Pentigraf
Yoyon Supriyono
Bu Lasmi sudah lima tahun menderita kelumpuhan tanpa sebab yang jelas. Konon katanya penyakit yang dideritanya itu tidak wajar. Tiap hari ia duduk di kursi roda yang ditempatkan di teras depan rumah, hingga bisa melihat dan bertegur sapa dengan siapapun yang lewat dan dikenalnya.
Walaupun demikian jiwa sosialnya tidak hilang. Ia selalu menyiapkan uang pecahan untuk peminta-minta atau pengamen yang datang. Banyak di antara mereka menjadi pelanggan sosial setia Bu Lasmi.
Seorang pria tua penjual cobet batu tetiba berhenti di tepi jalan untuk beristirahat. Dagangannya yang tersisa tinggal satu buah, membuatnya susah untuk memikul. Pak tua terpaksa mencari batu untuk pemberat dan penyeimbang. Bu Lasmi yang merasa iba memanggil pak tua dan membeli cobet itu tanpa menawar, bahkan kembaliannya pun ia ikhlaskan. Pak Tua nampak sumringah dan berkali-kali mengucapkan terimakasih sambil dalam hatinya mendoakan Bu Lasmi. Sumarni, putri bungsu Bu Lasmi menggerutu dan ngomel karena di dapur sudah banyak cobet yang tidak terpakai. "Kasihan pak tua itu kesulitan memikul cobet dagangannya yang tinggal satu," kata Bu Lasmi yang tanpa sadar tiba-tiba berdiri dan berjalan mengambil makanan untuk pak tua yang sekejap sudah tak nampak batang hidungnya.
Merinding bacanya, siapa sebenarnya Pak Tua penjual cobet itu....?
BalasHapusHehe ...cuma imajinasi, pak. Terimakasih sudah berkunjung...
Hapus