Minggu, 11 September 2022

Pilihan Hidup

Sore itu tujuh bulan yang lalu, entah yang keberapa kali aku ngobar dengan Pak Kardi. Topik yang selalu muncul adalah soal penghidupan. Pak Kardi yang sudah lima belas tahun menjalani pekerjaan sebagai honorer di sebuah sekolah, saat itu masih bertahan dengan sejuta harapan. Walau belum ada perubahan nasib, ia masih setia dengan seragam kerjanya. Padahal, setelah beberapa tahun menikah dan dikaruniai dua anak yang beranjak butuh banyak biaya, ia mulai kewalahan. 

Tak sengaja pagi tadi bertemu Pak Kardi di warung fotocopy yang berjubel dipenuhi antrian pemimpi ASN sepertiku, yang sedang disibukkan dengan kegiatan pemberkasan. Tak sempat ada obrolan panjang seperti setiap perjumpaan yang lalu-lalu. Dengan hanya berkaos oblong dan celana pendek, ia pamit duluan membawa bungkusan berisi lakban dan kertas HVS. Pasti ia juga sedang sibuk seperti honorer lainnya, pikirku.

Pulang kerja aku terpaksa harus ikut antrian mencari lauk teman nasi karena istriku sedang sakit. Aku terkejut saat pria yang dikerumuni pembeli itu ternyata pak Kardi. "Jadi, Pak Kardi ...." kata-kataku keburu terpotong ceritanya bahwa ia sudah resign menjadi honorer. Tak ada peningkatan, bosan di-php pemerintah, keluhnya. Pilihan hidupnya buka kedai ayam geprek dan berjualan online, hasilnya berkali lipat dari yang ia peroleh ketika mengabdi sebagai tenaga honorer, jelasnya sambil memberikan pesananku dan memberiku sebuah amplop untuk membantu biaya berobat istriku. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...