Jumat, 11 Februari 2022

Razia



Petang itu Fariz pulang berjalan kaki. Ayahnya sedang sakit sehingga tak bisa mengantar jemput seperti biasanya. Sebenarnya ia bisa naik ojek, karena rumahnya lumayan jauh. Tapi ia pikir sayang, uangnya lebih baik dia tabung. Setelah melewati komplek perumahan, terbentang jalan menuju dusun tempat tinggalnya. Di kanan kirinya ditumbuhi rerumputan hijau, mengingatkan Faris pada kambing piaraan ayahnya.

Keesokan harinya kembali Fariz berangkat berjalan kaki. Hatinya riang memandang hamparan rumput hijau sepanjang jalan. Pagi itu Faris berangkat lebih awal karena tugas piket. Berkat kerjasama yang kompak, kelas dan halaman bersih dalam sekejap.Tak seperti biasanya, usai bel berbunyi 
ada pengumuman agar seluruh siswa berbaris di lapangan upacara. Nampak semua guru serentak masuk kelas, kecuali Pak Herman, pembina OSIS, mengumumkan pagi itu ada razia.

Tak lama beberapa tas siswa dibawa guru ke lapangan. Siswa yang terazia dibariskan terpisah dan dikumpulkan di ruang khusus, sementara yang lainnya masuk kelas. Satu per satu siswa terazia diinterogasi. Degup dada Faris kian kencang, ketika namanya dipanggil. "Ayah saya sakit, Pak. Sepulang sekolah, saya mau sekalian nyari rumput buat pakan kambing-kambingnya." Dengan agak gemetar Faris memberi alasan. Sambil menepuk pundak Faris, Pak Herman memberikan kembali arit yang dibawa Faris dan menyuruhnya segera keluar barisan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...