Usai sarapan Pa Ardan memanfaatkan kesempatan berkumpul pagi itu untuk mencari tahu yang terjadi pada Ayla selama dia terhanyut. Ayla pun menceritakannya dari awal hingga ditolong Ki Bardah.
Pa Ardan mengeluarkan batu yang dibawa Ayla, karena Ayla belum menceritakannya.
"Wanita itu yang memberi batu ini, Yah. Bagus, ya," Ayla memegang batu biru berkilau itu.
"Adakah pesan dari pemberi batu itu, Ayla?" Pa Ardan mencoba menggali informasi.
"Cuma suruh disimpan atau dipakai. Nanti akan berguna katanya," Ayla kecil menjawab seadanya.
"Ya sudah, nanti ayah belikan kalung buat Ayla. Dan batu itu untuk bandulnya," pa Ardan mengelus rambut putrinya. Dalam hatinya terbersit niat agar batu itu selalu bersama Ayla. Ia yakin atas kehendak Allah batu itu akan menjadi pelindung putrinya.
***
Seiring berjalannya waktu, saat mendapat Rizki, pa Ardan menunaikan janjinya. Sebuah kalung emas berbandul batu biru, telah melingkar di leher Ayla.
Pada hari pertama Ayla memakai kalung itu, perempuan pemberi batu hadir dalam. Perempuan itu tersenyum melihat batu pemberiannya tergantung indah di leher Ayla.
"Ayah, semalam saya bertemu dengan perempuan itu," cerita Ayla pada ayahnya. Pa Ardan yang sedang memberi makan ayam sontak terkejut.
"Apa yang dikatakannya, Nak?" Pa Ardan penasaran. Apa yang dikatakan Ki Bardah mulai membuka tabir misteri.
"Dia cuma tersenyum, Yah. Tapi sebelum pergi ia berpesan supaya aku berpuasa pada hari Senin dan Kamis," Ayla menyampaikan apa yang dipesankan perempuan itu.
Pa Ardan membenarkan apa yang disampaikan perempuan itu. Ia mendukung bahwa itu puasa sunah. Sejak saat itu Ayla rutin melakukan puasa Senin Kamis. Untuk mendukung putrinya, ayah bunda nya juga ikut berpuasa.
(Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar