Rabu, 08 Desember 2021

wajah datar

Pentigraf 
Karya Mardiani

Udara London  terasa dingin meskipun sudah memasuki musim panas. Kami berempat  menunggu bis di  halte sekitar Almey Road. Tidak lama bis tingkat merah khas London alias  Doble decker merapat di halte. Bis 102 dengan tujuan akhir Golden Green ini akan mengantarkan kami  ke  Mesjid Raya London. 

Pintu bis terbuka,  tamapak seorang pria berkulit hitam duduk dibelakang kemudi. Wajahnya datar tidak mmemberikan ekspresi apa-apa. Satu persatu dari kami segera naik ke dalam bis dengan menempelken kartu oyster sebagai alat pembayaran non tunai ke kotak sensor yang ada di dekat  dasbor bis. Namun  saat oysterku ditempelkan, sensornya tidak merespon. Ternyata saldo pulsa di kartuku tidak mencukupi. Lalu aku mencoba menggunakan kartu cadangan. Masih tidak merespon. Aku jadi bingung dan panik. Sementara disekitar sini tidak ada toko yang menyediakan isi ulang kartu Oyster.  Lalu pengemudi bis menyarankan kami untuk menggunakan kartu kredit atau kartu debit. Aku mencoba beberapa kartu yang kami miliki, namun sepertinya tidak ada yang support. 

Aku benar-benar bingung, transportasi disini tidak ada yang menggunakan uang tunai. Kami manatap sang pengemudi berharp ia mengijinkan aku naik. Masih dengan wajah datar si penegmudi  menatap kami sejenak, “ Okey, take your seat.” katanya. Hatiku girang tiada terperi. Kuucapkan terim kasih tak terhingga padanya. Ia hanya mengangguk masih dengan ekspresi datar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...