Minggu, 18 Oktober 2020

Tradisi Ngapem

 



Kita tentunya tidak asing dengan kue Apem. Kue ini berbahan dasar tepung beras dan gula merah. Tepung beras dibuat adonan lalu dicetak. Biasanya berbentuk bulat. Namun ada juga yang persegi. Sedangkan gula merah sebagai pasangan, dicairkan terlebih dahulu. Ada juga yang mencampurkan parutan kelapa ke dalam cairan gula untuk menambah varian rasa. Lebih maknyos lagi ditambahkan blondo, gumpalan putih yang terpisah ketika pembuatan minyak kelapa. Cara mengkonsumsinya pun mudah. Celupkan kue apem ke dalam gula cair lalu dimakan.

 Namun, tahukah anda bahwa ada kaitan antara kue apem dengan perang? Perang yang dimaksud adalah perang antara Husain bin Ali, cucu Rosulallah saw melawan pasukan Bani Umayyah. Husain bin Ali gugur dalam peperangan itu.  Umat muslim di berbagai negara memperingatinya pada setiap bulan Muharram, dengan cara yang berbeda-beda.

Di Indonesia, khususnya di Cirebon, untuk memperingati peperangan ini dilakukan dengan pembuatan kue apem. Tradisi yang dikenal dengan Ngapem ini, pertama kali dilakukan di  Keraton Kanoman. Tradisi ini dimaksudkan untuk sodaqoh sebagai penolak bala.

Warna dan bentuk kue apem juga mempunyai makna. Warna putih pada  kue apem melambangkan kesucian. Sedangkan warna gula merah perlambang keberanian. Bentuk apem yang bulat melambangkan kepala, sedangkan bentuk apem yang persegi atau kotak menunjukkan badan. Konon, Hsain bin Ali wafat dengan cara dimutilasi, kepala dan badannya terpisah.

Nah, adakah tradisi ngapem di tempat anda?

#AISEIWritingChallenge

#30hariAISEIbercerita

#100kata bercerita

#pendidikbercerita

#warisanAISEI

#Day11AISEIWritingChallenge

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...