Pentigraf
Oleh Yoyon Supriyono
Sudah setengah jam aku di rest area KM 166. Apakah dia hanya mempermainkan perasaan pria yang sudah bertahun-tahun menjomblo ini? Ah, tidak! Walau keakraban kami terjalin hanya dalam maya, dia telah berlabuh jauh dalam samudra hatiku. Bagiku, gadis yang kukenal dalam webinar menulis fiksi itu sudah teramat dekat. Pandainya dia mengukir kata, kisah getir cintaku telah menginspirasi karyanya. Aku terbawa alur kisahnya, hingga ada rasa yang berkecambah dan ingin kusemai di hatinya.
Sudah satu jam aku masih sabar menunggu. Kucoba membunuh ragu yang genit menggoda. Entah aku yang terlalu lugu, atau benih rasa terlalu kuat menguasai nalarku. Masih yakin sebentar lagi akan kulepas setangkai mawar dari busur hatiku. Kubiarkan bibir ini tersenyum membayangkan dia menerima mawar persembahanku. Kubiarkan juga ada bahagia terkemas dalam harap yang terselip di lubuk hati. Tetap kubiarkan, hingga waktu yang jadi penentu.
Jelang sabarku hilang, seorang gadis tetiba sudah berdiri menyapaku. Ternyata dia benar-benar datang. Ada girang diantara degup jantung yang mengencang. Tapi juga ada tanya, siapa lelaki yang bersamanya. Lelaki yang tak pernah ia ceritakan dalam keakraban maya selama ini. Pasti dia adalah adik, kakak, atau famili yang mengantarnya, pikirku menghibur diri. "Mas Paimin, ini Rangga, editor novel pertamaku yang akan segera terbit. Nanti hadir ya saat launching sekaligus pertunangan kami," katanya sambil menaruh undangan warna pink. Kuremas mawar yang sedari tadi kugenggam di bawah meja taman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar