Sabtu, 30 Oktober 2021

Flu Barokah

Menjadi penyiar radio emang mengasyikkan. Selain dikenal dan memberi manfaat bagi banyak orang, juga memiliki kepuasan tersendiri. Namun modalnya tak cukup hanya percaya diri, skill yang dimiliki harus mumpuni. Apalagi kalau mengasuh program tertentu, kadang banyak request dari penggemar.

Aytun yang baru dua bulan menjadi penyiar mengisi kekosongan penyiar yang resign, langsung banyak penggemarnya. Tentu Aytun berusaha agar selalu bisa memuaskan penggemar. Tak terkecuali ketika sedang flu ringan pun ia selalu stay tune on air. Hingga malam itu Aytun terpaksa harus memenuhi request penggemar setianya yang meminta Aytun untuk menyanyi.

Tak kuasa menolak, Aytun mencoba suaranya yang sedang serak. Ia ber

Sabtu Ceria

Raga nan lelah meniti hari



Nyanyian daun jati yg mulai menghijau
Hembusan angin yang sepoi

Jumat, 29 Oktober 2021

Goyang Panggung

Kepergian covid membuat banyak orang bisa bernafas lega. Semua aktivitas sudah kembali normal. Sekolah sudah mulai tatap muka. Mall sudah mulai dibuka. Para pegiat seni hiburan sudah mulai mentas dan buka panggung. Pokoknya semua aktivitas kehidupan yang berdampak konsentrasi massa, sudah bisa leluasa. Di komplek tempat tinggal Paimin, orang hajatan atau kenduri frekuensinya meningkat. Maklum selama pandemi covid, semuanya off. Berbagai hiburan diadakan untuk memeriahkan acara. 

Hobbinya terhadap show dangdut, membuat Paimin tak sabar menunggu hajatan tetangga dekatnya yang akan dimeriahkan organ dangdut siang malam. Namun saat ondangan bersama Aytun, jelas bukan waktu yang tepat. Usai menyantap hidangan, Aytun segera ngajak Paimin pulang dengan alasan sudah ngantuk. Rasa kecewa berubah menjadi peluang. Nanti ketika Aytun sudah tidur, ia bisa kembali ke tempat pertunjukkan, pikirnya cerdas. 

Alunan musik dan biduan yang cantik membuat Paimin terlena. Sudah 2 lagu menemani ia bergoyang di panggung. Entah sudah berapa lembar rupiah yang disawerkan. Tak ada yang bisa menghentikannya, kecuali jeweran tangan Aytun yang kala itu tiba-tiba muncul bergaun tidur. Penonton sorak Sorai menyaksikan adegan dagelan dadakan itu.

Kamis, 28 Oktober 2021

Maulid Nabi Muhammad SAW


Kreativitas berlandaskan persatuan dan kekompakan pemuda pemudi blok BULU desa Geyongan, mewujudkan event besar peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw 1444 H. 

Bulan ini ada beberapa peringatan hari besar yang bersejarah. Pertama Maulid Nabi Muhammad Saw, hari Santri dan hari Sumpah Pemuda.

Rabu, 27 Oktober 2021

I'm sorry, Sir

Sejak bekerja di sebuah perusahaan otomotif, Paimin sering ke luar kota. Agar lebih dekat ke kantor, Paimin pindah ke sebuah perumahan mewah. Tentu saja Aytun senang karena tetangganya banyak orang asing. Dalam waktu singkat mereka sudah terlihat asyik berteman dengan tetangga depan rumahnya. Seorang bule lajang dari England.

Suatu ketika Paimin dapat tugas keluar kota selama beberapa hari. Baru sehari, Paimin mendapat kabar tidak enak dari Michael, tetangga depan rumahnya. Pesan yang dikirim lewat wa tersebut berbunyi, "I'm sorry, Sir. I'm using your wife day and night, while you aren't present at home ...." Setelah membacanya Paimin marah dan langsung pulang. Percuma perang kata-kata di wa, mending langsung hajar saja bule kurang ajar itu, pikirnya.

Turun dari taksi Paimin langsung menemui Michel yang ternyata sedang cas cis cus dengan Aytun. Karena tambah kesal, Michel langsung ia hajar. Sambil menunjukkan pesan di gawainya, Paimin memaki-maki Michael. Setelah memahami duduk perkaranya, sambil ketakutan Michel berucap, "I'm sorry, Mr. Paimin. It's a typo, I mean wifi not wife ...."



Minggu, 24 Oktober 2021

Kopi Pagi


Kopi pagi ini terasa begitu pahit. Ah, tidak masalah, namanya juga kopi ya tentu pahit. Mungkin pramusaji lupa memberi gula, atau lupa mengaduknya. Sebatang rokok telah beradu dengan korek api. Telunjuk dan jari tengah telah menunaikan tugasnya. Kerjasama yang baik antara keduanya, menjepit batang kecil berwarna putih berisi racikan tembakau. Lalu menempatkannya di antara bibirku. Hisapan dan hembusan bersinergi melewati tenggorokan, menciptakan sebuah kenikmatan tersendiri bagiku, salah satu pecandunya. Asap yang mengepul terhembus dari lubang mulut, dan selebihnya melalui lubang hidung. 


Sabtu, 23 Oktober 2021

Avanza Baru

Gegara banyak tunggakan cicilan, sambungan listrik di rumah Paimin nyaris diputus. Setelah kena PHK, Paimin belum memperoleh pekerjaan baru. Tentu saja tabungannya di bank lama kelamaan terkuras. Sampai listrik pun nunggak sudah 3 bulan. Hari itu ada surat tagihan sekaligus peringatan terakhir yang isinya bila tidak segera dilunasi maka sambungan listriknya akan dicabut. Aytun tak mau hari-harinya gelap seperti nasibnya saat ini. Ia pun menjual antingnya yang tinggal sebelah lalu menyuruh suaminya ke kantor PLN.

Dalam perjalanan ke kantor PLN, Paimin tergoda ikut pasang lotre yang hadiahnya mobil Avanza. Hatinya berbunga-bunga membayangkan mobil Avanza yang akan segera diparkir depan rumahnya. Angannya mengawang berduaan dengan Aytun naik Avanza baru.

Pagi hari Paimin terperangah melihat ada Avanza parkir depan rumahnya. Tak salah lagi ia menang lotre, pikirnya girang. Ingin berbagi kebahagiaan, Aytun pun diberitahu. Berdua mereka membuka pintu. Dua orang petugas PLN berseragam lengkap sudah berdiri di teras. Mereka minta izin untuk memutus sambungan listrik di rumahnya.

Pesan dari bawah air (6)

      Sarapan pagi sudah siap. Bu Asri tidak masak. Bila pagi banyak penjual sarapan yang keliling kampung. Ada nasi kuning, soto, serabi oreg atau serabi sayur, nasi uduk dan lainnya. Sebagai temannya ada berbagai gorengan. Mulai dari bakwan, tahu sumpel, tempe goreng, grejeg teri dan lainnya. 
      Usai sarapan Pa Ardan memanfaatkan kesempatan berkumpul pagi itu untuk mencari tahu yang terjadi pada Ayla selama dia terhanyut. Ayla pun menceritakannya dari awal hingga ditolong Ki Bardah.
      Pa Ardan mengeluarkan batu yang dibawa Ayla, karena Ayla belum menceritakannya. 
      "Wanita itu yang memberi batu ini, Yah. Bagus, ya," Ayla memegang batu biru berkilau itu. 
      "Adakah pesan dari pemberi batu itu, Ayla?" Pa Ardan mencoba menggali informasi.
      "Cuma suruh disimpan atau dipakai. Nanti akan berguna katanya," Ayla kecil menjawab seadanya. 
      "Ya sudah, nanti ayah belikan kalung buat Ayla. Dan batu itu untuk bandulnya," pa Ardan mengelus rambut putrinya. Dalam hatinya terbersit niat agar batu itu selalu bersama Ayla. Ia yakin atas kehendak Allah batu itu akan menjadi pelindung putrinya.
       ***
      Seiring berjalannya waktu, saat mendapat Rizki, pa Ardan menunaikan janjinya. Sebuah kalung emas berbandul batu biru, telah melingkar di leher Ayla. 
       Pada hari pertama Ayla memakai kalung itu, perempuan pemberi batu hadir dalam. Perempuan itu tersenyum melihat batu pemberiannya tergantung indah di leher Ayla. 
      "Ayah, semalam saya bertemu dengan perempuan itu," cerita Ayla pada ayahnya. Pa Ardan yang sedang memberi makan ayam sontak terkejut. 
      "Apa yang dikatakannya, Nak?" Pa Ardan penasaran. Apa yang dikatakan Ki Bardah mulai membuka tabir misteri. 
      "Dia cuma tersenyum, Yah. Tapi sebelum pergi ia berpesan supaya aku berpuasa pada hari Senin dan Kamis," Ayla menyampaikan apa yang dipesankan perempuan itu. 
      Pa Ardan membenarkan apa yang disampaikan perempuan itu. Ia mendukung bahwa itu puasa sunah. Sejak saat itu Ayla rutin melakukan puasa Senin Kamis. Untuk mendukung putrinya, ayah bunda nya juga ikut berpuasa.
      (Bersambung)
      

Jumat, 22 Oktober 2021

Pesan Dari Bawah Air (5)

      Pak Ardan mulai merasakan kantuk. Mulutnya berkali-kali menguap. Namun ia teringat pesan Ki Bardah agar berjaga malam ini. Ia melongok putrinya yang tengah tertidur pulas. Ketika hendak keluar dari kamar Ayla, tiba-tiba pa Ardan melihat sesuatu yang aneh. Ia mengurungkan niatnya dan kembali mendekati Ayla. 
      Pa Ardan terkejut melihat ada sinar dari dalam selimut. Mungkin ini kejadian aneh yang dibilang Ki Bardah. Dengan segenap keberanian dan rasa penasaran, ia membuka selimut yang menutupi tubuh Ayla. Rupanya sinar itu datang dari genggaman tangan Ayla. Beberapa saat pa Ardan menatap sinar berwarna biru yang berkilauan itu. 
       Lama kelamaan sinar itu meredup dan hilang. Perlahan pa Ardan membuka genggaman tangan Ayla. Sebuah batu berwarna biru menyala berkilau. Pa Ardan mengambilnya. Batu itu terasa dingin. Pa Ardan membungkus batu itu dengan kain lalu menyimpannya.
       Pa Ardan membaringkan tubuhnya di atas balai. Matanya masih berkedip menatap langit-langit. Pikirannya tak lepas dari soal batu dalam genggaman Ayla. Besok pagi mungkin Ayla sudah bisa diajak ngobrol. Mungkin akan ada penjelasan tentang batu itu.
(Bersambung)

Nikmat Jumat penuh Barokah

      
      Jumat pagi ini Allah memberi nikmat silaturahim bersama seluruh siswa, TU dan guru. Setelah hampir dua tahun pandemi covid telah menjauhkan jarak di antara kami. Hari ini untuk pertama kalinya, bertepatan dg moment indah hari santri dan maulid nabi, kami bermuajaha, bermuhasabah dan mengevaluasi diri, untuk memancangkan tonggak perubahan diri ke arah yang lebih baik. Revolusi yang dilakukan nabi, menjadi titik pengingat revolusi-revolusi yang lain menuju kehidupan sesuai dengan perkembangan zaman.
      Usai memberi sambutan pada peringatan hari santri dan Maulid Nabi, gema marhaban melantun di bumi Empat Terisi. Semoga seluruh warga sekolah menjadi pengikut Rosulallah yang taat dan akan mendapat syafaatnya di akhir zaman, aamiin...
      Acara potong tumpeng kuning dilaksanakan di ruang guru. Diawali olehku selaku kepala sekolah. Lalu rekan guru yang lain satu per satu melayani sendiri sesusi porsi masing-masing. Sedap dan nikmat sekali nasi kuning buatan Ambu Geugeut ini.
      Usai santap nasi kuning, ruang kerja menjadi tempat yang nyaman untuk berselancar di dumay. Motif wa dari kepsek satap 1 mengabarkan ada titipan dari Kasatlantas Polsek Terisi, pak H. Mubin. Aku teringat obrolan saat pelaksanaan vaksinasi kemaren. Voucher tol, dugaanku.
      Siang hari sebuah amplop berisi voucher itupun sampai di tanganku. Aku hubungi pa H. Mubin via wa sekedar menghaturkan ucapan terimakasih dan bertanya cara penggunaannya.
      Setengah duabelas. Aku berpikir tentang jum'atan dan segera ingin mencoba voucher. Karena sedang tidak mukim, aku putuskan pulang lewat tol. Sisa indocafe dalam botol setia menemani sepanjang perjalanan. Aku akan keluar pintu tol Palimanan, sesuai batas penggunaan ruas tol yang tertera di voucher.
      Sesuai petunjuk aku ambil pintu tol paling kiri. Kepada petugas kusodorkan voucher bersama e-tol card. Tak banyak pertanyaan, kecuali nama. Petugas mengembalikan e-tol card dan palang pintu tol terangkat. Mataku mengarah pada dasbord sisa e-tol. Masih tetap. Berarti voucher berfungsi. Terimakasih ya Allah atas rizki yang Engkau limpahkan hari ini. Terimakasih pa H. Mubin, polisi Soleh yang dipilih Allah untuk memberikan rizki voucher tol gratis. Semoga Allah membalas kebaikan pa H. Mubin. Masih tersisa lima voucher yang masa berlakunya hingga akhir bulan ini.
      Subhanallah walhamdulillahi wala ilaaha illallahu Allahu Akbar....

Kamis, 21 Oktober 2021

Isyarat


      "Perut ini koq tiba-tiba mules, ya." Latif bergumam dalam hati. Padahal bus Sendawa baru saja melaju beberapa kilometer setelah berhenti ngisi bahan bakar. Tadi waktu berhenti di pom bensin belum terasa seperti itu. Mau meminta berhenti jelas gak mungkin. Pasti penumpang yang lain pada ngomel. Tapi Latif nampak sudah tak bisa menahan lebih lama lagi.
      Bus melaju dengan kencang. Seiring dengan kencangnya rasa mules di perut Latif. Karena sudah tidak bisa menahan lagi, Latif memberanikan diri minta berhenti kepada supir. Pak supir menggerutu, kenapa tadi tidak ke toilet waktu di pom bensin. Latif terus memohon hingga akhirnya bus berhenti tepat di ujung jembatan. 
      Latif pun langsung turun menggendong tas ranselnya. Ia bergegas melewati semak menuju ke sungai. Ia memilih tempat agak jauh agar tak terlihat oleh penumpang lain dari kaca bus. 
      Entah kenapa Latif begitu lama. Penumpang yang lain sudah tak sabar. Apalagi waktu perjalanan sudah tersita cukup lama karena macet. Beberapa penumpang turun dari bus karena kesal. Ada yang merokok atau sekedar keluar mencari angin segar. 
      Sudah hampir lima belas menit, tapi Latif belum muncul juga. Seorang lelaki mencoba memanggil-manggil. Namun tak ada sahutan. Rimbunnya semak di pinggiran sungai menghalangi pandangan. Latif sama sekali tak terlihat. 
      Pak supir nampak kesal. Berkali-kali ia membunyikan klakson. Tapi tetap saja Latif tak muncul. Entah apa yang terjadi dengan Latif. 
      " Sudah, ditinggal saja Pir! Kita semua bakal telat kalau begini," pinta lelaki yang tadi turun, sambil naik kembali ke dalam bus. Penumpang lain yang tadi ikut turun, kini ikut naik lagi. Mereka mendukung agar Latif ditinggal saja. 
      Pak supir penasaran. Ia menyuruh kondektur dan kernet untuk mencari Latif. Namun lagi-lagi Latif tak ditemukan. Kata-kata kesal dan makian bersahutan. Pak supir semakin kesal. Tak tahan mendapat gerutuan dari hampir seluruh penumpang, pak supir memutuskan untuk berangkat. Lebih baik mengorbankan satu penumpang daripada membuat seluruh penumpang terlambat sampai tujuan.
      "Nah gitu .... Joss pak supir," ucap penumpang yang duduk tepat di belakang supir.
      "Tancap gas ..., uhuyy," sahut yang lain.
      Pak supir merasa termotivasi. Ia semakin bersemangat menjejak pedal gas. Bus melaju kencang. Terdengar sorakan penumpang ketika berhasil mendahului kendaraan di depannya. 
      "Jangan ngebut-ngebut pak supir, saya takut." Seorang ibu paruh baya berkomentar sambil kedua tangannya memegang erat sandaran jok di depannya. 
      "Tenang saja, Bu ... supirnya sudah berpengalaman, betul nggak pak supir?" sahut lelaki di belakang supir. 
      Bus terus melaju. Waktu merangkak mengejar senja. Sementara Latif masih mematung di dekat jembatan. Ia tak habis pikir kenapa ia ditinggal. Tapi ia memaklumi. Mungkin karena menunggunya terlalu lama. Ia juga tak habis pikir, kenapa sampai ketiduran di sandaran batu di tepi sungai tadi. 
      Sebuah bus tanggung muncul menawarkan tumpangan. Mendengar nama kotanya disebut kondektur, ia pun naik. Kondektur menunjukkan jok kosong di bagian tengah. Alhamdulillah, akhirnya dapat melanjutkan perjalanan, puji Latif setelah membayar ongkos bus. Ia pun bersandar memposisikan diri dengan nyaman.
       Setelah beberapa saat melaju, bus yang ditumpangi Latif tiba-tiba melambat. Di depan nampak ramai orang berkerumun. Ada mobil polisi yang lampu sirinenya menyala. Latif mendekati pintu. Ia bertanya kepada orang di luar. 
      "Ada apa, Pak?" tanya Latif ingin tahu.
      " Kecelakaan, Mas. Bus Sendawa masuk jurang," jawab salah seorang.
      Bagai disambar petir, Latif sangat terkejut mendengar nama bus yang disebut orang tadi. Bus yang telah meninggalkannya. Ia tak henti bersyukur menyebut asma Allah. Jika Allah tak memberi rasa mulas di perutnya hingga ia ditinggal, mungkin ia berada di dalam bus yang masuk jurang itu.

Rabu, 20 Oktober 2021

Rabu Merah


      Manusia hanya berencana, Allah swt yang menentukan. Makan siang yg sdh siap dihidangkan, kami urungkan hanya karena begitu yakin menunda sejenak utk besuk suami Bu Novi di Haurgeulis. Jarak dari Terisi sebenarnya lumayan jauh, tapi kesombongan kami mendahului ketetapan Ilahi yg maha pengatur dan maha mengetahui. Ampuni kami atas kesombongan ini, ya Allah...
      Kami tak ada yg tahu kalau ada jembatan yg lg dalam perbaikan di jalur yg hendak kami lewati. Setelah perjalanan cukup jauh, terpaksa kami putar arah, mencari jalan alternatif sesuai petunjuk orang yg kami temui di jalan. Kami blusukan ke wilayah Gantar yang banyak berhutan. Pohon-pohon jati yg tampak berdaun muda segar efek hujan kemarin, menjadi saksi bisu. Daun-daunnya bergoyang ditarikan angin siang yg kegerahan. Gemulainya nyinyir meledek kami berlima. 
      Setelah 2 jam perjalanan baru sampailah kami di Cipancuh Asri. Perumahan yg memang asri utk hunian keluarga. Lokasinya strategis. Serba dekat ke akses sarana umum. Dekat pasar, dekat stasiun, dekat ke alun-alun, bank dan pusat perbelanjaan utama. 
      Keyakinan kami yg berlumur kesombongan, sungguh jauh dari tepat. Tadinya menurut kami semestinya saat ini sudah sedang menikmati sayur asem, goreng ayam dan ditemani ikan asin plus sambal lalap petai. Namun itu hanya hiasan kosong di angan. Pukul 12 siang waktu yg pas untuk maksi. Suguhan buah semangka menjadi dewa penolong di sela obrolan yg segera diakhiri kata pamitan. 
      Pulangnya ganti masinis. Pa Haris yg pegang kendali kuda hitam berlogo Avanza kluaran 2010. Waktu duhur sdh agak lewat. Pa Haris punya ide cemerlang. Berwisata di JPP 40 sambil sholat duhur di sana. 
    ..Lokasinya di pinggir jalan. Viewnya hutan jati di kawasan perhutani. Hamparan lahan yg datar ditumbuhi pohon-pohon jati menjulang dengan daun-daunannya sebagai peneduh, serta jarak tanam yg teratur menjadi daya tarik tersendiri. Beberapa bangunan warung berjajar, bersebelahan dengan saung-saung utk duduk bersantai. Disediakan juga wahana mainan anak-anak dan spot Selfi bagi yang suka aksi tangkap camera. Tempat ini juga sangat layak untuk perkemahan.
     Tujuan utama kami mushola panggung yg terletak di salah satu sudut  lokasi. Kami tak lewatkan sesi foto, mumpung ngumpul. Maklum, masa-masa dulu kami gak begini. Maklum juga klo tingkah pola kami mirip atau klo tak mau dibilang kaya anak ABG, hehe...
      Setengah jam berlalu di atas roda. Tepat jam 3 tiba kembali di bawah langit Jatimungguk. Santapan raga sudah menanti. Cacing-cacing di perut terasa girang  menari irama keroncongan.
     Ach, berhubung waktu tak pantas dikejar,  rasanya kami terpaksa beretika SMP. Sudah Makan Pulang. Ciuss...Terisi >Tempel >Lelea>Simpang Lima Regency>Arjawinangun Cbn. 

Selasa, 19 Oktober 2021

Minggu, 17 Oktober 2021

Menata dengan Cinta

Anda tahu pohon talas? 

Pesan Dari Bawah Air (4)

     Ki Bardah membawa Ayla masuk, menidurkannya di atas kursi panjang. Bu Asri menaruh bantal di bawah kepala Ayla. Sambil jongkok ia memeluk dan menciumi putri kesayangannya. 
     Ki Bardah bermaksud pamit pulang, tapi Bu Asri menahannya. Katanya nanti menunggu bapaknya Ayla pulang dari pencarian. Seseorang telah menuju ke lokasi kejadian, mengabari bahwa Ayla sudah ditemukan.
     Tak lama pak Ardan, ayah Ayla datang. Ia langsung sujud syukur. Lalu dengan nafas tersengal pak Ardan memeluk Ayla. Puji syukur tak henti ia panjatkan. Ia menitikkan air mata kebahagiaan. 
      "Terimakasih banyak, Pak ...,"
     "Bardah, nama saya Bardah," Ki Bardah menyebutkan nama sambil menjabat tangan pak Ardan.
      "Saya, Ardan, ayah Ayla. Sekali lagi terimakasih banyak telah menolong putri saya. Saya berhutang nyawa pada bapak," pak Ardan memeluk Ki Bardah.
      "Sama-sama, pak Ardan. Oh ya, saya belum membawa Ayla berobat, karena tubuhnya nyaris tak ada yang terluka. Putri bapak hebat, sepertinya ia bukan anak sembarangan," jelas Ki Bardah.
     'Ayla, apa yang ada di genggaman tanganmu, Nak?" Pak Ardan penasaran, karena sedari tadi tangan kiri Ayla selalu menggenggam.
      "Cuma batu, Ayah," Ayla menyembunyikan genggaman tangannya ke dalam selimut. 
      "Kamu pakai baju siapa, Nok?" Bu Asri meraba baju yang dipakai Ayla.
      "Oh, kebetulan saya punya anak perempuan seusia Ayla, Bu. Tadi baju Ayla basah dan kotor," Ki Bardah menjelaskan soal baju yang dipakai Ayla.
      "Terimakasih ya, Pak, jadi merepotkan bapak," Bu Asri tak kuasa menahan haru. 
      Pa Ardan dan Ki Bardah terlibat obrolan yang nampak serius tentang Ayla. Tak terasa waktu merangkak merayapi malam. Ayla tertidur di pangkuan ibunya. Pak Ardan membopongnya ke kamar tidur. Kembali ia menatap tangan Ayla yang masih menggenggam. Aneh, pikirnya. Rasa penasaran mendorongnya membuka genggaman tangan Ayla. Tapi keanehan terjadi. Genggaman tangan Ayla begitu kuat. Pak Ardan tak bisa membukanya. 
      "Biarkan saja, Pak Ardan. Pada waktunya nanti, Ayla akan menceritakan semuanya. Saat ini ia masih lemah dan lelah. Tolong pak Ardan jangan tidur. Dampingi Ayla malam ini. Ada sesuatu yang akan terjadi, yang akan membuat jelas semuanya. Saya pamit dulu, pak Ardan. Besok in shaa Allah saya kesini lagi." Ki Bardah mohon pamit.
(bersambung)

Sabtu, 16 Oktober 2021

Cerita dari Cikawung

Mang Juha dan Kang Ubed memang uplek kalau sudah ngobrol. Di sela-sela waktu istirahat mengolah lahan, mereka berdua selalu memanfaatkannya untuk duduk santai. Selain ngopi, ngudud dan nyemil, kurang afdol jika tanpa ngobrol.
"Kang Ubed, sini istirahat dulu. Masih ada besok untuk dilanjutkan," teriak Mang Juha yang sudah duduk bersila di atas bale. 
Mendengar suara Mang Juha, Kang Ubed segera melepas cangkulnya. Sambil menyeka keringat, kang Ubed bergegas menghampiri mang Juha.
"Siang ini panas sekali, ya Mang," keluh kang Ubed.
"Makanya istirahat saja dulu," mang Juha menuangkan secangkir kopi untuk sahabat karibnya.
"Hidup kita tuh susah terus, ya Mang," lagi-lagi terlontar keluhan dari bibir kang Ubed.
"Sudahlah..., jangan banyak mengeluh, mungkin menurut Allah ini terbaik buat kita," mang Juha mulai berdakwah.
"Terbaik bagaimana Mang, hidup susah kok dibilang baik?" Kang Ubed mendebat.
"Lha, kalau sekarang kamu jadi pejabat, belum tentu itu baik di mata Allah."
"Ya nggak begitu Mang, pasti saya akan melakukan yang terbaik," Kang Ubed membela diri sambil menyeruput kopi panas, namun terasa pahit di lidah Kang Ubed.
"Walah, kok kopinya pahit, Mang?" 
"Kan belum ditambah gula, ya pahit lah. Namanya juga kopi, hehehe...."
"Mana atuh gulanya?" Kang Ubed tengah tengok mencari wadah gula.
"Gulanya habis. Aku sudah gak punya duit buat beli gula. Besok kamu bawa gula, ya. Kopi Lampungnya masih banyak, nih!" Mang Juha mengangkat wadah kopi bubuk dari Lampung, oleh-oleh menantunya yang seminggu yang lalu berkunjung.
"Iya, iya, besok aku bawa gula. Sekarang biar menikmati kopi pahit saja, sepahit nasib kita, hahaha..." Kang Ubed berusaha menghibur diri.
Mang Juha menyulut sebatang rokok, lalu menghisapnya dalam-dalam. Tak lama keluar asap berbentuk bundar dari mulutnya. 
"Hidup terus berputar seperti lingkaran asap itu," Mang Juha berfilsafat sambil memandangi lingkaran asap itu.
"Lalu buyar tertiup angin, ya Mang, seperti hidup kita," Kang Ubed melirik bungkus rokok Mang Juha yang tinggal sebatang. Ia ragu untuk mengambilnya.
"Ambil saja, buat nanti masih ada tembakau dan daun kawung," Mang Juha mengeluarkan bungkusan plastik berisi sekerat tembakau dan sebungkus kecil kelobot.
"Saya masih belum ngerti Mang, menjadi pejabat kok belum tentu baik. Maksudnya apa, ya Mang, saya gak paham."
"Begini, saya beri contoh saja ya biar ngerti. Klo mau jadi pejabat baik camat, kasi, Kabid, atau pejabat lainnya, itu harus pake duit."
"Ah, Mamang tahu darimana, emang ada aturannya?" Kang Ubed gak percaya.
"Memang gak ada aturan tertulisnya, tapi itu sudah umum, bukan rahasia lagi," kata Mang Juha sambil mengisap lagi rokoknya. Entah sudah hisapan yang ke berapa.
"Oh, jadi harus pake modal, ya Mang," kang Ubed manggut-manggut tanda mengerti.
"Itu dia, makanya pejabat banyak yang korupsi buat ngembalikan modal dan nyari untung lebih," Mang Juha bersemangat menjelaskan.
"Korupsi kan dilarang, merugikan negara dan rakyat," Kang Ubed langsung komentar ketika mendengar kata korupsi.
"Makanya jadi pejabat belum tentu baik di mata Allah," Mang Juha memperjelas topik bahasan siang itu
Kang Ubed nampak merenung dan manggut-manggut.

