Sabtu, 22 Oktober 2022

Hotel Impian

Surat undangan Diklat itu membuatku senang. Betapa tidak, sudah hampir dua tahun sejak berkecamuknya covid 19, tidak pernah merasakan stay di hotel dalam acara diklat atau semacamnya. Sudah terbayang tidur di kasur empuk, makan enak, ruang ber-AC, mandi shower air hangat atau berenang di kolam hotel yang jernih. Bayangan keindahan dan kenyamanan  sudah berseliweran di pelupuk mata.

Setelah check in, mulailah petualangan yang diimpikan itu. Memang kali ini tidak semewah di hotel bintang lima, tapi lumayan untuk sekedar merefresh diri. Setidaknya bisa makan gratis dengan menu standar untuk perbaikan gizi. 

Namun, nampaknya harapan tidak selalu sesuai dengan realita. Di pagi yang masih buta perut mulas telah membuatku terjaga. Rasa lega telah membuang sisa makan malam di atas toilet duduk, mendadak membuatku kelimpungan. Air dari selang tak keluar. Tombol pembuangpun tak berfungsi. Kucoba kran di wastafel, shower, semua tak berfungsi. Kututup lobang toilet yang mulai mengganggu aroma ruang sempit itu. Dengan hanya  berkaos oblong dan handuk aku menapaki tangga dari lantai tiga menemui petugas hotel di lantai bawah. "Mohon maaf, karena semalam mati lampu, suplai air di hotel terganggu." Petugas menunjukkan kamar kecil di samping mushola, mungkin ada sisa air yang bisa digunakan. Aku harus berjalan lagi dengan pantat lengket. Untung suasana sepi karena penghuni hotel masih lelap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...