Sabtu, 31 Oktober 2020

Membangun Desa


     Di era covid, banyak anggaran dana untuk pembangunan fisik teralihkan untuk menanggulangi dampak sosial pandemi. Diantaranya untuk BLT, pengadaan masker dan agenda kegiatan lain terkait covid-19. Agar pembangunan tetap berjalan sesuai kebutuhan di lapangan, dibutuhkan kreatifitas dan inovasi dengan melakukan berbagai upaya terobosan.
      Pemdes Geyongan beserta jajarannya di bawah komando Kuwu Hery Suyatno, dengan gigih dan kerja keras melakukan upaya-upaya terobosan melalui jalinan inter relasi dengan instansi atau institusi lain. Setelah pembangunan TPT saluran irigasi dari embung menuju persawahan sepanjang kurang lebih 200 meter, dilanjutkan dengan pembangunan jalan lingkar selatan yang menghubungkan jalan embung menembus perkampungan di Dukuh Pace. Dengan dibangunnya jalan ini diharapkan terbukanya akses jalan terutama bagi petani dalam memenuhi kebutuhan akan kemudahan transportasi di bidang pertanian. Selain dapat meningkatkan produktivitas pertanian, juga menambah nilai jual lahan- lahan di sekitarnya. 
     Kali ini sedang dilaksanakan pembangunan jalan usaha tani dan revitalisasi saluran irigasi dari sungai irigasi utama menuju areal persawahan di blok Lempung, Mingmang dan Pace. Berdasarkan letak geografis, area tersebut masih memungkinkan air bisa mengalir hingga ke aera blok Lempung. Di batas akhir area ini kontur lahan mulai agak meninggi, sehingga air tidak dapat lagi mengalir. Di sini akan dibuat kolam tampungan air. Dari sini selanjutnya air akan dipompa menuju area Pace untuk mengairi lahan dan mengisi embung. 
      Embung seluas 4 ha ini suplai airnya mengandalkan giliran dari Pengairan Cumanuk-Cisanggarung yang debitnya jauh dari cukup. Dengan revitalisasi irigasi ini, suplai air ke embung akan sangat terbantu, sehingga pada musim kemarau sawah dan ladang tidak akan kekurangan air.

Khidmat di Panjang Jimat

.      Masjid Agung Kanoman
Cerahnya malam pekat
Langit berhias gumpalan kapas putih berkilat
Rembulan khusyu bermunajat
Angin terdiam berpeluk pepohonan erat
Dedaunan berhenti berbisik sesaat
Semua berkhidmat 
Lantunkan sholawat
Mengiringi arak-arakan panjang jimat
Pengunjung berbaris di tepi
Saksikan iring-iringan sang abdi
Membawa pusaka suci
Dan persembahan untuk disaji
Dalam untaian bacaan kitab barjanji
Kisahkan perjalanan hidup nabi
Lahir sampaikan Kalam illahi
Untuk kemaslahatan umat di bumi
Umat berduyun ngalap berkah
Peringati maulid penuh rahmah
Niatkan diri untuk ibadah
Tafakur diri bermuhasabah
Agar didapat semua hikmah
Giat mengabdi amalkan sunah
Sebarkan Islam janganlah lelah
Hidup manfaat penuh barokah

Rabu, 28 Oktober 2020

Bagi Masker Gratis

.    Hari ini jadwal pembagian masker gratis dari pemerintah desa. Seluruh perangkat desa, kepala dusun, ibu- ibu PKK, didampingi oleh Babinsa dan Babinkamtibmas turun dari rumah ke rumah membagikan masker kepada seluruh warga masyarakat.
      Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka pencegahan meluasnya paparan covid-19. Di wilayah tempat tinggalku kebetulan masih berstatus zona merah. Setelah beberapa waktu yang lalu ada warga yang terpapar, penerapan SOP diperketat. Hal ini sebagai langkah nyata tindak pencegahan oleh gugus covid-19 tingkat desa.
      Pengadaan masker gratis ini didanai oleh pemerintah desa yang bersumber dari Anggaran Dana Desa (ADD). Selain pengadaan masker, beberapa kegiatan lain dalam rangka menyikapi dampak covid-19, telah dilaksanakan pembagian Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk warga masyarakat yang terdampak dalam bidang ekonomi. Seperti diketahui bersama, banyak warga masyarakat yang kehilangan mata pencaharian selama masa pandemi covid-19 ini.
     Dalam kegiatan ini sekaligus mensosialisasikan SOP pencegahan covid-19 kepada masyarakat. Diantaranya agar selalu cuci tangan pakai sabun, memakai masker, jaga jarak dan menghindari kerumunan.
      Dari kegiatan aktif melakukan sosialisasi dan membagikan masker ini, diharapkan kesadaran masyarakat dalam menetapkan SOP semakin meningkat. Semoga covid-19 segera berakhir dan pergi dari bumi desaku.

“Peran Teknologi Terkini dalam Membuat Pembelajaran DARING (Online) dan LURING (Offline) Menjadi Semakin Menyenangkan.”

#PGRI

 #KOGTIK

#EPSON 

#KSGN

 http://gurupenggerakindonesia.com.




Dampak positif pandemi Covid-19 pada dunia pendidikan mengantarkan terjadinya revolusi digital secara total. Penggunaan teknologi terkini dalam pembelajaran awalnya belum terintegrasi secara maksimal. Hal ini disebabkan karena mayoritas guru belum menguasai teknologi informasi dan komunikasi. Dengan ditiadakannya pembelajaran tatap muka di masa pandemi covid-19, guru dipaksa harus melek IT. Guru mengajar dari rumah. Siswa pun belajar dari rumah. Dalam kondisi ini, kegiatan belajar mengajar hanya dapat berlangsung dengan bantuan teknologi, yakni teknologi digital.

Perubahan dari pola pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran virtual (daring), berimbas pada perubahan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.  Untuk mendasari semua perubahan itu, hal terpenting adalah perubahan pola pikir (mindset) para praktisi pendidikan. Transformasi digital bukan melulu soal teknologi, tetapi juga soal mindset (pola pikir). Digital mindset sebagai paradigma berpikir, merupakan hal penting yang sangat dibutuhkan dalam transformasi (perubahan) berbasis digital di bidang pendidikan. Transformasi digital dalam pembelajaran tidak akan berjalan mulus, bila praktisi pendidikan tidak dibekali dengan digital mindset (pola pikir digital) yang tepat.

Bila dianalisa, ada beberapa paradigma pola berpikir dalam pembelajaran, yang merupakan ciri digital mindset dalam aktivitas belajar sebelum dan setelah era digital, antara lain :

1.    Dulu peserta didik cenderung menunggu ilmu diberikan oleh guru. Di era digital, peserta didik menjemput ilmu secara mandiri dan independen. Saat ini semua pengetahuan ada di jejaring internet. Peserta didik dituntut aktif searching untuk mencarinya.

2.    Guru selalu mengajarkan materi atau konten pembelajaran kepada peserta didik, di era digital guru harus menanamkan kompetensi kepada peserta didik, karena semua konten/materi sudah tersedia di internet. Pola pendekatan pembelajaran bergeser dari content based menjadi competence based. Hasil belajar pun berubah dari siswa tahu mengenai apa menjadi siswa bisa apa.

3.    Dulu peserta didik belajar dulu baru dipraktikkan. Sekarang peserta didik belajar sambil praktik. Sebagai contoh, anak yang awalnya tidak bisa main gitar, setelah belajar mandiri melalui tutorial cara bermain gitar di youtube, dalam waktu singkat menjadi pandai bermain gitar. Berbagai macam micro skill berupa tutorial di youtube, tersedia di internet, bisa diakses, dipelajari dan dipraktikkan secara mandiri oleh anak-anak.

4.    Pola pikir guru yang dulu menganggap siswa adalah kertas kosong yang berlu diisi, kini berubah. Di era digital siswa adalah individu yang memiliki kecerdasan. Tugas guru sebagai pendidik adalah membentuk siswa menjadi individu yang memiliki kompetensi.

5.    Dulu ada paradigma bahwa berkarya itu hanya bagi mereka yang sudah dewasa. Sekarang, terbuka kesempatan berkarya bagi segala usia.  Karya-karya yang bersifat digital mudah diciptakan dan dikembangkan bukan saja oleh orang dewasa, tetapi juga oleh anak-anak.

D era transformasi digital, terlebih di era PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh), siswa menghadapi berbagai kejenuhan karena sulitnya melakukan interaksi secara virtual (daring). Hal ini, sering membuat semangat belajar peserta didik semakin menurun. Menyikapi hal ini, praktisi pendidikan (guru) dituntut tidak hanya menguasai teknologi informasi dan komunikasi, tapi mampu berkreasi dan berinovasi dalam membuat materi atau konten pembelajaran yang menarik, efektif dan menyenangkan bagi peserta didik. Guru harus mencari ide-ide dalam memilih metoda pembelajaran daring yang kreatif dan tidak membosankan.

Saat ini tersedia berbagai platform pembelajaran yang dapat dipilih guru sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru dapat menggunakan LMS (Learning Management System) yang didukung teknologi canggih menyediakan fitur-fitur pembelajaran yang lengkap. Guru juga dapat menggunakan google classroom, zoom, cisco webex, quizz, dan lain sebagainya dalam pembelajaran.

Dukungan teknologi memang penting, namun ada hal lain yang tidak kalah penting dalam pembelajaran daring ataupun luring, yaitu proses pengelolaanya. Dalam mengelola kelas pada pembelajaran daring, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pembelajaran berlangsung secara kreatif dan menyenangkan :

a.       Menjaga penampilan.

Walaupun pembelajaran tidak dilakukan dengan tatap muka secara langsung, usahakan guru tetap berpenampilan rapih seperti halnya di kelas nyata. Bersolek diri dan memakai parfum akan membuat kita semakin percaya diri.

b.      Membuka kelas pembelajaran dengan kata-kata penyemangat.

