Rabu, 08 Desember 2021

Gara-gara Daring

Pentigraf
Karya  Yayah Kurniyah
Editing oleh Yoyon Supriyono

Menang repot kalau punya banyak grup wa. Repotnya sama seperti punya istri banyak. Kadang kesulitan mengatur waktu untuk bisa eksis, up to date dan proporsional. Belum lagi jika punya peran sentral seperti menjadi pembicara dalam webinar, mengajar daring, atau kegiatan online lainnya. Kepala ini rasanya berisi jejaring laba-laba yang ruwet. Kadang pusing dan kewalahan sendiri. Pagi harus berada dimana, siang berkunjung kemana, sore, malam dan seterusnya harus selalu stay tune. Atau sekedar menikmati diksi yang berkeliaran dalam pentigraf yang lagi bertabur di kolider. Tapi itulah takdirku. Waktu hidupku banyak kuhabiskan di dalam kamar atau ruang kerja. Semua aktivitas kulakukan dari dan di rumah. Kesibukanku berpindah tempat di dunia maya. Kadang makan pun terabaikan. Sering telat. Pinggang sering terasa panas dan pegal, hingga menjalar ke punggung.

Pagi tadi aku bangun kesiangan. Maklum semalam terlena berkencan dan bercumbu dengan hiruk pikuk penghuni internet. Jam sembilan. Woalah ada beberapa event dan jadwal daring yang sudah telat. Aku harus segera stay tune dalam belahan jiwaku, dimana duniaku ada di sana. Sebuah benda pipih bernama hape, handphone, atau apalah sebutannya. Beberapa saat aku mondar mandir mencarinya. Namun sudah semua ruangan di rumah ini kugeledah, belum juga kutemukan. Entah berada dimana dia. Aku semakin bingung, kesal dan panik. Sesekali kupelototi jarum jam yang terasa cepat sekali berputar. Rambut yang mulai memutih di atas batok kepalaku yang agak botak, menjadi sasaran garukan jemari kukuku walau tidak gatal.

Waktu terasa semakin menghimpitku. Rasa bingung, kesal, marah bersimbiose dalam stres dan kepanikan. Aku berusaha menenangkan diri. Kuambil napas dalam-dalam. Mataku kupejam dalam dunia permenungan. Tiba-tiba terbersit ingatan akan tempat tidur. Segera kubuka mata dan kuangkat tepian kasur. Benar. Sosok itu ada disana. Tanganku reflek meraihnya dan hanya dalam hitungan detik  benda pipih itu sudah berantakan berkeping-keping di atas lantai. "Prak!" Tak sadar aku telah membantingnya. Rasa jengkel secepat kilat berubah menjadi penyesalan. Aku terdiam menatap kepingan-kepingan tak berguna. Bayangku melayang pada jendela-jendela zoom yang terlewat. Sesekali terlintas guliran chat di kolider yang ditumbuhi virus-virus pentigraf yang terus menjamur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...