pacar seperti dia. 

Siang ini kujemput Artin di  halte bus untuk kuajak ke kampus. Seperti biasa ia mudah terlibat obrolan. Kali ini ia bicara tentang era digital, di mana beberapa pekerjaan manusia ke depan seperti pelayan, pekerja pabrik bahkan guru akan digantikan oleh artificial intelligent atau robot pintar. "Aku salah satu dari AI itu," kata Artin datar mengakhiri obrolan. Semua terkejut mendengarnya, terlebih diriku. Tiba-tiba Prof Ramsey, dosen Otomasi di fakultas informatika terapan, minta izin  membawa Artin. Sudah dua hari robot uji cobanya itu telat diprogram ulang. Ups!

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...