Kamis, 31 Desember 2020
Akhir Pesta Malam Tahun Baru
Rabu, 30 Desember 2020
The Queen of The Night
Rabu, 18 November 2020
Lelangan
Kamis, 12 November 2020
Arwah Korban Covid
Jumat, 06 November 2020
Kamis, 05 November 2020
Reuni Kecil
Rabu, 04 November 2020
Nepalers '87
Sabtu, 31 Oktober 2020
Membangun Desa
Khidmat di Panjang Jimat
Rabu, 28 Oktober 2020
Bagi Masker Gratis
“Peran Teknologi Terkini dalam Membuat Pembelajaran DARING (Online) dan LURING (Offline) Menjadi Semakin Menyenangkan.”
#PGRI
#KOGTIK
#EPSON
#KSGN
http://gurupenggerakindonesia.com.
Dampak positif pandemi
Covid-19 pada dunia pendidikan mengantarkan terjadinya revolusi digital secara
total. Penggunaan teknologi terkini dalam pembelajaran awalnya belum
terintegrasi secara maksimal. Hal ini disebabkan karena mayoritas guru belum
menguasai teknologi informasi dan komunikasi. Dengan ditiadakannya pembelajaran
tatap muka di masa pandemi covid-19, guru dipaksa harus melek IT. Guru mengajar
dari rumah. Siswa pun belajar dari rumah. Dalam kondisi ini, kegiatan belajar
mengajar hanya dapat berlangsung dengan bantuan teknologi, yakni teknologi
digital.
Perubahan dari pola
pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran virtual (daring), berimbas pada
perubahan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Untuk mendasari semua perubahan itu, hal
terpenting adalah perubahan pola pikir (mindset)
para praktisi pendidikan. Transformasi digital bukan melulu soal teknologi,
tetapi juga soal mindset (pola pikir).
Digital mindset sebagai paradigma berpikir, merupakan hal penting yang sangat
dibutuhkan dalam transformasi (perubahan) berbasis digital di bidang pendidikan.
Transformasi digital dalam pembelajaran tidak akan berjalan mulus, bila
praktisi pendidikan tidak dibekali dengan digital
mindset (pola pikir digital) yang tepat.
Bila
dianalisa, ada beberapa paradigma pola berpikir dalam pembelajaran, yang
merupakan ciri digital mindset dalam
aktivitas belajar sebelum dan setelah era digital, antara lain :
1. Dulu
peserta didik cenderung menunggu ilmu diberikan oleh guru. Di era digital,
peserta didik menjemput ilmu secara mandiri dan independen. Saat ini semua
pengetahuan ada di jejaring internet. Peserta didik dituntut aktif searching
untuk mencarinya.
2. Guru
selalu mengajarkan materi atau konten pembelajaran kepada peserta didik, di era
digital guru harus menanamkan kompetensi kepada peserta didik, karena semua
konten/materi sudah tersedia di internet. Pola pendekatan pembelajaran bergeser
dari content based menjadi competence based. Hasil belajar pun
berubah dari siswa tahu mengenai apa menjadi siswa bisa apa.
3. Dulu
peserta didik belajar dulu baru dipraktikkan. Sekarang peserta didik belajar
sambil praktik. Sebagai contoh, anak yang awalnya tidak bisa main gitar,
setelah belajar mandiri melalui tutorial cara bermain gitar di youtube, dalam
waktu singkat menjadi pandai bermain gitar. Berbagai macam micro skill berupa
tutorial di youtube, tersedia di internet, bisa diakses, dipelajari dan
dipraktikkan secara mandiri oleh anak-anak.
4. Pola
pikir guru yang dulu menganggap siswa adalah kertas kosong yang berlu diisi,
kini berubah. Di era digital siswa adalah individu yang memiliki kecerdasan.
Tugas guru sebagai pendidik adalah membentuk siswa menjadi individu yang
memiliki kompetensi.
5. Dulu
ada paradigma bahwa berkarya itu hanya bagi mereka yang sudah dewasa. Sekarang,
terbuka kesempatan berkarya bagi segala usia.
Karya-karya yang bersifat digital mudah diciptakan dan dikembangkan
bukan saja oleh orang dewasa, tetapi juga oleh anak-anak.
D era transformasi
digital, terlebih di era PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh), siswa menghadapi
berbagai kejenuhan karena sulitnya melakukan interaksi secara virtual (daring).
Hal ini, sering membuat semangat belajar peserta didik semakin menurun. Menyikapi
hal ini, praktisi pendidikan (guru) dituntut tidak hanya menguasai teknologi
informasi dan komunikasi, tapi mampu berkreasi dan berinovasi dalam membuat
materi atau konten pembelajaran yang menarik, efektif dan menyenangkan bagi
peserta didik. Guru harus mencari ide-ide dalam memilih metoda pembelajaran
daring yang kreatif dan tidak membosankan.
Saat ini tersedia berbagai
platform pembelajaran yang dapat dipilih guru sesuai dengan kondisi masing-masing.
Guru dapat menggunakan LMS (Learning
Management System) yang didukung teknologi canggih menyediakan fitur-fitur
pembelajaran yang lengkap. Guru juga dapat menggunakan google classroom, zoom,
cisco webex, quizz, dan lain sebagainya dalam pembelajaran.
Dukungan teknologi
memang penting, namun ada hal lain yang tidak kalah penting dalam pembelajaran
daring ataupun luring, yaitu proses pengelolaanya. Dalam mengelola kelas pada
pembelajaran daring, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pembelajaran
berlangsung secara kreatif dan menyenangkan :
a.
Menjaga penampilan.
Walaupun
pembelajaran tidak dilakukan dengan tatap muka secara langsung, usahakan guru
tetap berpenampilan rapih seperti halnya di kelas nyata. Bersolek diri dan
memakai parfum akan membuat kita semakin percaya diri.
b.
Membuka kelas pembelajaran dengan
kata-kata penyemangat.
Sebelum
pembelajaran dimulai, buatlah kondisi siswa dalam keadaan siap untuk belajar.
Hypno teaching bisa dimanfaatkan untuk mengantarkan siswa ke zona alfa dimana siswa dalam keadaan
siap belajar. Guru bisa melakukan ice breaking, game, quiz, dan lainnya selama
beberapa menit.
c.
Mengatur posisi tempat belajar yang
nyaman.
Posisi
dan kondisi tempat belajar sangat berpengaruh dalam pembelajaran. Guru bisa
memilih tempat tertentu yang jauh dari gangguan. Ruangan bisa ditata sedemikian
rupa agar menarik dan nyaman.
d.
Berbicara dengan sistematis dan
menggunakan gesture tubuh dengan baik.
Dalam
berinteraksi dengan siswa secara daring, guru hendaknya berbicara secara
sistematis dan mimik yang baik. Penggunaan gesture tubuh juga sangat dianjurkan
agar terkesan seolah siswa berhadapan langsung dengan gurunya.
e.
Menjaga interaksi secara dinamis.
Interaksi
dengan siswa harus selalu terjaga secara dinamis. Bila siswa melakukan hal-hal
yang kurang etis, misalnya dalam chat, guru bisa langsung menegur dengan ramah
secara pribadi (japri).
f.
Buat materi yang menarik dan mudah
dicerna.
Materi
yang disajikan guru hendaknya menarik dan mudah dicerna. Guru dituntut kreatif
dan inovatif dalam membuat materi daring, menyesuaikan situasi aktivitas di
kelas nyata dan di kelas virtual.
g.
Sisipkan improvisasi kelas.
Guru
harus dapat menyisipkan improvisasi dalam bentuk ice breaking, game, quiz dan
sejenisnya agar siswa tidak jenuh dan bosan.
h.
Buat siswa merasa dihargai.
Guru
harus menjaga agar siswa tetap merasa dihargai misalnya dengan memberi reward
bagi siswa yang cepat merespon chat guru, menayangkan hasil belajar di chat
grup, atau bilang akan menelpon siswa secara acak.
i.
Mengakhiri pembelajaran dengan penuh
hikmah dan kebaikan.
Di akhir
pembelajaran guru dapat menyampaikan hikmah dari pembelajaran dan memberi
pesan-pesan kebaikan atau nasihat.
Hal-hal di atas harus
selalu diperhatikan, karena dalam pembelajaran baik daring maupun luring,
tujuan akhirnya harus selaras dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Peran teknologi terkini
dalam pembelajaran perlu diimbangi dengan pola pikir guru yang kekinian pula.
Karena sejatinya teknologi hanyalah alat (tool),
sedangkan pola pikir (mindset)
berasal dalam diri manusia sebagai pengguna alat tersebut. Maka dari itu,
secanggih apapun sebuah teknologi, tepat atau tidaknya penggunaan dari
teknologi itu, tergantung pada siapa yang menggunakannya. Peran guru sebagai sutradara
dalam pembelajaran, sebagai pengguna teknologi, sebagai agent of change, dan
sebagai pendidik, sangat vital dan tak tergantikan oleh teknologi.
Mengingat peran guru
dan peran teknologi yang sangat vital di era digital, di tangan gurulah
pengelolaan teknologi ini dimaksimalkan agar semakin efektif dan menyenangkan.
PROFIL
YOYON SUPRIYONO,S.Pd.,M.Pd.
Dilahirkan di Cirebon, tepatnya
desa Geyongan Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon, pada tanggal 16
September 1968 Merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara dari pasangan
Sutisno (alm) dan Uwiti (almh). Menempuh pendidikan dimulai dari SD Geyongan
1 (lulus tahun 1981), SMPN 1 Arjawinangun (lulus tahun 1984), SMAN Palimanan
(lulus tahun 1987), IKIP Bandung (lulus tahun 1989), Universitas Terbuka
UPBJJ Bandung (lulus tahun 2005), dan Pasca Sarjana Universitas Wiralodra
Indramayu (Lulus tahun 2018). Penulis adalah kepala sekolah di SMPN 4 Terisi
Kabupaten Indramayu, yang mempunyai hobby mendaki gunung dan jalan-jalan.
Penulis buku “TIK, KAPAN KAU KEMBALI” diterbitkan Mediaguru tahun 2017 dan
beberapa buku antologi. Bercita-cita ingin memberi manfaat yang
sebesar-besarnya untuk orang lain.
Selasa, 27 Oktober 2020
Janda Bolong
Senin, 26 Oktober 2020
ANGIN
Sabtu, 24 Oktober 2020
SIRAMAN GONG SEKATEN
Rabu, 21 Oktober 2020
Baridin dan Ratminah (Bagian 2)
Baridin dan Ratminah (Bagian 2)
Sudah sekian lama berjalan, tiba-tiba Baridin berhenti. Ia bingung di mana letak sawah Pak Bunawas. Ia tengok kanan kiri. Tapi tak ada seorangpun yang lewat untuk ia bisa bertanya.
Tak jauh dari tempat Baridin berdiri, ada seorang gadis desa yang juga nampak sedang bingung. Mulutnya nampak komat kamit seperti sedang mengingat sesuatu.
“Tadi bapa pesen apa aja ya, koq mendadak lupa sih... Emm... kalau gak salah bapak pesen kopi, gula pasir, ikan bandeng, cumi, ...,” suara gadis itu tiba-tiba terhenti seketika.
“Hai, cantik ... kaget, ya! Mau ke mana, sayang ...,” tiga orang pemuda menghampiri sambil menggoda.
“Ih, kebiasaan. Tiap kali aku ke pasar, pasti ada yang iseng gangguin. Kalian gak tahu ya, saya ini anak orang kaya,” kata gadis itu dengan sombong.
“Hei, manis ...dengerin ya. Beli batik di pasar Trusmi, makan siang lauknya sambal, kamu cantik sangat kukasihi, tapi sayang sok jual mahal,” seorang pemuda berpantun menggoda.
“Hei, dengerin juga ya. Ikan petek ikan jambal, dimakan tikus lalu dibuang, orangnya jelek mulutnya gombal, ngomong nyerucus gak punya uang,” balas si gadis.
“Ahai cah ayu ... beli bolu di toko buku, beli kismis sama kuaci, tak usah malu jadi pacarku, punya kumis tipis bikin kamu geli, hahaha ....” pemuda lain ikut menggoda.
“Ih, amit-amit ... bolu kismis dikasih balsem, bawa bantal sama spreinya, kumis tipis baunya asem, rambutnya kumal banyak kutunya, hiii ..., pergi, pergi sana. Saya bilangin bapak tahu rasa lho,” gadis itu mencibir.
“Heh, saya kasih tahu ya, saya ini Ratminah, putrinya Bapak Dam, orang kaya raya. Lelaki yang mau sama saya, orangnya keren-keren, kaya-kaya, berdasi, berkelas, bermobil, beruang,” jelas gadis bernama Ratminah itu dengan ketus dan sombong sambil berlalu pergi.
“Ooh, jadi yang mau sama kamu itu beruang ... Hiii... cantik-cantik kok mau sama beruang, hahaha ....” ketiga pemuda itu megolok-olok sambil tertawa.
