Minggu, 17 Oktober 2021

Pesan Dari Bawah Air (4)

     Ki Bardah membawa Ayla masuk, menidurkannya di atas kursi panjang. Bu Asri menaruh bantal di bawah kepala Ayla. Sambil jongkok ia memeluk dan menciumi putri kesayangannya. 
     Ki Bardah bermaksud pamit pulang, tapi Bu Asri menahannya. Katanya nanti menunggu bapaknya Ayla pulang dari pencarian. Seseorang telah menuju ke lokasi kejadian, mengabari bahwa Ayla sudah ditemukan.
     Tak lama pak Ardan, ayah Ayla datang. Ia langsung sujud syukur. Lalu dengan nafas tersengal pak Ardan memeluk Ayla. Puji syukur tak henti ia panjatkan. Ia menitikkan air mata kebahagiaan. 
      "Terimakasih banyak, Pak ...,"
     "Bardah, nama saya Bardah," Ki Bardah menyebutkan nama sambil menjabat tangan pak Ardan.
      "Saya, Ardan, ayah Ayla. Sekali lagi terimakasih banyak telah menolong putri saya. Saya berhutang nyawa pada bapak," pak Ardan memeluk Ki Bardah.
      "Sama-sama, pak Ardan. Oh ya, saya belum membawa Ayla berobat, karena tubuhnya nyaris tak ada yang terluka. Putri bapak hebat, sepertinya ia bukan anak sembarangan," jelas Ki Bardah.
     'Ayla, apa yang ada di genggaman tanganmu, Nak?" Pak Ardan penasaran, karena sedari tadi tangan kiri Ayla selalu menggenggam.
      "Cuma batu, Ayah," Ayla menyembunyikan genggaman tangannya ke dalam selimut. 
      "Kamu pakai baju siapa, Nok?" Bu Asri meraba baju yang dipakai Ayla.
      "Oh, kebetulan saya punya anak perempuan seusia Ayla, Bu. Tadi baju Ayla basah dan kotor," Ki Bardah menjelaskan soal baju yang dipakai Ayla.
      "Terimakasih ya, Pak, jadi merepotkan bapak," Bu Asri tak kuasa menahan haru. 
      Pa Ardan dan Ki Bardah terlibat obrolan yang nampak serius tentang Ayla. Tak terasa waktu merangkak merayapi malam. Ayla tertidur di pangkuan ibunya. Pak Ardan membopongnya ke kamar tidur. Kembali ia menatap tangan Ayla yang masih menggenggam. Aneh, pikirnya. Rasa penasaran mendorongnya membuka genggaman tangan Ayla. Tapi keanehan terjadi. Genggaman tangan Ayla begitu kuat. Pak Ardan tak bisa membukanya. 
      "Biarkan saja, Pak Ardan. Pada waktunya nanti, Ayla akan menceritakan semuanya. Saat ini ia masih lemah dan lelah. Tolong pak Ardan jangan tidur. Dampingi Ayla malam ini. Ada sesuatu yang akan terjadi, yang akan membuat jelas semuanya. Saya pamit dulu, pak Ardan. Besok in shaa Allah saya kesini lagi." Ki Bardah mohon pamit.
(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...