Sabtu malam ini akan menjadi apel pertama Johan, setelah Rabu siang ia menyatakan isi hatinya pada Shuzi lewat cara yang klasik dan unik. Bagaimana tidak, di jaman digital, ia nulis surat cinta untuk Shuzi. Parahnya lagi, ia menitipkan surat warna pink itu pada Ceu Enoh, penjual sekoteng langganan Shuzhi. Butuh waktu satu tahun untuk mengumpulkan keberanian menyatakan isi hati, walau cuma lewat kata.
Saat Shuzi telpon, baru yang ketiga kalinya diangkat. Suaranya terdengar gagap dan grogi. Maklum ia tipe cowok introvert. Walau begitu, jujur, Shuzi juga menaruh hati padanya. Tembakan kapal kertas Johan tepat mengenai jantung Shuzi yang langsung klepek-klepek. Mereka pun jadian.
Wedang ronde sudah mulai dingin, namun Johan belum nongol juga. Shuzi coba telpon namun tak diangkat. WA pun belum dibalas. Bayangan indah diapeli cowok, sesaat berubah menjadi cemas. Namun masih ada sebongkah keyakinan bahwa Johan tipe cowok jujur dan lugu. Semoga tak terjadi hal buruk padanya, harap Shuzi disusul notif wa dari Johan yang mengabarkan bahwa ia sedang dipertemukan dengan Elga, putri teman ayahnya yang ternyata sejak kecil telah dijodohkan dengannya. "Apess," keluh Shuzi yang merasa dibohongi cowok lugu seperti Johan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar