Rabu, 28 Oktober 2020

“Peran Teknologi Terkini dalam Membuat Pembelajaran DARING (Online) dan LURING (Offline) Menjadi Semakin Menyenangkan.”

#PGRI

 #KOGTIK

#EPSON 

#KSGN

 http://gurupenggerakindonesia.com.




Dampak positif pandemi Covid-19 pada dunia pendidikan mengantarkan terjadinya revolusi digital secara total. Penggunaan teknologi terkini dalam pembelajaran awalnya belum terintegrasi secara maksimal. Hal ini disebabkan karena mayoritas guru belum menguasai teknologi informasi dan komunikasi. Dengan ditiadakannya pembelajaran tatap muka di masa pandemi covid-19, guru dipaksa harus melek IT. Guru mengajar dari rumah. Siswa pun belajar dari rumah. Dalam kondisi ini, kegiatan belajar mengajar hanya dapat berlangsung dengan bantuan teknologi, yakni teknologi digital.

Perubahan dari pola pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran virtual (daring), berimbas pada perubahan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.  Untuk mendasari semua perubahan itu, hal terpenting adalah perubahan pola pikir (mindset) para praktisi pendidikan. Transformasi digital bukan melulu soal teknologi, tetapi juga soal mindset (pola pikir). Digital mindset sebagai paradigma berpikir, merupakan hal penting yang sangat dibutuhkan dalam transformasi (perubahan) berbasis digital di bidang pendidikan. Transformasi digital dalam pembelajaran tidak akan berjalan mulus, bila praktisi pendidikan tidak dibekali dengan digital mindset (pola pikir digital) yang tepat.

Bila dianalisa, ada beberapa paradigma pola berpikir dalam pembelajaran, yang merupakan ciri digital mindset dalam aktivitas belajar sebelum dan setelah era digital, antara lain :

1.    Dulu peserta didik cenderung menunggu ilmu diberikan oleh guru. Di era digital, peserta didik menjemput ilmu secara mandiri dan independen. Saat ini semua pengetahuan ada di jejaring internet. Peserta didik dituntut aktif searching untuk mencarinya.

2.    Guru selalu mengajarkan materi atau konten pembelajaran kepada peserta didik, di era digital guru harus menanamkan kompetensi kepada peserta didik, karena semua konten/materi sudah tersedia di internet. Pola pendekatan pembelajaran bergeser dari content based menjadi competence based. Hasil belajar pun berubah dari siswa tahu mengenai apa menjadi siswa bisa apa.

3.    Dulu peserta didik belajar dulu baru dipraktikkan. Sekarang peserta didik belajar sambil praktik. Sebagai contoh, anak yang awalnya tidak bisa main gitar, setelah belajar mandiri melalui tutorial cara bermain gitar di youtube, dalam waktu singkat menjadi pandai bermain gitar. Berbagai macam micro skill berupa tutorial di youtube, tersedia di internet, bisa diakses, dipelajari dan dipraktikkan secara mandiri oleh anak-anak.

4.    Pola pikir guru yang dulu menganggap siswa adalah kertas kosong yang berlu diisi, kini berubah. Di era digital siswa adalah individu yang memiliki kecerdasan. Tugas guru sebagai pendidik adalah membentuk siswa menjadi individu yang memiliki kompetensi.

5.    Dulu ada paradigma bahwa berkarya itu hanya bagi mereka yang sudah dewasa. Sekarang, terbuka kesempatan berkarya bagi segala usia.  Karya-karya yang bersifat digital mudah diciptakan dan dikembangkan bukan saja oleh orang dewasa, tetapi juga oleh anak-anak.

D era transformasi digital, terlebih di era PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh), siswa menghadapi berbagai kejenuhan karena sulitnya melakukan interaksi secara virtual (daring). Hal ini, sering membuat semangat belajar peserta didik semakin menurun. Menyikapi hal ini, praktisi pendidikan (guru) dituntut tidak hanya menguasai teknologi informasi dan komunikasi, tapi mampu berkreasi dan berinovasi dalam membuat materi atau konten pembelajaran yang menarik, efektif dan menyenangkan bagi peserta didik. Guru harus mencari ide-ide dalam memilih metoda pembelajaran daring yang kreatif dan tidak membosankan.

Saat ini tersedia berbagai platform pembelajaran yang dapat dipilih guru sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru dapat menggunakan LMS (Learning Management System) yang didukung teknologi canggih menyediakan fitur-fitur pembelajaran yang lengkap. Guru juga dapat menggunakan google classroom, zoom, cisco webex, quizz, dan lain sebagainya dalam pembelajaran.

Dukungan teknologi memang penting, namun ada hal lain yang tidak kalah penting dalam pembelajaran daring ataupun luring, yaitu proses pengelolaanya. Dalam mengelola kelas pada pembelajaran daring, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pembelajaran berlangsung secara kreatif dan menyenangkan :

a.       Menjaga penampilan.

