#PGRI
#KOGTIK
#EPSON
#KSGN
http://gurupenggerakindonesia.com.
Dampak positif pandemi
Covid-19 pada dunia pendidikan mengantarkan terjadinya revolusi digital secara
total. Penggunaan teknologi terkini dalam pembelajaran awalnya belum
terintegrasi secara maksimal. Hal ini disebabkan karena mayoritas guru belum
menguasai teknologi informasi dan komunikasi. Dengan ditiadakannya pembelajaran
tatap muka di masa pandemi covid-19, guru dipaksa harus melek IT. Guru mengajar
dari rumah. Siswa pun belajar dari rumah. Dalam kondisi ini, kegiatan belajar
mengajar hanya dapat berlangsung dengan bantuan teknologi, yakni teknologi
digital.
Perubahan dari pola
pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran virtual (daring), berimbas pada
perubahan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Untuk mendasari semua perubahan itu, hal
terpenting adalah perubahan pola pikir (mindset)
para praktisi pendidikan. Transformasi digital bukan melulu soal teknologi,
tetapi juga soal mindset (pola pikir).
Digital mindset sebagai paradigma berpikir, merupakan hal penting yang sangat
dibutuhkan dalam transformasi (perubahan) berbasis digital di bidang pendidikan.
Transformasi digital dalam pembelajaran tidak akan berjalan mulus, bila
praktisi pendidikan tidak dibekali dengan digital
mindset (pola pikir digital) yang tepat.
Bila
dianalisa, ada beberapa paradigma pola berpikir dalam pembelajaran, yang
merupakan ciri digital mindset dalam
aktivitas belajar sebelum dan setelah era digital, antara lain :
1. Dulu
peserta didik cenderung menunggu ilmu diberikan oleh guru. Di era digital,
peserta didik menjemput ilmu secara mandiri dan independen. Saat ini semua
pengetahuan ada di jejaring internet. Peserta didik dituntut aktif searching
untuk mencarinya.
2. Guru
selalu mengajarkan materi atau konten pembelajaran kepada peserta didik, di era
digital guru harus menanamkan kompetensi kepada peserta didik, karena semua
konten/materi sudah tersedia di internet. Pola pendekatan pembelajaran bergeser
dari content based menjadi competence based. Hasil belajar pun
berubah dari siswa tahu mengenai apa menjadi siswa bisa apa.
3. Dulu
peserta didik belajar dulu baru dipraktikkan. Sekarang peserta didik belajar
sambil praktik. Sebagai contoh, anak yang awalnya tidak bisa main gitar,
setelah belajar mandiri melalui tutorial cara bermain gitar di youtube, dalam
waktu singkat menjadi pandai bermain gitar. Berbagai macam micro skill berupa
tutorial di youtube, tersedia di internet, bisa diakses, dipelajari dan
dipraktikkan secara mandiri oleh anak-anak.
4. Pola
pikir guru yang dulu menganggap siswa adalah kertas kosong yang berlu diisi,
kini berubah. Di era digital siswa adalah individu yang memiliki kecerdasan.
Tugas guru sebagai pendidik adalah membentuk siswa menjadi individu yang
memiliki kompetensi.
5. Dulu
ada paradigma bahwa berkarya itu hanya bagi mereka yang sudah dewasa. Sekarang,
terbuka kesempatan berkarya bagi segala usia.
Karya-karya yang bersifat digital mudah diciptakan dan dikembangkan
bukan saja oleh orang dewasa, tetapi juga oleh anak-anak.
D era transformasi
digital, terlebih di era PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh), siswa menghadapi
berbagai kejenuhan karena sulitnya melakukan interaksi secara virtual (daring).
Hal ini, sering membuat semangat belajar peserta didik semakin menurun. Menyikapi
hal ini, praktisi pendidikan (guru) dituntut tidak hanya menguasai teknologi
informasi dan komunikasi, tapi mampu berkreasi dan berinovasi dalam membuat
materi atau konten pembelajaran yang menarik, efektif dan menyenangkan bagi
peserta didik. Guru harus mencari ide-ide dalam memilih metoda pembelajaran
daring yang kreatif dan tidak membosankan.
Saat ini tersedia berbagai
platform pembelajaran yang dapat dipilih guru sesuai dengan kondisi masing-masing.
Guru dapat menggunakan LMS (Learning
Management System) yang didukung teknologi canggih menyediakan fitur-fitur
pembelajaran yang lengkap. Guru juga dapat menggunakan google classroom, zoom,
cisco webex, quizz, dan lain sebagainya dalam pembelajaran.
Dukungan teknologi
memang penting, namun ada hal lain yang tidak kalah penting dalam pembelajaran
daring ataupun luring, yaitu proses pengelolaanya. Dalam mengelola kelas pada
pembelajaran daring, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pembelajaran
berlangsung secara kreatif dan menyenangkan :
a.
