Kamis, 07 Oktober 2021

Rumah Dinas

      Suara tangis itu kembali terdengar. Seperti biasa, datangnya dari arah belakang rumah. Malam ini malam Jum'at yang ketiga sejak keluargaku pindah kesini. Rumah baru ini, selain harganya murah, juga nyaman untuk ditinggali. Letaknya yang mencil di atas bukit, membuat kami jauh dari tetangga. Banyak pepohonan yang tumbuh di sekitar rumah. Halaman belakangnya sangat luas hingga ke tepi jurang. Untuk menuruninya sangat sulit, selain banyak bebatuan besar, juga sangat curam. 
      Kulirik suamiku yang nampak sudah pulas. Maklumlah, seharian dia bekerja. Lelah membuatnya cepat tidur. Besok pagi ia bangun dan berangkat lagi ke tempat kerja.
      Aku bukan tipe wanita penakut. Bekal ilmu agama selama mondok dulu, membuatku tetap tegar dengan hal-hal berbau mistis. Justru suamiku yang penakut. Aku sengaja tidak menceritakan soal suara tangisan yang seingatku terdengar pada setiap malam Jum'at.
      Baru kuingat bahwa ini malam Jum'at Kliwon. Suara tangisan itu kian jelas. Bukannya takut, aku malah jadi penasaran. Kuambil senter dan menuju pintu dapur. Perlahan kubuka. Kosorot sekeliling pekarangan dan semak. Tak ada apa-apa. Suara tangis masih terdengar. Tapi seolah menjauh ke arah semak. 
      Aku tak mungkin melanjutkan langkahku. Di ujung semak-semak itu ada jurang. Selain itu juga ada beberapa rumpun bambu. Baru berniat untuk kembali masuk rumah, tiba-tiba tercium aroma wangi bunga. Begitu menyengat, seakan terhisap dan menyelinap ke aliran darah serta syaraf-syarafku. Perutku terasa mual. Kepalaku terasa berat dan pening. Sekujur tubuhku lemas lunglai.
      "Ilah, bangun, Ilah. Kenapa kamu tidur di sini?" Pundakku terasa bergoyang-goyang. Samar-samar kulihat ada seorang lelaki memegang pundakku. 
      "Jangan, jangan sakiti aku." Aku meronta menjauhi laki-laki itu.
      "Siapa kau? Pergi! Atau kubilangin sama Uwak Kuwu," ancamku pada lelaki yang hendak memperkosaku.
      "Ilah, sadar, sadar! Ini aku. Suamimu."
      "Enak saja bilang suami. Aku belum nikah. Aku belum punya suami," tegasku sambil berusaha untuk berdiri dan herlari. Tapi kepalaku berat dan pening. Aku tak mampu berpikir apa-apa lagi.
     F

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...