“Mang ... Mang, mau nanya, kalau sawah Pak Bunawas sebelah mana, ya?” Baridin tiba-tiba datang dan bertanya kepada ketiga pemuda itu. Tak sengaja pandangannya menangkap wajah si gadis. Hatinya bergetar.
“Aah, ganggu saja, sawah Pak Bun kesana,” jawab pemuda berkumis.
“Kesana, kemana, Mang?” Baridin nampak kurang jelas.
“Ya kesana saja, lurus, lurus saja,” jawab pemuda yang lain.
Baridin pun pergi. Pemuda berandalan kembali mau menggoda si gadis. Namun gadis bernama Ratminah itu sudah pergi. Mereka pun menggerutu. Gara-gara Baridin, mereka kehilangan gadis yang sedang digodanya itu. (Bersambung)
#AISEIWritingChallenge
#30hariAISEIbercerita
#100kata bercerita
#pendidikbercerita
#warisanAISEI
#Day15AISEIWritingChallenge
Selasa, 20 Oktober 2020
Baridin dan Ratminah (Bagian 1)
Baridin dan Ratminah (Bagian 1)
Mentari sudah bangun dari peraduan. Kicau burung menyambut hari dengan ceria. Tanda aktivitas kehidupan sudah dimulai. Penduduk desa bersemangat keluar rumah. Ada yang pergi kesawah, ladang atau kegiatan lain sesuai profesinya.
Lain halnya dengan Baridin. Pemuda desa yang satu ini pemalas. Ia masih tidur pulas di atas balai bambu. Sudah beberapa kali Mbok Wangsih, ibunya, menyuruhnya bangun. Tapi Baridin malah membalikkan badannya ke dinding bilik. Ia pun kembali tertidur pulas. Hal ini membuat ibunya yang sudah lama menjanda itu, merasa kesal dan jengkel.
Tiba-tiba dari balik pintu rumah gubuk yang sudah reot itu terdengar suara orang bertamu. Mbok Wangsih mengenali suara itu sebagai Mang Bunawas. Mbok Wangsih dengan sabar kembali membangunkan Baridin. Hari itu Baridin sudah dipesan untuk membajak sawah milik Mang Bunawas. Mengetahui ada yang datang , dan itu Mang Bunawas, Baridin pun bangun.
“Mbok ... Mbok ..., Baridin ada, Mbok?” suara Mang Bunawas memanggil Mbok Wangsih.
Mbok Wangsih keluar disusul Baridin sambil mengucek matanya.
“Kamu niat kerja nggak, sudah siang begini masih tidur,” Mang Bunawas meletakkan ceting berisi nasi dan lauk pauk untuk Baridin yang dikiranya sedang membajak sawahnya.
“Maaf, Mang Bun, tadi malam saya nonton wayang, jadi bangunnya kesiangan. Kalau besok saja membajak sawahnya gimana, Mang?” tawar Baridin sambil menguap tanda masih mengantuk.
“Yang benar saja, Din. Semua sawah di kanan, kiri, depan, belakang, sudah dibajak. Tinggal punya saya yang masih bera,” nafas Mang Bun tersengal karena kesal.
“Pokoknya gak mau tahu, hari ini harus selesai. Tuh, bekal makannya sudah ada. Kalau kamu nggak sanggup, saya cari orang lain,” tambah Mang Bun kian kesal.
“Ya sudah ... baiklah, kalau begitu. Mang Bun duluan saja, nanti saya nyusul. Eh, tapi saya kurang jelas letak sawahnya,” tutur Baridin sambil melirik nasi dan lauk pauk di dalam ceting yang dibawa Pak Bunawas. Perutnya sudah tak kuat menahan liur yang membanjiri mulutnya.
“Itu, sawah yang dekat pintu air, sebelah sawahnya Mang Tarkam. Pokoknya yang belum diapa-apakan,” jelas Mang Bun sambil pamit pulang.
Sepulang Pak Bunawas, Baridin langsung menyantap makanan yang sudah tersaji. Setelah itu ia pamit ke ibunya berangkat kerja membajak sawah Pak Bunawas.
(Bersambung)
#AISEIWritingChallenge
#30hariAISEIbercerita
#100kata bercerita
#pendidikbercerita
#warisanAISEI
#Day14AISEIWritingChallenge
Senin, 19 Oktober 2020
Legenda Cinta dari kota Udang
Siang ini saya berkendara ke kota Cirebon. Siapa yang tidak tahu kota Cirebon? Kota dengan seribu daya tarik. Kota yang memiliki magnit bagi para wisatawan, peziarah dan petualang. Beragam adat, tradisi, seni dan budaya melekat erat di dalamnya.
Di antara ragam pesona di kota Udang ini, ada satu kisah cinta yang melegenda. Tak kalah hebat dan serunya dengan Romeo dan Juliet. Atau Rama dan Sinta. Cirebon punya legenda , Baridin dan Suratminah. Drama kisah cinta ini kembali kuputar menemani perjalananku ke Cirebon, kota Udang. Kisah yang dikemas dalam drama tarling Cirebonan. Legenda rakyat Cirebon ini diangkat dalam cerita drama oleh H. Abdul Adjid {alm}. Bersama grup Tarling Putra Sangkala, kisah ini menjadi terkenal kemana-mana.
Ingin tahu ceritanya? Sabar ya, follow terus
blog saya dan jangan lupa tinggalkan komen. Akan hadir cerita bersambung Baridin
dan Suratminah.
#AISEIWritingChallenge
#30hariAISEIbercerita
#100kata bercerita
#pendidikbercerita
#warisanAISEI
#Day13AISEIWritingChallenge
Minggu, 18 Oktober 2020
Tradisi Ngunjung
Tradisi ngunjung
Saya
dilahirkan dan dibesarkan di bumi kota Wali (Cirebon). Kota di mana
salah satu wali dimakamkan, kaya dengan tradisi hasil akulturasi agama dan
budaya setempat. Salah satunya adalah tradisi Ngunjung. Ngunjung berasal dari
kata kunjung, yang artinya mendatangi atau mengunjungi. Bentuk ritual tradisi
ini, masyarakat atau warga kampung berkunjung atau berziarah ke makam leluhur yang dianggap keramat,
sebagai salah satu wujud penghormatan dan rasa syukur. Doa bersama dalam bentuk
tahlilan dipimpin oleh sesepuh atau tokoh agama. Selain berdo’a, pada acara
Ngunjung ini biasanya ditampilkan berbagai macam kesenian khas daerah seperti
wayang, topeng dan lainnya.
Hingga saat ini tradisi ini masih melekat dan
dirayakan hampir di setiap desa di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka dan
sekitarnya. Termasuk di desa tempat saya tinggal sekarang. Masyarakat
berbondong-bondong datang ke lokasi makam membawa makanan dan jajanan untuk
dinikmati bersama usai tahlilan. Selain sebagai bentuk penghormatan
kepada leluhur, ritual ini juga sebagai ajang permohonan doa kepada Tuhan agar warga
desa diberikan keselamatan, kesejahteraan dan rezeki yang melimpah, gemah ripah
loh jinawi. Semangat kebersamaan, gotong royong, saling memberi dan berbagi
sangat kental terasa.
Bila ditengok ke belakang, tradisi ini tak lepas
dari sejarah perkembangan agama Islam di pulau Jawa. Islam yang hadir dengan
ramah, penuh solidaritas dan cinta damai, disambut oleh masyarakat dengan
kultur sosio-budaya lokal setempat. Pertemuan keduanya melahirkan harmonisasi
peradaban dalam bentuk tradisi. Perpaduan agama dan budaya yang mesra ini
menjadi model kehidupan beragama yang ideal. Agama Islam hadir dengan nafas
ketauhidan memberikan ruh pada budaya setempat. Sedangkan budaya lokal menyerap
ajaran agama dengan tangan terbuka. Dari kondisi ini tercipta nuansa budaya lokal
yang agamis, seperti dua keping mata uang yang berbeda tapi saling mengisi dan
melengkapi.
Itulah sekilas tradisi di tempat saya. Bagaimana
tradisi di tempat anda?
#AISEIWritingChallenge
#30hariAISEIbercerita
#100kata bercerita
#pendidikbercerita
#warisanAISEI
#Day10AISEIWritingChallenge
Writer's Block
Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...

-
Sore tadi saya berada di atas sebuah tower air. Walaupun miris, keinginan itu begitu kuat untuk duduk santai di atas menara ...
-
Malam Jum'at memang masih dianggap sakral. Ayah Jamilah yang keturunan Jawa, sering melakukan ritual pada malam ...
-
Trik Menulis di Sosial Media Oleh Yoyon Supriyono Barokallah . Minggu sore ini aku langsung disapa Bunda Capri Anjaya yang canti...