Sebelum pembelajaran dimulai, buatlah kondisi siswa dalam keadaan siap untuk belajar. Hypno teaching bisa dimanfaatkan untuk mengantarkan siswa ke zona alfa dimana siswa dalam keadaan siap belajar. Guru bisa melakukan ice breaking, game, quiz, dan lainnya selama beberapa menit.

c.       Mengatur posisi tempat belajar yang nyaman.

Posisi dan kondisi tempat belajar sangat berpengaruh dalam pembelajaran. Guru bisa memilih tempat tertentu yang jauh dari gangguan. Ruangan bisa ditata sedemikian rupa agar menarik dan nyaman.

d.      Berbicara dengan sistematis dan menggunakan gesture tubuh dengan baik.

Dalam berinteraksi dengan siswa secara daring, guru hendaknya berbicara secara sistematis dan mimik yang baik. Penggunaan gesture tubuh juga sangat dianjurkan agar terkesan seolah siswa berhadapan langsung dengan gurunya.

e.       Menjaga interaksi secara dinamis.

Interaksi dengan siswa harus selalu terjaga secara dinamis. Bila siswa melakukan hal-hal yang kurang etis, misalnya dalam chat, guru bisa langsung menegur dengan ramah secara pribadi (japri).

f.       Buat materi yang menarik dan mudah dicerna.

Materi yang disajikan guru hendaknya menarik dan mudah dicerna. Guru dituntut kreatif dan inovatif dalam membuat materi daring, menyesuaikan situasi aktivitas di kelas nyata dan di kelas virtual.

g.      Sisipkan improvisasi kelas.

Guru harus dapat menyisipkan improvisasi dalam bentuk ice breaking, game, quiz dan sejenisnya agar siswa tidak jenuh dan bosan.

h.      Buat siswa merasa dihargai.

Guru harus menjaga agar siswa tetap merasa dihargai misalnya dengan memberi reward bagi siswa yang cepat merespon chat guru, menayangkan hasil belajar di chat grup, atau bilang akan menelpon siswa secara acak.

i.        Mengakhiri pembelajaran dengan penuh hikmah dan kebaikan.

Di akhir pembelajaran guru dapat menyampaikan hikmah dari pembelajaran dan memberi pesan-pesan kebaikan atau nasihat.

Hal-hal di atas harus selalu diperhatikan, karena dalam pembelajaran baik daring maupun luring, tujuan akhirnya harus selaras dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Peran teknologi terkini dalam pembelajaran perlu diimbangi dengan pola pikir guru yang kekinian pula. Karena sejatinya teknologi hanyalah alat (tool), sedangkan pola pikir (mindset) berasal dalam diri manusia sebagai pengguna alat tersebut. Maka dari itu, secanggih apapun sebuah teknologi, tepat atau tidaknya penggunaan dari teknologi itu, tergantung pada siapa yang menggunakannya. Peran guru sebagai sutradara dalam pembelajaran, sebagai pengguna teknologi, sebagai agent of change, dan sebagai pendidik, sangat vital dan tak tergantikan oleh teknologi.

Mengingat peran guru dan peran teknologi yang sangat vital di era digital, di tangan gurulah pengelolaan teknologi ini dimaksimalkan agar semakin efektif dan menyenangkan. 


PROFIL

YOYON SUPRIYONO,S.Pd.,M.Pd.


Dilahirkan di Cirebon, tepatnya desa Geyongan Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon, pada tanggal 16 September 1968 Merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara dari pasangan Sutisno (alm) dan Uwiti (almh). Menempuh pendidikan dimulai dari SD Geyongan 1 (lulus tahun 1981), SMPN 1 Arjawinangun (lulus tahun 1984), SMAN Palimanan (lulus tahun 1987), IKIP Bandung (lulus tahun 1989),  Universitas Terbuka UPBJJ Bandung (lulus tahun 2005), dan Pasca Sarjana Universitas Wiralodra Indramayu (Lulus tahun 2018). Penulis adalah kepala sekolah di SMPN 4 Terisi Kabupaten Indramayu, yang mempunyai hobby mendaki gunung dan jalan-jalan. Penulis buku “TIK, KAPAN KAU KEMBALI” diterbitkan Mediaguru tahun 2017 dan beberapa buku antologi. Bercita-cita ingin memberi manfaat yang sebesar-besarnya untuk orang lain.

 

Selasa, 27 Oktober 2020

Janda Bolong

     Melihat tanaman ini, ada tanya yang menggelitik di hati. Siapa yang menjuluki tanaman ini dengan nama janda bolong? Apa hubungan tanaman ini dengan janda, ya? 
     Kalau melihat daunnya, sepintas seperti daun yang dimakan ulat. Bolong-bolong. Tapi kalau pasangan katanya jatuh ke tangan janda, hal ini yang bikin penasaran. Janda bolong, maknanya apa? Sebuah analogi yang menggelitik. 
     Tumbuhan dengan nama latin monstera obliqua ini memang sedang trendi. Di pasar maya harganya berkisar antara 7.5 K hingga 35 K. Bahkan untuk yang berdaun Dwi warna bisa lebih mahal. 
     Ternyata, walaupun menyandang nama janda, apalagi bolong, jenis bunga ini bernilai jual lumayan. Bisa dibudidayakan sebagai tambahan penghasilan di musim pandemi. Keunikannya terletak pada daunnya yang bolong alami. Dan itu menjadi daya tarik tersendiri.
    Jadi, jangan memandang sebelah mata dengan janda. Walaupun janda, tetap punya daya tarik dan tentunya masih bernilai.

Senin, 26 Oktober 2020

ANGIN


       Hari ini aku ingin menulis tentang angin. Angin dari kipas yang telah membuatku terbaring. Kepalaku terasa berat, sakit dan pusing. Sekujur tubuhku terasa nyeri. Istriku bilang aku masuk angin. Ia menyuruhku berbaring telungkup. Tubuhku dikerok pakai koin blendong warisan nenek. Setelah itu ia memberiku obat yang ternyata jamu tolak angin. Anginnya sudah masuk koq baru ditolak, ya. Hehe
       Sebenarnya angin tuh apa sih? Menurut wikipedia, angin adalah aliran udara dalam jumlah yang besar diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah.Tekanan udara disemua tempat tidak sama. Perbedaan tekanan udara tersebut menyebabkan udara mengalir atau bergerak, yang disebut angin.
       Dalam dunia sastra angin mendapat tempat spesial sebagai bentuk ungkapan suasana. Rindu sering dititipkan kepada angin. Angin menjadi tempat bertanya, atau menjadi deskripsi suasana ketika alirannya sepoi-sepoi. Bahkan yang tidak komitmen suka disebut angin-anginan. 
       Namun angin juga kadang menjadi sesuatu yang buruk dan jahat. Misalnya yang baru saja aku alami, masuk angin. Atau, angin topan dan angin puting beliung yang bisa memporak-porandakan kehidupan. Apalagi angin tornado, sangat mengerikan dan ditakuti. 
       Kemarin aku melayat istri sahabatku yang meninggal mendadak. Ternyata kematiannya disebabkan oleh angin. Menurut diagnosa dokter, istri sahabatku itu meninggal karena angin duduk. Lagi-lagi angin. Walaupun hanya istilah nama penyakit, angin yang satu ini tidak boleh disepelekan. 
       Angin duduk terjadi ketika jantung kekurangan suplai oksigen dari darah. Hal ini menyebabkan sesak dan kesulitan bernapas. Dada terasa sakit dan sesak seperti terhimpit benda besar. Bila ini terjadi, segera hubungi dokter.
       Nah, angin jangan dianggap enteng. Bila sudah mendesak tak usah ditahan. Biarkan ia keluar secara alami walau dengan aroma yang kadang kurang bersahabat. Ini demi kesehatan tentunya. 
 

Sabtu, 24 Oktober 2020

SIRAMAN GONG SEKATEN

Pagi Minggu ini berkesempatan hadir di Kraton Kanoman Cirebon atas ajakan seorang kerabat keraton. Menjelang peringatan Maulid Nabi, ada ritual siraman gong. Tepatnya pada tanggal 7 Rabiul awal. Acara sakral ini dilakukan oleh segenap abdi dalem dan bangsawan Keraton. 
Perangkat gamelan yang dikenal dengan Gong Sekaten, dikeluarkan dari tempat penyimpanannya di ruang jinem. Seijin sultan, perangkat gamelan peninggalan Sunan Gunung Jati itu dibawa ke langgar untuk dicuci.
Sebelum siraman gong, didahului dengan doa bersama di langgar yang dipimpin oleh penghulu keraton. Setelah itu perangkat gamelan dicuci dengan air yang dicampur kembang tujuh rupa.Usai dicuci perangkat gamelan gong Sekaten dibawa ke Siti Hinggil untuk disemayamkan. Selanjutnya gong tersebut akan ditabuh pada malam harinya setelah sholat isya. Acara ini dikenal dengan Pelal Alit. 


Masyarakat yang hadir berebut air bekas cucian gong tersebut. Dengan wadah jerigen atau botol air mineral mereka membawa pulang air bercampur bunga tujuh rupa itu untuk berbagai keperluan. Dari seorang pengunjung diperoleh keterangan bahwa air itu dipercaya memiliki berbagai khasiat. Ada yang langsung untuk cuci muka agar awet muda, disiramkan ke sawah agar bebas dari hama dan berbagai keperluan lain. Wallahu alam.

Rabu, 21 Oktober 2020

Baridin dan Ratminah (Bagian 2)

 


Baridin dan Ratminah (Bagian 2)

Sudah sekian lama berjalan, tiba-tiba Baridin berhenti. Ia bingung di mana letak sawah Pak Bunawas. Ia tengok kanan kiri. Tapi tak ada seorangpun yang lewat untuk ia bisa bertanya.

Tak jauh dari tempat Baridin berdiri, ada seorang gadis desa yang juga nampak sedang bingung. Mulutnya nampak komat kamit seperti sedang mengingat sesuatu.

“Tadi bapa pesen apa aja ya, koq mendadak lupa sih... Emm... kalau gak salah bapak pesen kopi, gula pasir, ikan bandeng, cumi, ...,” suara gadis itu tiba-tiba terhenti seketika.

“Hai, cantik ... kaget, ya! Mau ke mana, sayang ...,” tiga orang pemuda menghampiri sambil menggoda.

“Ih, kebiasaan. Tiap kali aku ke pasar, pasti ada yang iseng gangguin. Kalian gak tahu ya, saya ini anak orang kaya,” kata gadis itu dengan sombong.

“Hei, manis ...dengerin ya. Beli batik di pasar Trusmi, makan siang lauknya sambal, kamu cantik sangat kukasihi, tapi sayang sok jual mahal,” seorang pemuda berpantun menggoda.

“Hei, dengerin juga ya. Ikan petek ikan jambal, dimakan tikus lalu dibuang, orangnya jelek mulutnya gombal, ngomong nyerucus gak punya uang,” balas si gadis.

“Ahai cah ayu ... beli bolu di toko buku, beli kismis sama kuaci, tak usah malu jadi pacarku, punya kumis tipis bikin kamu geli, hahaha ....” pemuda lain ikut menggoda.

“Ih, amit-amit ... bolu kismis dikasih balsem, bawa bantal sama spreinya, kumis tipis baunya asem, rambutnya kumal banyak kutunya, hiii ..., pergi, pergi sana. Saya bilangin bapak tahu rasa lho,” gadis itu mencibir.

“Heh, saya kasih tahu ya, saya ini Ratminah, putrinya Bapak Dam, orang kaya raya. Lelaki yang mau sama saya, orangnya keren-keren, kaya-kaya, berdasi, berkelas, bermobil, beruang,” jelas gadis bernama Ratminah itu dengan ketus dan sombong sambil berlalu pergi.

“Ooh, jadi yang mau sama kamu itu beruang ... Hiii... cantik-cantik kok mau sama beruang, hahaha ....” ketiga pemuda itu megolok-olok sambil tertawa.

“Mang ... Mang, mau nanya, kalau sawah Pak Bunawas sebelah mana, ya?” Baridin tiba-tiba datang dan bertanya kepada ketiga pemuda itu. Tak sengaja pandangannya menangkap wajah si gadis. Hatinya bergetar.

“Aah, ganggu saja, sawah Pak Bun kesana,” jawab pemuda berkumis.

“Kesana, kemana, Mang?” Baridin nampak kurang jelas.

“Ya kesana saja, lurus, lurus saja,” jawab pemuda yang lain.

Baridin pun pergi. Pemuda berandalan kembali mau menggoda si gadis. Namun gadis bernama Ratminah itu sudah pergi. Mereka pun menggerutu. Gara-gara Baridin, mereka kehilangan gadis yang sedang digodanya itu. (Bersambung)


#AISEIWritingChallenge

#30hariAISEIbercerita

#100kata bercerita

#pendidikbercerita

#warisanAISEI

#Day15AISEIWritingChallenge


Selasa, 20 Oktober 2020

Baridin dan Ratminah (Bagian 1)

 


Baridin dan Ratminah (Bagian 1)

Mentari sudah bangun dari peraduan. Kicau burung menyambut hari dengan ceria. Tanda aktivitas kehidupan sudah dimulai. Penduduk desa bersemangat keluar rumah. Ada yang pergi kesawah, ladang atau kegiatan lain sesuai profesinya.

Lain halnya dengan Baridin. Pemuda desa yang satu ini pemalas. Ia masih tidur pulas di atas balai bambu. Sudah beberapa kali Mbok Wangsih, ibunya, menyuruhnya bangun. Tapi Baridin malah membalikkan badannya ke dinding bilik. Ia pun  kembali tertidur pulas. Hal ini membuat ibunya yang sudah lama menjanda itu, merasa kesal dan jengkel.

Tiba-tiba dari balik pintu rumah gubuk yang sudah reot itu terdengar suara orang bertamu. Mbok Wangsih mengenali suara itu sebagai Mang Bunawas. Mbok Wangsih dengan sabar kembali membangunkan Baridin. Hari itu Baridin sudah dipesan untuk membajak sawah milik Mang Bunawas. Mengetahui ada yang datang , dan itu Mang Bunawas, Baridin pun bangun.

“Mbok ... Mbok ..., Baridin ada, Mbok?” suara Mang Bunawas memanggil Mbok Wangsih.

Mbok Wangsih keluar disusul Baridin sambil mengucek matanya.

“Kamu niat kerja nggak, sudah siang begini masih tidur,” Mang Bunawas meletakkan ceting berisi nasi dan lauk pauk untuk Baridin yang dikiranya sedang membajak sawahnya.

“Maaf, Mang Bun, tadi malam saya nonton wayang, jadi bangunnya kesiangan. Kalau besok saja membajak sawahnya gimana, Mang?” tawar Baridin sambil menguap tanda masih mengantuk.

“Yang benar saja, Din. Semua sawah di kanan, kiri, depan, belakang, sudah dibajak. Tinggal punya saya yang masih bera,” nafas Mang Bun tersengal karena kesal.

“Pokoknya gak mau tahu, hari ini harus selesai. Tuh, bekal makannya sudah ada. Kalau kamu nggak sanggup, saya cari orang lain,” tambah Mang Bun kian kesal.

“Ya sudah ... baiklah, kalau begitu. Mang Bun duluan saja, nanti saya nyusul. Eh, tapi saya kurang jelas letak sawahnya,” tutur Baridin sambil melirik nasi dan lauk pauk di dalam ceting yang dibawa Pak Bunawas. Perutnya sudah tak kuat menahan liur yang membanjiri mulutnya.

“Itu, sawah yang dekat pintu air, sebelah sawahnya Mang Tarkam. Pokoknya yang belum diapa-apakan,” jelas Mang Bun sambil pamit pulang.

Sepulang Pak Bunawas, Baridin langsung menyantap makanan yang sudah tersaji. Setelah itu ia pamit ke ibunya berangkat kerja membajak sawah Pak Bunawas.

(Bersambung)

#AISEIWritingChallenge

#30hariAISEIbercerita

#100kata bercerita

#pendidikbercerita

#warisanAISEI

#Day14AISEIWritingChallenge


Senin, 19 Oktober 2020

Legenda Cinta dari kota Udang

 


            Siang ini saya berkendara ke kota Cirebon. Siapa yang tidak tahu kota Cirebon? Kota dengan seribu daya tarik. Kota yang memiliki magnit bagi para wisatawan, peziarah dan petualang. Beragam adat, tradisi, seni dan budaya melekat erat di dalamnya.

 Di antara ragam pesona di kota Udang ini, ada satu kisah cinta yang melegenda. Tak kalah hebat dan serunya dengan Romeo dan Juliet. Atau Rama dan Sinta. Cirebon punya legenda , Baridin dan Suratminah. Drama kisah cinta ini kembali kuputar menemani perjalananku ke Cirebon, kota Udang. Kisah yang dikemas dalam drama tarling Cirebonan. Legenda rakyat Cirebon ini diangkat dalam cerita drama oleh H. Abdul Adjid {alm}. Bersama grup Tarling Putra Sangkala, kisah ini menjadi terkenal kemana-mana.

 Ingin tahu ceritanya? Sabar ya, follow terus blog saya dan jangan lupa tinggalkan komen. Akan hadir cerita bersambung Baridin dan Suratminah.

#AISEIWritingChallenge

#30hariAISEIbercerita

#100kata bercerita

#pendidikbercerita

#warisanAISEI

#Day13AISEIWritingChallenge


Minggu, 18 Oktober 2020

Tradisi Ngunjung

 

Tradisi ngunjung

Saya  dilahirkan dan dibesarkan di bumi kota Wali (Cirebon). Kota di mana salah satu wali dimakamkan, kaya dengan tradisi hasil akulturasi agama dan budaya setempat. Salah satunya adalah tradisi Ngunjung. Ngunjung berasal dari kata kunjung, yang artinya mendatangi atau mengunjungi. Bentuk ritual tradisi ini, masyarakat atau warga kampung berkunjung atau berziarah ke makam leluhur yang dianggap keramat, sebagai salah satu wujud penghormatan dan rasa syukur. Doa bersama dalam bentuk tahlilan dipimpin oleh sesepuh atau tokoh agama. Selain berdo’a, pada acara Ngunjung ini biasanya ditampilkan berbagai macam kesenian khas daerah seperti wayang, topeng dan lainnya.

Hingga saat ini tradisi ini masih melekat dan dirayakan hampir di setiap desa di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka dan sekitarnya. Termasuk di desa tempat saya tinggal sekarang. Masyarakat berbondong-bondong datang ke lokasi makam membawa makanan dan jajanan untuk dinikmati bersama usai tahlilan. Selain sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, ritual ini juga sebagai ajang permohonan doa kepada Tuhan agar warga desa diberikan keselamatan, kesejahteraan dan rezeki yang melimpah, gemah ripah loh jinawi. Semangat kebersamaan, gotong royong, saling memberi dan berbagi sangat kental terasa.

Bila ditengok ke belakang, tradisi ini tak lepas dari sejarah perkembangan agama Islam di pulau Jawa. Islam yang hadir dengan ramah, penuh solidaritas dan cinta damai, disambut oleh masyarakat dengan kultur sosio-budaya lokal setempat. Pertemuan keduanya melahirkan harmonisasi peradaban dalam bentuk tradisi. Perpaduan agama dan budaya yang mesra ini menjadi model kehidupan beragama yang ideal. Agama Islam hadir dengan nafas ketauhidan memberikan ruh pada budaya setempat. Sedangkan budaya lokal menyerap ajaran agama dengan tangan terbuka. Dari kondisi ini tercipta nuansa budaya lokal yang agamis, seperti dua keping mata uang yang berbeda tapi saling mengisi dan melengkapi.

Itulah sekilas tradisi di tempat saya. Bagaimana tradisi di tempat anda?

 

#AISEIWritingChallenge

#30hariAISEIbercerita

#100kata bercerita

#pendidikbercerita

#warisanAISEI

#Day10AISEIWritingChallenge


Tradisi Ngapem

 



Kita tentunya tidak asing dengan kue Apem. Kue ini berbahan dasar tepung beras dan gula merah. Tepung beras dibuat adonan lalu dicetak. Biasanya berbentuk bulat. Namun ada juga yang persegi. Sedangkan gula merah sebagai pasangan, dicairkan terlebih dahulu. Ada juga yang mencampurkan parutan kelapa ke dalam cairan gula untuk menambah varian rasa. Lebih maknyos lagi ditambahkan blondo, gumpalan putih yang terpisah ketika pembuatan minyak kelapa. Cara mengkonsumsinya pun mudah. Celupkan kue apem ke dalam gula cair lalu dimakan.

 Namun, tahukah anda bahwa ada kaitan antara kue apem dengan perang? Perang yang dimaksud adalah perang antara Husain bin Ali, cucu Rosulallah saw melawan pasukan Bani Umayyah. Husain bin Ali gugur dalam peperangan itu.  Umat muslim di berbagai negara memperingatinya pada setiap bulan Muharram, dengan cara yang berbeda-beda.

Di Indonesia, khususnya di Cirebon, untuk memperingati peperangan ini dilakukan dengan pembuatan kue apem. Tradisi yang dikenal dengan Ngapem ini, pertama kali dilakukan di  Keraton Kanoman. Tradisi ini dimaksudkan untuk sodaqoh sebagai penolak bala.

Warna dan bentuk kue apem juga mempunyai makna. Warna putih pada  kue apem melambangkan kesucian. Sedangkan warna gula merah perlambang keberanian. Bentuk apem yang bulat melambangkan kepala, sedangkan bentuk apem yang persegi atau kotak menunjukkan badan. Konon, Hsain bin Ali wafat dengan cara dimutilasi, kepala dan badannya terpisah.

Nah, adakah tradisi ngapem di tempat anda?

#AISEIWritingChallenge

#30hariAISEIbercerita

#100kata bercerita

#pendidikbercerita

#warisanAISEI

#Day11AISEIWritingChallenge

 


Goes

 



Goes

            Hari Minggu kadang bisa menjadi spesial. Betapa tidak, setelah selama enam hari bekerja, hari Minggu sebagai  hari libur sangat dinanti. Berbagai kegiatan dirancang untuk mengisi waktu libur ini. Ada yang berwisata, berkunjung ke family, olah raga pagi, aktivitas di rumah dan sebagainya.

            Belakangan ini olahraga bersepeda di hari minggu sedang trend. Tentunya tetap menerapkan protokol kesehatan yang di anjurkan selama pandemi covid-19. Sepeda pun menjadi komoditi yang laris manis. Karena dilakukan dengan cara menggoes, maka orang lazim menyebut aktivitas ini dengan sebutan goes. Ada yang melakukannya sendirian, banyak juga yang berkelompok. Komunitas goes pun bermunculan. Performancenya pun bervariasi. Untuk membedakan dari yang lain, tiap komunitas tampil dengan seragam yang berbeda. Jarak tempuh dan tujuannya berbeda-beda sesuai kesepakatan.

            Pagi Minggu ini merupakan goesku yang pertama. Aku bergabung dengan komunitas goes di desaku. Komunitas ini  sudah cukup lama berdiri. Selain berolah raga, tujuanku bergabung dengan komunitas pesepeda ini adalah untuk mempererat silaturahmi, membangun kebersamaan, memupuk persaudaraan dan ajang berbagi. Rute yang ditempuh lumayan jauh. Bagiku yang pemula, pengalaman ini cukup melelahkan. Walaupun demikian, rasa lelah menjadi tak terasa ketika menikmati pemandangan di sepanjang jalan yang dilalui. Sungguh ada kebahagiaan, kepuasan dan keasyikan tersendiri.

            Pengalaman yang berkesan adalah ketika kembali ke rumah. Ada sesuatu yang kurasakan berbeda saat aku berjalan. Bagaimana dengan anda?

           

#AISEIWritingChallenge

#30hariAISEIbercerita

#100kata bercerita

#pendidikbercerita

#warisanAISEI

#Day12AISEIWritingChallenge


Selasa, 13 Oktober 2020

Kena Batunya

#Day4AISEIWritingChallenge




     Pagi itu kantor balai desa sudah menampakkan aktivitas. Beberapa warga datang mengurus keperluannya masing-masing. Di sela-sela aktivitas pelayanan, datang seseorang berseragam militer lengkap. Ia datang dengan langkah tegap. Tanpa salam dan dengan suara lantang ia menanyakan kepala desa. Dialog pun terjadi. Aku yang baru datang, mencari tempat duduk sambil menunggu.Tanpa sengaja, terdengar seluruh percakapan antara pak kades dan tamunya yang seorang tentara itu.
     "Ada yang bisa saya bantu, Pak?," tanya pak kades.
     "Saya disuruh komandan saya untuk minta tanda tangan pak kades," kata pria itu sambil mengeluarkan berkas yang cukup tebal. 
     Pak kades segera mempelajari berkas itu dengan teliti. Ada tiga tumpukan. Semuanya tebal-tebal.
     "Begini, Pak. Saya perlu telaah dulu semua berkasnya. Jadi bapak pulang dulu saja. Besok kesini lagi," jelas pak kades dengan tenang.
     " Tidak bisa, Pak. Harus ditanda-tangan sekarang juga. Nanti saya dimarahi komandan," pria itu ngotot dengan suara meninggi.
     "Ya sudah, telefon saja komandanmu. Sampaikan apa kata saya tadi," ujar pak kades.
     "Tidak bisa, Pak," harus selesai sekarang.
     "Ya sudah, biar saya yang telefon komandanmu," kata pa kades datar.
    "Si ... silakan!" kopral nampak gugup. 
    Pak kades meraih ponselnya. Mendekatkannya ke daun telinganya. Beberapa kali terdengar nada panggilan dari ponselnya.
    "Hallo ... Selamat siang," pak kades memulai sapaannya.
    " Selamat siang pak kades. Gimana kabarnya?" terdengar respon dari ponsel yang diloud-speaker.
    Selanjutnya terdengar jelas oleh kopral itu, pembicaraan antara pak kades dan pak komandan. Wajah kopral nampak memerah. Ia merasa kerdil dengan seragam yang dikenakannya. Seragam yang dibangga-banggakannya. Darah yang berdesir di nadinya menjalar ke seluruh tubuh. Apalagi ketika terdengar komandannya meminta bicara dengannya. Pak kades menyerahkan ponselnya kepada tentara yang berpangkat kopral itu.
     Dengan agak gemetar didekatkan ponsel ke telinganya. Terdengar suara komandannya bernada marah. 
     "Berkasnya biar ditinggal saja, pak kades," kata kopral itu agak gugup dengan nada bicara yang drastis menurun. 
     "Oh iya, silakan. Saya akan telaah agar nanti bila ada kekurangan, anda tidak bolak balik kesini mengurus segala sesuatunya," pak kades menjelaskan. 
     "Mohon maaf pak kades atas prilaku saya tadi. Saya tidak tahu kalau pak kades dulunya atasan komandan saya," tentara itu nampak tersipu malu, disambut dengan senyuman pak kades sambil menepuk bahunya.
     Adegan selanjutnya begitu fantastis. Tentara berpangkat kopral itu meminta pak kades untuk merekam dirinya melakukan push-up seratus kali lalu mengirim videonya kepada atasannya. Pak kades tak kuasa menolak ketika dijelaskan bahwa itu perintah atasannya. Sambil tersenyum pak kades menuruti pemintaan kopral itu. 
     Aku yang menyaksikan dari awal, hanya bisa geleng kepala. Seragam militer tak bisa dijadikan bahan kesombongan. Apalagi untuk memaksa orang lain menuruti kemauannya. Kopral itu kurang berliterasi, literasi sosial, pikirku. 

# Kota Wali, 10 Oktober 2020
     

Jumat, 09 Oktober 2020

Ketinggian

    Sore tadi saya berada di atas sebuah tower air. Walaupun miris, keinginan itu begitu kuat untuk duduk santai di atas menara itu. Kutapaki tangga besi yang menempel di dinding menara satu per satu. Hingga sampai di atap dengan perasaan plong. Subhanallah, indahnya pemandangan dari atas menara. 
     Mentari sudah bersiap menyuguhkan view yang bagi penyuka fotografi, merupakan moment yang ditunggu. Bersama secangkir kopi yang sengaja kubekal dari bawah, kunikmati sunset yang begitu mempesona. 
     Sempat terbayang seandainya diri ini melayang ke bawah sana dan jatuh ke tanah. Entah apa yang terjadi. Seperti perjalanan manusia dari lahir hingga kembali ke tanah. Alam fana yang kita jalani ini ibarat saat melayang di udara. Hingga pada akhirnya kembali ke tanah. Itulah kehidupan.
     Pernahkan anda melayang di udara? Mungkin seperti itulah kita menjalani hidup ini. Semua tergantung pada diri kita. Ada degup kencang, ada rasa senang menikmati pemandangan, ada yang was-was, atau pasrah berserah diri pada sang khalik. Semua kembali kepada kita yang menjalani. Yang pasti kita pasti kembali dan menjadi tanah. Life is up to you. 
     Mari kita renungkan perjalanan ini, bersama secangkir kopi yang setia menginspirasi. 


#Kota Wali, 9 Okt 2020
#Day3AISEIWritingChallenge

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...