Resume ke-9
Gelombang : 28
Tema : Menulis Itu Mudah
Narasumber : Prof. Dr. Ngainun Naim
Moderator :Lely Suryani, S.Pd., SD.
Menulis Itu Mudah.
Demikian kata Prof. Dr. Ngainun Naim, M.H.I. Tak heran jika pak kyai dan juga dosen
kelahiran Tulungagung, 19 Juli 1975 ini sangat produktif. Di usia yang masih relatif
muda sudah menerbitkan 47 buku.
Bagaimana sih caranya agar menulis itu mudah? Ikuti kunci-kunci yang
disampaikan beliau berikut ini:
(1)
Tulislah
hal-hal sederhana yang kita alami
Pengalaman hidup sehari-hari merupakan sumber tulisan yang subur. Kita akan mudah menuliskannya karena kita menceritakan apa yang kita alami. Tinggal pilih aspek apa yang mau kita ceritakan. Jadi, tulis saja apa yang kita alami sehari-hari. Jangan takut salah atau jelek. Takutlah jika tidak menulis. Jika ini dijalankan, menulis akan mudah.
(2)
Jangan menulis sambil dibaca lalu diedit
Hal ini akan menjadi hambatan psikologis dalam menuangkan pikiran. Keluarkan saja apa yang ada dalam pikiran secara bebas. Terus saja menulis. Setelah selesai menulis atau karena sudah habis yang mau ditulis, tinggalkan dulu. Simpan di komputer. Jangan dibaca dulu. Cari suasana psikologis yang berbeda. Istilahnya endapkan dulu. Saat berbeda, misalnya nulisnya pagi, maka saat sore baru dibaca. Cermati kalimat demi kalimat. Tambahkan ide yang ada jika memang perlu. Jika ada typo, perbaiki. Sebelum mengunggah ke blog atau Kompasiana, baca ulang tulisan kita. Bisa sekali atau dua kali. Prinsipnya sederhana: minimalkan hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Karena tulisan kita adalah jejak kita.
(3)
Menulis
tentang perjalanan.
Kita semua tentu sering melakukan perjalanan. Apa yang kita lakukan di perjalanan bisa kita tulis. Jika berekreasi, tulis saja hal-hal yang kita alami. Itu mudah karena kita menjalaninya.
(4)
Menulis
secara NGEMIL (sedikit demi sedikit)
Coba setiap hari
menulis beberapa jenis tulisan. Tidak perlu banyak. Untuk blog atau Kompasiana,
targetkan 3-5 paragraf. Untuk artikel jurnal, 1 paragraf. Itu target minimal.
Itu yang harus kita perjuangkan. Misal pagi menulis artikel jurnal 1 paragraf. Sampai
di kantor menulis untuk blog. Paling 1-2 paragraf.
Nampak mudah, bukan? Tapi dalam praktiknya banyak kendala yang umumnya dialami oleh penulis pemula. Semua kegalauan, keresahan, dan hambatan dalam menulis tentu juga pernah dialami oleh penulis handal sekelas Prof. Ngainun Naim. Namun demikian, petualangan beliau dalam menghadapi hambatan itu bisa menjadi pelajaran yang bisa dicontoh bagi penulis lainnya.
Mantap pak Yon, rapi terstruktur siap bungkus...🤗
BalasHapusTerimakasih bu Dwi ...
Hapus