Walaupun pembelajaran tidak dilakukan dengan tatap muka secara langsung, usahakan guru tetap berpenampilan rapih seperti halnya di kelas nyata. Bersolek diri dan memakai parfum akan membuat kita semakin percaya diri.

b.      Membuka kelas pembelajaran dengan kata-kata penyemangat.

Sebelum pembelajaran dimulai, buatlah kondisi siswa dalam keadaan siap untuk belajar. Hypno teaching bisa dimanfaatkan untuk mengantarkan siswa ke zona alfa dimana siswa dalam keadaan siap belajar. Guru bisa melakukan ice breaking, game, quiz, dan lainnya selama beberapa menit.

c.       Mengatur posisi tempat belajar yang nyaman.

Posisi dan kondisi tempat belajar sangat berpengaruh dalam pembelajaran. Guru bisa memilih tempat tertentu yang jauh dari gangguan. Ruangan bisa ditata sedemikian rupa agar menarik dan nyaman.

d.      Berbicara dengan sistematis dan menggunakan gesture tubuh dengan baik.

Dalam berinteraksi dengan siswa secara daring, guru hendaknya berbicara secara sistematis dan mimik yang baik. Penggunaan gesture tubuh juga sangat dianjurkan agar terkesan seolah siswa berhadapan langsung dengan gurunya.

e.       Menjaga interaksi secara dinamis.

Interaksi dengan siswa harus selalu terjaga secara dinamis. Bila siswa melakukan hal-hal yang kurang etis, misalnya dalam chat, guru bisa langsung menegur dengan ramah secara pribadi (japri).

f.       Buat materi yang menarik dan mudah dicerna.

Materi yang disajikan guru hendaknya menarik dan mudah dicerna. Guru dituntut kreatif dan inovatif dalam membuat materi daring, menyesuaikan situasi aktivitas di kelas nyata dan di kelas virtual.

g.      Sisipkan improvisasi kelas.

Guru harus dapat menyisipkan improvisasi dalam bentuk ice breaking, game, quiz dan sejenisnya agar siswa tidak jenuh dan bosan.

h.      Buat siswa merasa dihargai.

Guru harus menjaga agar siswa tetap merasa dihargai misalnya dengan memberi reward bagi siswa yang cepat merespon chat guru, menayangkan hasil belajar di chat grup, atau bilang akan menelpon siswa secara acak.

i.        Mengakhiri pembelajaran dengan penuh hikmah dan kebaikan.

Di akhir pembelajaran guru dapat menyampaikan hikmah dari pembelajaran dan memberi pesan-pesan kebaikan atau nasihat.

Hal-hal di atas harus selalu diperhatikan, karena dalam pembelajaran baik daring maupun luring, tujuan akhirnya harus selaras dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Peran teknologi terkini dalam pembelajaran perlu diimbangi dengan pola pikir guru yang kekinian pula. Karena sejatinya teknologi hanyalah alat (tool), sedangkan pola pikir (mindset) berasal dalam diri manusia sebagai pengguna alat tersebut. Maka dari itu, secanggih apapun sebuah teknologi, tepat atau tidaknya penggunaan dari teknologi itu, tergantung pada siapa yang menggunakannya. Peran guru sebagai sutradara dalam pembelajaran, sebagai pengguna teknologi, sebagai agent of change, dan sebagai pendidik, sangat vital dan tak tergantikan oleh teknologi.

Mengingat peran guru dan peran teknologi yang sangat vital di era digital, di tangan gurulah pengelolaan teknologi ini dimaksimalkan agar semakin efektif dan menyenangkan. 


PROFIL

YOYON SUPRIYONO,S.Pd.,M.Pd.


Dilahirkan di Cirebon, tepatnya desa Geyongan Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon, pada tanggal 16 September 1968 Merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara dari pasangan Sutisno (alm) dan Uwiti (almh). Menempuh pendidikan dimulai dari SD Geyongan 1 (lulus tahun 1981), SMPN 1 Arjawinangun (lulus tahun 1984), SMAN Palimanan (lulus tahun 1987), IKIP Bandung (lulus tahun 1989),  Universitas Terbuka UPBJJ Bandung (lulus tahun 2005), dan Pasca Sarjana Universitas Wiralodra Indramayu (Lulus tahun 2018). Penulis adalah kepala sekolah di SMPN 4 Terisi Kabupaten Indramayu, yang mempunyai hobby mendaki gunung dan jalan-jalan. Penulis buku “TIK, KAPAN KAU KEMBALI” diterbitkan Mediaguru tahun 2017 dan beberapa buku antologi. Bercita-cita ingin memberi manfaat yang sebesar-besarnya untuk orang lain.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...