Kita tentunya tidak asing dengan kue Apem. Kue ini
berbahan dasar tepung beras dan gula merah. Tepung beras dibuat adonan lalu
dicetak. Biasanya berbentuk bulat. Namun ada juga yang persegi. Sedangkan gula
merah sebagai pasangan, dicairkan terlebih dahulu. Ada juga yang mencampurkan
parutan kelapa ke dalam cairan gula untuk menambah varian rasa. Lebih maknyos
lagi ditambahkan blondo, gumpalan putih yang terpisah ketika pembuatan minyak
kelapa. Cara mengkonsumsinya pun mudah. Celupkan kue apem ke dalam gula cair
lalu dimakan.
Namun,
tahukah anda bahwa ada kaitan antara kue apem dengan perang? Perang yang
dimaksud adalah perang antara Husain bin Ali, cucu Rosulallah saw melawan
pasukan Bani Umayyah. Husain bin Ali gugur dalam peperangan itu. Umat muslim di berbagai negara
memperingatinya pada setiap bulan Muharram, dengan cara yang berbeda-beda.
Di Indonesia, khususnya di Cirebon, untuk
memperingati peperangan ini dilakukan dengan pembuatan kue apem. Tradisi yang
dikenal dengan Ngapem ini, pertama kali dilakukan di Keraton Kanoman. Tradisi ini dimaksudkan untuk
sodaqoh sebagai penolak bala.
Warna dan bentuk kue apem juga mempunyai makna.
Warna putih pada kue apem melambangkan
kesucian. Sedangkan warna gula merah perlambang keberanian. Bentuk apem yang
bulat melambangkan kepala, sedangkan bentuk apem yang persegi atau kotak
menunjukkan badan. Konon, Hsain bin Ali wafat dengan cara dimutilasi, kepala
dan badannya terpisah.
Nah, adakah tradisi ngapem di tempat anda?
#AISEIWritingChallenge
#30hariAISEIbercerita
#100kata bercerita
#pendidikbercerita
#warisanAISEI
#Day11AISEIWritingChallenge
Tidak ada komentar:
Posting Komentar