Selasa, 14 Desember 2021

J a t u h

Baru kali ini Paimin berada di ketinggian. Ia terus mendaki tebing terjal berbatu. Tangannya menggapai mencari pegangan. Kakinya harus tepat menapak pijakan. Tenaganya ia kumpulkan untuk mengangkat tubuhnya. Jarinya berpindah pegangan. Mencengkeram kuat tonjolan batu di badan tebing. Sekali terlepas ia akan disambut dasar jurang yang menganga. 

Nyalinya hampir saja hilang. Namun suara sayup-sayup memanggil namanya kembali menguatkan tekadnya. Aytun dalam bahaya. Entah bagaimana komplotan pemuda berandal itu sampai bisa ke puncak tebing membawa tambatan hatinya. Paimin yakin kedatangannya tak diketahui. Sudah tak sabar ia ingin menghajar komplotan itu dengan jurus silat yang dipelajarinya di padepokan.

Sesekali ia menoleh ke bawah. Begitu curam. Ia menatap sekeliling. Tiba-tiba angin bertiup begitu kencang. Suaranya bergemuruh. Awan yang berarak tergerak menuju ke arahnya. Jantungnya berdegup kencang. Hatinya menciut, menahan terpaan angin yang kian kencang. Pertahanannya melemah. Tempat pijakannya tiba-tiba merapuh. Bebatuan yang keras itu pun bergetar dan menghancur. Dalam terpejam ia terlepas. Tubuhnya melayang-layang hingga ke bawah. Gubrak. "Kamu ini apa-apaan Mas .... Tidur siang aja jatuh dari kasur," Aytun terkekeh mendapati suaminya terjatuh dari tempat tidur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...