Pesan dari Bawah Air (3)

      "Kamu makan dulu, ya Nok, pasti kamu lapar," istri Ki Bardah membawa semangkuk mie rebus.
      "Saya mau lapor ke pa kadus, biar Nok Ayla bisa diantar pake mobil siaga." Ide Ki Bardah cemerlang juga. 
      ***
      Di lokasi kejadian dimana Ayla terjatuh dan hanyut, masih dilakukan pencarian. Bahkan disusur dan disisir ke arah hilir. Namun hingga sore hari, belum ada tanda-tanda sosok Ayla ditemukan.
      Sementara di kediaman Ayla, ibunya menangis tak henti-hentinya. Beberapa kerabat dan tetangga melakukan pembacaan ayat suci Alquran, berdoa memohon agar Ayla selamat.
      Sebuah mobil siaga desa berhenti di depan gang. Seorang lelaki paruh baya, yang tak lain Ki Bardah, membopong Ayla menuju rumah yang ramai banyak orang.
      "Itu kak Ayla," teriak seorang gadis kecil anak tetangga Ayla. 
      "Alhamdulillah, alhamdulilah, Ayla selamat," para ibu yang tengah mengaji tak henti bersyukur.
      "Ayla ..., alhamdulilah, terima kasih ya Allah, Engkau telah melindungi putriku," Bu Asri, ibunya Ayla, menghambur keluar. Ia langsung memeluk dan menangisi putri tercintanya.
     (bersambung)

Jumat, 15 Oktober 2021

Pesan dari Bawah Air (2)

      Lelaki bernama Subardah itu menyodorkan cangkir pada Ayla. Perlahan Ayla meminumnya. Kerongkongannya yang kering mulai terbasahi air. Ayla terbatuk-batuk kecil, reaksi air hangat yang melewati kerongkongannya.
      "Siapa namamu, Nok?" Ki Bardah, begitu orang memanggilnya, mencoba mencari tahu nama gadis belia itu.
      "Ayla," jawab gadis itu singkat.
      " Saya dimana, Pak? Kenapa ada disini?" 
      " Ini rumah saya. Tadi sore saya menemukanmu tersangkut akar beringin di tepi sungai. Lalu saya bawa kamu kesini," kisah Ki Bardah.
      "Tolong antarkan saya pulang, Pak, ibu pasti sedang kebingungan mencari saya," rengek gadis itu kepada Ki Bardah.
      "Iya, nanti saya antar kamu ke ibumu, tapi saya belum tahu darimana asalmu, dan kenapa bisa hanyut di sungai Cimanuk ini?" Ki Bardah melanjutkan pertanyaannya.
      "Saya dari Tukdana, Pak," jawab Ayla. "Tadi pagi sekitar jam 9 saya bermain di pinggir sungai bersama teman-teman. Tiba-tiba saya terpeleset dan jatuh ke sungai. Teman-teman mau menolong, tapi sungai sedang banjir dan arusnya deras. Jadi saya hanyut terbawa arus," kisah Ayla.
      "Subhanallah," Ki Bardah terkejut mendengar kisah Ayla. 
      Ki Bardah menemukan Ayla jam 4 sore, sedangkan Ayla jatuh ke sunga sekitar jam 9 pagi. Berarti Ayla berada di sungai lebih kurang 7 jam. 
      "Aneh," pikir Ki Bardah terkejut dan merasa ada keanehan. Siapa sebenarnya gadis belia ini.
     "Kamu gadis ajaib, Nok. Terbawa arus selama 7 jam dan melewati jarak yang jauh, tapi kamu bisa selamat," Ki Bardah berdecak kagum sambil geleng-geleng kepala.
      (bersambung)
      

Kamis, 14 Oktober 2021

Pesan dari bawah air (1)

      Air Cimanuk semakin ganas melumatnya. Alya terbawa arus hingga entah berapa ratus meter dari tempatnya terjatuh. Kakinya terasa menyentuh dasar sungai yang dalam. Ia sudah tak kuat menahan nafas. Ingin rasanya ia berenang ke permukaan. Namun tubuhnya seperti terikat. Susah digerakkan. 
     "Berhenti! Sudah, jangan diteruskan. Kasihan. Waktunya masih panjang!" Sesosok perempuan berbusana bangsawan keraton tiba-tiba muncul. Entah dari mana datangnya. Dan Ayla baru menyadari bahwa kedua tangannya dipegang oleh dua sosok lelaki berbadan kekar dan berwajah menyeramkan. 
      Dan entah mereka nampak seperti sedang berdebat. Ayla samar² mendengarnya. Hingga akhirnya ia dilepaskan. Sebelum pergi, sang putri memberi Ayla sebuah mustika batu berwarna biru. Ayla menggenggam batu itu dengan erat.
     Ketika membuka mata, Ayla terkejut. Matanya menelisik setiap bagian dari rumah bilik dimana ia terbaring. Ia mencoba mengangkat kepala dan badannya. Sambil duduk ia membuka genggaman tangannya. Ia teringat benda dalam genggamannya itu pemberian seorang putri yang menolongnya ketika ia hanyut di sungai.
    . "Mama, mama ..., gadis itu sudah bangun." Teriakan bocah kecil itu mengagetkan Ayla. 
      "Alhamdulillah." Seorang lelaki paruh baya masuk ke dalam rumah sambil mengucap syukur. Ia lalu menuangkan secangkir teh manis yang sudah disiapkan untuk Ayla ketika siuman. 

Senin, 11 Oktober 2021

Lek-lekan

      
Malam ini ada lagi kawan yg hajatan. Seperti biasa kami hadir pada malam hari H. Hal ini sudah menjadi tradisi di daerah kami. Selain menjalin kedekatan silaturahmi, juga sebagai ajang pertemuan dengan kawan-kawan lama. Reuni kecil, begitulah suasananya. Tuan hajat menyediakan jamuan seadanya. Kadang untuk menghormati para tamu yang datang lek-lekan, makan malam sudah disiapkan. Menunya bisa bermacam-macam. Biasanya kuliner khas daerah yg lagi ngetrend, seperti pedesan. 

Minggu, 10 Oktober 2021

Doble colour Eyes

      Seekor kucing berbadan kurus berbulu putih datang bertamu di teras dapur. Karena kelihatan lapar, kami memberinya makanan. Dalam sekejap makanan dilahap habis. Ia bersantai sebentar lalu pergi entah kemana. Esok harinya datang lagi. Seperti kemarin, kami beri lagi makanan. Begitu setiap kali ia datang. Bahkan anakku membelikannya makanan spesial untuk kucing. Tentu ia tak menolak.

Sabtu, 09 Oktober 2021

Tol Cisumdawu

Perjalanan ke kantor via Ujungjaya jadi gak nyaman dengan adanya proyek pembangunan tol CiSumDawu. 

Jumat, 08 Oktober 2021

Rumah kontrakan

      Mata Ilah membelalak. Tubuhnya menegang, berontak dari pegangan suaminya. Ia berjalan menerobos semak-semak. Romli berusaha mencegah namun tak berhasil. Ia terpental oleh dorongan Ilah yang tiba-tiba bertenaga perkasa. 
      

Kamis, 07 Oktober 2021

Rumah Dinas

      Suara tangis itu kembali terdengar. Seperti biasa, datangnya dari arah belakang rumah. Malam ini malam Jum'at yang ketiga sejak keluargaku pindah kesini. Rumah baru ini, selain harganya murah, juga nyaman untuk ditinggali. Letaknya yang mencil di atas bukit, membuat kami jauh dari tetangga. Banyak pepohonan yang tumbuh di sekitar rumah. Halaman belakangnya sangat luas hingga ke tepi jurang. Untuk menuruninya sangat sulit, selain banyak bebatuan besar, juga sangat curam. 
      Kulirik suamiku yang nampak sudah pulas. Maklumlah, seharian dia bekerja. Lelah membuatnya cepat tidur. Besok pagi ia bangun dan berangkat lagi ke tempat kerja.
      Aku bukan tipe wanita penakut. Bekal ilmu agama selama mondok dulu, membuatku tetap tegar dengan hal-hal berbau mistis. Justru suamiku yang penakut. Aku sengaja tidak menceritakan soal suara tangisan yang seingatku terdengar pada setiap malam Jum'at.
      Baru kuingat bahwa ini malam Jum'at Kliwon. Suara tangisan itu kian jelas. Bukannya takut, aku malah jadi penasaran. Kuambil senter dan menuju pintu dapur. Perlahan kubuka. Kosorot sekeliling pekarangan dan semak. Tak ada apa-apa. Suara tangis masih terdengar. Tapi seolah menjauh ke arah semak. 
      Aku tak mungkin melanjutkan langkahku. Di ujung semak-semak itu ada jurang. Selain itu juga ada beberapa rumpun bambu. Baru berniat untuk kembali masuk rumah, tiba-tiba tercium aroma wangi bunga. Begitu menyengat, seakan terhisap dan menyelinap ke aliran darah serta syaraf-syarafku. Perutku terasa mual. Kepalaku terasa berat dan pening. Sekujur tubuhku lemas lunglai.
      "Ilah, bangun, Ilah. Kenapa kamu tidur di sini?" Pundakku terasa bergoyang-goyang. Samar-samar kulihat ada seorang lelaki memegang pundakku. 
      "Jangan, jangan sakiti aku." Aku meronta menjauhi laki-laki itu.
      "Siapa kau? Pergi! Atau kubilangin sama Uwak Kuwu," ancamku pada lelaki yang hendak memperkosaku.
      "Ilah, sadar, sadar! Ini aku. Suamimu."
      "Enak saja bilang suami. Aku belum nikah. Aku belum punya suami," tegasku sambil berusaha untuk berdiri dan herlari. Tapi kepalaku berat dan pening. Aku tak mampu berpikir apa-apa lagi.
     F

Selasa, 05 Oktober 2021

Bang Sat

      Sejak kasus covid mereda, Paimin dan Aytun kembali ke ibukota. Nasibnya kembali dipertaruhkan di kota metropolitan ini. Di tempat baru ia segera memiliki banyak teman. Terutama teman seprofesi sebagai pedagang kaki lima. 
      Dalam situasi yang masih serba sulit, penghasilan yang diperoleh dari berjualan masih jauh dari cukup untuk menanggung biaya hidup. Untunglah ada seorang dermawan yang sering datang berbagi sembako dan angpao. Namanya Satiman. Ia dikenal sebagai orang yang kaya, tapi dermawan dan peduli pada desa yang butuh uluran tangan.
      "Ada Bang Sat, ada Bang Sat!" teriak salah seorang pedagang. Mendengar ada bangsat, Paimin segera menelpon temannya asal Garut yang jadi polisi. Polisi pun segera datang dan menangkap Satiman. Tentu saja para alahpedagang kaget. Setelah dijelaskan, baru pak polisi mengerti bahwa Bang Sat itu panggilan Satiman, bukan bangsat, yang dalam bahasa Sunda berarti penjahat atau maling. Lagi-lagi Paimin salah mengerti ...
      
     

Rebo Wekasan

Pada akhir bulan shafar terdapat hari dimana Allah menurunkan 320 bala ke dunia. Berdasarkan hadis nabi, umat muslim disunahkan berdoa dan mengerjakan sholat sunah hajat penolak bala. Sebelum mengerjakan sholat sunah hajat, terlebih dahulu membaca surat Yassin, dan ketika sampai pada ayat salaamun qowlam mirrobbirrohi, dibaca sebanyak 117 kali. Setelah itu dilanjutkan dengan sholat sundh hajat penolak bala.

Sholat hajat penolak bala dikerjakan tanpa ada batasan rokaat. Yang lazim dilakukan sebanyak 4 rokaat dengan 2 rokaat salam. Yang membedakan dari solat sunah yang lain adalah bacaannya. Pada tiap rokaat setelah Al Fatikhah disunahkan membaca surat Al Kautsar sebanyak 17 kali, Al ikhlas 5 kali, Al Falaq dan an Nas masing-masing 1 kali.

Minggu, 03 Oktober 2021

Perjuangan

     Bertahan. Itulah yang dapat Denayu lakukan. Jari kakinya yang mengalami inveksi karena cangkrang, membuatnya harus mendekam di dalam kamar. Sementara teman-temannya sedang beraktivitas dalam kegiatan Pramuka. 

Anak, investasi

     Hari kedua jadwal penjengukan santri, Denayu diserbu oleh dua Abang dan calon tetehnya, Intan. Karena kesibukan, mereka baru bisa berangkat siang hari. Padahal jam 08.00 sudah dibuka bagi wali santri yg ingin menjenguk. 
     Pagi hari si bunda sudah uprak uprek di dapur bikin nasi liwet menu teri. Kebetulan ada Castrol baru dapat beli di Sanyere sepulang dari dinas. Aromanya sedap sekali. Padahal bumbunya sangat sederhana. Daun salam, emenntaserai, garam, cabe rawit, dan teri yg sdh digoreng dg bumbu juga, ditanak sekalian dalam pastrol. 
     Untuk bekal anak-anak makan di pondok, nasi liwet yg sdh matang dibungkus daun pisang. Bunda bikin 5 bungkus. Cukup untuk Yoga, Rangga, Intan, Denayu dan Syifa, putri temannya bunda yg sdh dianggap seperti anak sendiri.sekalu
     Yoga dan Intan berangkat duluan. Kebetulan ada acara kirim doa untuk almarhum pa Juju, bapaknya Intan. Sedangkan Rangga berangkat menyusul. Mereka sepakat ketemu di lokasi pondok.
     Bahagia sekali hati orangtua melihat mereka ngumpul bareng setelah hampir 3 bulan tak bertemu. Kami sempet vidcall bareng. Semoga mereka seiring sejalan, saling membantu dan saling menguatkan, serta saling menyemangati dalam berjuang menggapai cita.
     Wahai anak-anakku, engkau adalah investasi ayah bunda, jadilah anak-anak yang Sholeh Sholehah yg senantiasa mendoakan orang tua mu.
     Ya Allah, karuniakanlah keberkahan, kekuatan, kecerdasan dan kemudahan bagi anak-anak kami dalam mencari bekal keilmuan untuk bekal kehidupan di dunia dan akhiratnya. Perkenankan lah doa kami, ya Rabb. 

Jumat, 01 Oktober 2021

Hari Penjengukan

     Tibalah hari yang dinanti. Sabtu, 3 Oktober 2021. Jadwal Penjengukan PK 13.00 - 15.00. Pk 9.00 aku ke Delta store utk membeli Al Qur'an pesanan Ayu. Pulangnya langsung ke rumah Bunda Syifa. Kami sepakat pakai mobil beliau, rombongan ke pondok. 
     Kunci gerbang secara kebetulan gak ditemukan, entah dimana naruhnya. Mesin mobil sudah cukup panas. Setelah dicari ke setiap sudut, akhirnya ditemukan juga. Xpander langsung melaju menjemput bunda Ayu, setelah terlebih dahulu mengambil barang² dan bekal yang akan dibawa. 

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...