Rabu, 24 Februari 2021

Salam Kepal Jari


      Pada sebuah perhelatan musyawarah desa, Paimin hadir memenuhi undangan. Di era covid, rupanya telah banyak terjadi tatanan interaksi sosial. Ia memperhatikan pola salaman yang berbeda-beda. Pak Kapolsek mengangkat siku tangan, lalu mengadukannya dengan siku orang yang ditemuinya. Pak danramil mengadukan kepalan tangannya dengan orang lain. Pak camat beda lagi. Kedua telapak tangannya dipadukan di depan dadanya seperti posisi menyembah. Kepalanya dianggukkan di hadapan orang yang hendak disalaminya.

     Paimin tertarik untuk meniru gaya bersalaman di era covid saat ini. Ia mencoba gaya pa Kapolsek, pa danramil, juga gaya pak camat. Sambil tertawa disambut dengan hal yang sama oleh para tamu yang dijumpainya. Tidak hanya pada saat itu, dalam keseharian selalu ia terapkan. Sop, pikirnya.

     Pada suatu pagi, Paimin berkunjung ke rumah mertuanya di kampung. Dengan semangat empat lima, ia akan bersalaman dengan gaya pejabat. Usai Aytun mencium tangan ayahnya, tiba giliran Paimin. Gaya pak danramil paling keren, pikirnya. Paimin langsung mengepalkan tangannya ke hadapan mertuanya. Namun apa yang terjadi, di luar dugaannya. Mertuanya marah sambil menangkis kepalan tangan Paimin yang hampir menyentuh wajah. Dalam sekejap tubuh Paimin tak berdaya di tangan mertuanya yang jawara kampung itu. Dalam posisi terkunci, Paimin berteriak memohon ampun. Ia meringis menahan sakit. 

Selasa, 16 Februari 2021

Reuni


     Belum lama reuni itu berlalu. Kangen dan rindu membuncah dalam gelak canda. Serasa berada pada masa-masa biru putih dulu. Saat itu semua terulang kembali. Lembar memory seolah sedang diputar kembali. Aku dan Ane tertawa geli bila ingat masa- masa itu.
     Aku sedang membereskan berkas pekerjaan malam itu. Lembur sendirian. Kantuk sudah mulai menggelayuti mataku. Namun kupikir tanggung sebentar lagi beres. Aku agak  kaget ketika seorang gadis belia tiba-tiba muncul minta pertolongan karena ibunya sakit. Ia hanya berdiri di dekat pintu, walau sudah kup1 aersilakan duduk. Aku baru lihat gadis kecil itu. Entah dia anak siapa, ketika hendak ku bertanya, ia malah minta air mineral botol di atas meja untuk obat ibunya. Setelah itu ia langsung pergi tanpa pamit. Aku baru ngeh ketika jarum menunjuk di angka dua pagi. Aku keluar ruangan, siapa tahu gadis itu belum pergi. Tak ada siapa-siapa.
      Pagi Minggu itu di grup WA alumni ramai banget. Ada rencana nengokin salah seorang teman yang sakit kena stroke. Tanpa konfirmasi, aku gabung dengan mereka. Yang sakit ternyata Ane. Dan yang bikin aku terkejut, gadis kecil yang malam-malam datang itu ada di sana. Ketika kudekati, ternyata gadis itu tidak kenal aku dan belum pernah ketemu sebelumnya. Dari salah seorang keluarga Ane, kuketahui bahwa gadis itu putri Ane dari suami yang pertama. 
     
     
      

Jumat, 05 Februari 2021

Buah Sedekah


      Di era pandemi, semua serba online. Hal ini dilakukan, selain karena tuntutan zaman, juga dalam rangka memotong penyebaran virus Corona. Bukan hanya proses pendidikan, transaksi belanja, berbagai keperluan pembayaran, bahkan seminar atau tausiah pun bisa kita ikuti secara online. 
     Sudah sebulan lebih Paimin menyimak tausiah online yang dibawakan secara rutin oleh ustadz dan ustadzah ternama. Pengaruhnya luar biasa dalam kehidupan pribadi Paimin. Suatu hari, Paimin mengikhlaskan tabungannya untuk menolong nyawa tetangganya di rumah sakit. Padahal, tabungan itu ia rencanakan untuk membeli kendaraan. Aytun jelas sewot mengetahui hal ini. Dengan sabar Paimin menjelaskan kewajiban tolong menolong dengan sesama, seperti yang disampaikan oleh penceramah. Aytun hanya diam dan cemberut. Gegara itu Aytun mogok bicara dengan suaminya. Paimin hanya bisa bersabarp dan berdoa atas sikap istrinya. 
      Suatu pagi Paimin memenuhi undangan dari bank tempat ia menabung. Pulangnya ia diantar pihak bank. Sebuah mobil hasil undian dari bank, telah menjadi milik Paimin. Mengetahui hal itu, Aytun memohon maaf kepada suaminya. Aytun menjadi yakin, janji Allah itu nyata. 

Kamis, 04 Februari 2021

Honda Jazz

      Berkecukupan memang relatif. Ketika kondisi ekonomi membaik, keinginan orang selalu ada saja. Ketika rumah masih ngontrak, ingin punya rumah sendiri. Sudah punya kendaraan ingin ganti yang baru. Sudah punya hp triji, mau ganti yang fourji. Pokoknya keinginan tidak ada habisnya. 
      Kali ini Aytun yang sedang merengek minta ganti kendaraan. Suaminya, Paimin, favorit dengan merek Yamaha. Dari pertama punya kendaraan, memang kendaraan yang dimiliki suami istri itu belum pernah ganti. Sepulang arisan, Aytun merengek minta kendaraan baru. Paimin yang memang bersahaja, merasa kendaraan yang dimilikinya masih bagus. Prinsipnya, selagi masih bisa dipakai, kenapa harus ganti yang baru. Aytun minta ganti kendaraan dengan merk Honda. Di arisan tadi, ia mendengar obrolan ibu-ibu tentang Honda jazz. Katanya nyaman dikendarai. Apalagi di waktu hujan, pasti tidak kehujanan.
      Karena sayang istri Paimin segera ke kota. Ia bingung memilih yang sesuai dengan kondisi koceknya. Setelah beberapa lama, jatuhlah pilihannya sesuai yang diinginkan istrinya. Ia pun pulang dengan kendaraan barunya bermerek Honda. Aytun langsung gembira ketika melihat suaminya datang dengan sepeda motor Honda. Namun tiba-tiba ia protest karena bukan Honda jazz, nanti pasti basah bila kehujanan. Paimin membuka jok motor dan mengeluarkan jass hujan bonus pembelian. 
"Ini motor Honda, dan ini jassnya untuk dipakai saat hujan," tutur Paimin.
Aytun yang tidak mengerti soal kendaraan, manggut-manggut sambil melongo. Suaminya memang cerdas, pikirnya. Beli Honda dapat jas, jadilah Honda jazz ....

Rabu, 03 Februari 2021

Subsidi

      
Salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah terhadap masyarakat adalah dengan diberikannya subsidi pada beberapa produk vital seperti BBM, listrik, dan pupuk untuk petani. 
      Perjalanan subsidi misalnya pupuk masih dirasa kurang tepat sasaran. Dengan kata lain petani belum bisa menikmati secara maksimal. Hal ini dikarenakan adanya oknum yang mengambil keuntungan dari barang penerintah ini. 
      Mulai tahun ini, penebusan pupuk bersubsidi oleh petani menggunakan sistem baru yaitu menggunakan kartu tani. 

Selasa, 02 Februari 2021

Sebuah Isyarat

      Berkendara di derasnya hujan, kadang tak bisa ditunda. Kondisi kendaraan tentunya harus fit. Rem, kaca spion, ban, lampu, AC, dan terutam wifer harus dalam kondisi baik. Walaupun tak menutup kemungkinan, bisa saja hambatan tiba-tiba datang.
      Sore itu Paimin dan Aytun dalam perjalanan pulang dari tempat wisata. Sebetulnya mereka ingin menghabiskan waktu lebih lama di lokasi wisata. Namun karena turun hujan, mereka memutuskan untuk pulang. Hujan deras dan angin kencang bukanlah suasana yang pas untuk dinikmati berlama-lama. Satu persatu pengunjung meninggalkan lokasi. Mobil  yang dikendarai Paimin melaju perlahan. Tak diduga, tiba-tiba mesin mobil mati. Dengan sisa putaran roda, Paimin segera menepi untuk sekedar memeriksa kerusakan. Ia turun dengan sebuah payung merah marun yang melindunginya dari air hujan. Sebuah sedan merah dengan laju kencang mendahuluinya. Walau dengan reflek Paimin meloncat, namun siraman air yang terbelah roda mobil itu, mengenai sebagian celana Paimin. Dengan tetap sabar, Paimin geleng kepala. Kap mobil pun dibuka. Tak ada tanda-tanda kerusakan. Ketika distarter, mesin mobil tiba-tiba normal kembali. Aneh, pikir Paimin.
      Perjalanan pun dilanjutkan. Setelah beberapa ratus meter melaju, di depan nampak ada pemandangan yang tak biasa. Di tengah jalan, sebatang pohon besar roboh. Mobil merah yang tadi mendahului dan membuat basah pakaiannya, nampak tak bergerak tertindih batang pohon. Paimin menghentikan mobilnya. "Subhanallah," ucapnya. Andai tak mogok, mungkin mobilnya yang berada di depan sana. Sebuah isyarat dari yang maha penyelamat. Ia dan istrinya segera keluar untuk memberi pertolongan. 


Senin, 01 Februari 2021

Ingin Mencoba Konsisten

     
Tak terasa sudah menginjak Pebruari 2021. Padahal tahun baru terasa baru kemarin. Cepat sekali waktu melaju. Seperti berpacu dengan zaman yang semakin menggerus.
     Sudah dua bulan lebih tangan ini tak menari di atas keyboard. Ada rindu untuk menuangkan sekedar isi hati, yang selama ini kubiarkan menumpuk dalam benak. Lalu hilang ditelan hening dan gelap malam. 
      Kesibukan yang overload membuat waktu terasa sempit dan jauh dari sempat. Urusan sekolah, walaupun masih PJJ, tetap menyita waktu dan perhatian yang lumayan fokus. Urusan dalam pemerintah desa sebagai anggota BPD, juga tak kalah menyita waktu dan konsentrasi. Frekuensi rapat terkait perubahan anggaran karena covid, pembahasan regulasi tingkat desa yang menyangkut semua aspek, kordinasi dengan pihak tertentu, atau menggali potensi dan urgensi permasalahan di masyarakat yang perlu segera ada solusi, menjadi makanan sehari-hari. Dan seabreg kegiatan lain termasuk kegiatan usaha dalam rangka membantu menopang ekonomi rumah tangga.
      Sebetulnya semua itu bisa menjadi bahan yang bisa ditulis. Namun terkadang kondisi tubuh yang memaksa untuk diistirahatkan, meminimumkan bahkan menjauhkan konsistensi untuk kegiatan yang satu ini, menulis. 
       Goresan kali ini mencoba mensinkronkan kata hati dengan tarian jari di layar handphone. Masih di sela-sela obrolan dengan rekan BPD, mencoba kembali berkonsistensi. Ubi rebus hangat dan kopi hitam menjadi kuliner primadona di tengah rintik hujan tengah malam ini. 
      Usai rapat, tema obrolan melebar ke berbagai topik. Dari cerita masa kecil anak desa, hingga kisah- kisah lucu dan konyol yang dialami masing-masing. Tawa ceria terus berlanjut mengiringi tangis malam yang enggan berhenti. 
      Kusudahi dulu jari ini menari, karena batere hp yang menurun drastis. Semoga masih kuat untuk memposting goresan ini. 
      
      
      
      

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...