Menjaga penampilan.
Walaupun
pembelajaran tidak dilakukan dengan tatap muka secara langsung, usahakan guru
tetap berpenampilan rapih seperti halnya di kelas nyata. Bersolek diri dan
memakai parfum akan membuat kita semakin percaya diri.
b.
Membuka kelas pembelajaran dengan
kata-kata penyemangat.
Sebelum
pembelajaran dimulai, buatlah kondisi siswa dalam keadaan siap untuk belajar.
Hypno teaching bisa dimanfaatkan untuk mengantarkan siswa ke zona alfa dimana siswa dalam keadaan
siap belajar. Guru bisa melakukan ice breaking, game, quiz, dan lainnya selama
beberapa menit.
c.
Mengatur posisi tempat belajar yang
nyaman.
Posisi
dan kondisi tempat belajar sangat berpengaruh dalam pembelajaran. Guru bisa
memilih tempat tertentu yang jauh dari gangguan. Ruangan bisa ditata sedemikian
rupa agar menarik dan nyaman.
d.
Berbicara dengan sistematis dan
menggunakan gesture tubuh dengan baik.
Dalam
berinteraksi dengan siswa secara daring, guru hendaknya berbicara secara
sistematis dan mimik yang baik. Penggunaan gesture tubuh juga sangat dianjurkan
agar terkesan seolah siswa berhadapan langsung dengan gurunya.
e.
Menjaga interaksi secara dinamis.
Interaksi
dengan siswa harus selalu terjaga secara dinamis. Bila siswa melakukan hal-hal
yang kurang etis, misalnya dalam chat, guru bisa langsung menegur dengan ramah
secara pribadi (japri).
f.
Buat materi yang menarik dan mudah
dicerna.
Materi
yang disajikan guru hendaknya menarik dan mudah dicerna. Guru dituntut kreatif
dan inovatif dalam membuat materi daring, menyesuaikan situasi aktivitas di
kelas nyata dan di kelas virtual.
g.
Sisipkan improvisasi kelas.
Guru
harus dapat menyisipkan improvisasi dalam bentuk ice breaking, game, quiz dan
sejenisnya agar siswa tidak jenuh dan bosan.
h.
Buat siswa merasa dihargai.
Guru
harus menjaga agar siswa tetap merasa dihargai misalnya dengan memberi reward
bagi siswa yang cepat merespon chat guru, menayangkan hasil belajar di chat
grup, atau bilang akan menelpon siswa secara acak.
i.
Mengakhiri pembelajaran dengan penuh
hikmah dan kebaikan.
Di akhir
pembelajaran guru dapat menyampaikan hikmah dari pembelajaran dan memberi
pesan-pesan kebaikan atau nasihat.
Hal-hal di atas harus
selalu diperhatikan, karena dalam pembelajaran baik daring maupun luring,
tujuan akhirnya harus selaras dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Peran teknologi terkini
dalam pembelajaran perlu diimbangi dengan pola pikir guru yang kekinian pula.
Karena sejatinya teknologi hanyalah alat (tool),
sedangkan pola pikir (mindset)
berasal dalam diri manusia sebagai pengguna alat tersebut. Maka dari itu,
secanggih apapun sebuah teknologi, tepat atau tidaknya penggunaan dari
teknologi itu, tergantung pada siapa yang menggunakannya. Peran guru sebagai sutradara
dalam pembelajaran, sebagai pengguna teknologi, sebagai agent of change, dan
sebagai pendidik, sangat vital dan tak tergantikan oleh teknologi.
Mengingat peran guru
dan peran teknologi yang sangat vital di era digital, di tangan gurulah
pengelolaan teknologi ini dimaksimalkan agar semakin efektif dan menyenangkan.
PROFIL
YOYON SUPRIYONO,S.Pd.,M.Pd.
Dilahirkan di Cirebon, tepatnya
desa Geyongan Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon, pada tanggal 16
September 1968 Merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara dari pasangan
Sutisno (alm) dan Uwiti (almh). Menempuh pendidikan dimulai dari SD Geyongan
1 (lulus tahun 1981), SMPN 1 Arjawinangun (lulus tahun 1984), SMAN Palimanan
(lulus tahun 1987), IKIP Bandung (lulus tahun 1989), Universitas Terbuka
UPBJJ Bandung (lulus tahun 2005), dan Pasca Sarjana Universitas Wiralodra
Indramayu (Lulus tahun 2018). Penulis adalah kepala sekolah di SMPN 4 Terisi
Kabupaten Indramayu, yang mempunyai hobby mendaki gunung dan jalan-jalan.
Penulis buku “TIK, KAPAN KAU KEMBALI” diterbitkan Mediaguru tahun 2017 dan
beberapa buku antologi. Bercita-cita ingin memberi manfaat yang
sebesar-besarnya untuk orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar