Rabu, 21 Oktober 2020

Baridin dan Ratminah (Bagian 2)

 


Baridin dan Ratminah (Bagian 2)

Sudah sekian lama berjalan, tiba-tiba Baridin berhenti. Ia bingung di mana letak sawah Pak Bunawas. Ia tengok kanan kiri. Tapi tak ada seorangpun yang lewat untuk ia bisa bertanya.

Tak jauh dari tempat Baridin berdiri, ada seorang gadis desa yang juga nampak sedang bingung. Mulutnya nampak komat kamit seperti sedang mengingat sesuatu.

“Tadi bapa pesen apa aja ya, koq mendadak lupa sih... Emm... kalau gak salah bapak pesen kopi, gula pasir, ikan bandeng, cumi, ...,” suara gadis itu tiba-tiba terhenti seketika.

“Hai, cantik ... kaget, ya! Mau ke mana, sayang ...,” tiga orang pemuda menghampiri sambil menggoda.

“Ih, kebiasaan. Tiap kali aku ke pasar, pasti ada yang iseng gangguin. Kalian gak tahu ya, saya ini anak orang kaya,” kata gadis itu dengan sombong.

“Hei, manis ...dengerin ya. Beli batik di pasar Trusmi, makan siang lauknya sambal, kamu cantik sangat kukasihi, tapi sayang sok jual mahal,” seorang pemuda berpantun menggoda.

“Hei, dengerin juga ya. Ikan petek ikan jambal, dimakan tikus lalu dibuang, orangnya jelek mulutnya gombal, ngomong nyerucus gak punya uang,” balas si gadis.

“Ahai cah ayu ... beli bolu di toko buku, beli kismis sama kuaci, tak usah malu jadi pacarku, punya kumis tipis bikin kamu geli, hahaha ....” pemuda lain ikut menggoda.

“Ih, amit-amit ... bolu kismis dikasih balsem, bawa bantal sama spreinya, kumis tipis baunya asem, rambutnya kumal banyak kutunya, hiii ..., pergi, pergi sana. Saya bilangin bapak tahu rasa lho,” gadis itu mencibir.

“Heh, saya kasih tahu ya, saya ini Ratminah, putrinya Bapak Dam, orang kaya raya. Lelaki yang mau sama saya, orangnya keren-keren, kaya-kaya, berdasi, berkelas, bermobil, beruang,” jelas gadis bernama Ratminah itu dengan ketus dan sombong sambil berlalu pergi.

“Ooh, jadi yang mau sama kamu itu beruang ... Hiii... cantik-cantik kok mau sama beruang, hahaha ....” ketiga pemuda itu megolok-olok sambil tertawa.

“Mang ... Mang, mau nanya, kalau sawah Pak Bunawas sebelah mana, ya?” Baridin tiba-tiba datang dan bertanya kepada ketiga pemuda itu. Tak sengaja pandangannya menangkap wajah si gadis. Hatinya bergetar.

“Aah, ganggu saja, sawah Pak Bun kesana,” jawab pemuda berkumis.

“Kesana, kemana, Mang?” Baridin nampak kurang jelas.

“Ya kesana saja, lurus, lurus saja,” jawab pemuda yang lain.

Baridin pun pergi. Pemuda berandalan kembali mau menggoda si gadis. Namun gadis bernama Ratminah itu sudah pergi. Mereka pun menggerutu. Gara-gara Baridin, mereka kehilangan gadis yang sedang digodanya itu. (Bersambung)


#AISEIWritingChallenge

#30hariAISEIbercerita

#100kata bercerita

#pendidikbercerita

#warisanAISEI

#Day15AISEIWritingChallenge


5 komentar:

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...