Minggu, 30 Agustus 2020

Kondangan

Pesta syukuran hajatan sudah menjadi tradisi di masyarakat. Walau masih situasi pandemi covid, tradisi ini tetap berjalan. Di masa New Normal, di beberapa daerah perhelatan ini sudah bebas dilaksanakan. 
Hari ini seorang rekan kerja menikahkan putrinya. Pk 09.00 brangkat dari rumah. Merayapi jalanan kabupaten dilanjutkan masuk tol Cipali sepanjang 60 km. Tiba di sekolah rekan-rekan sudah menunggu. Rombongan berangkat bareng menyusuri jalanan kampung. Blok Sukatani desa Cikawung terletak di kawasan hutan. Perjalanan naik motor asyik juga. Setelah menempuh 4 km sampailah di lokasi.
Nampak pedagang berjajar memenuhi jalan kecil menuju tempat hajat. Suasana ramai sekali. Alunan suara musik dangdut jaipongan mendukung kemeriahan suasana. Jemaripun mulai akrab menyalami sederetan crew hajat termasuk tuan rumah. Rombongan langsung berdesakan antri prasmanan. Pas banget dengan waktu makan siang. Masing-masing mencari tempat duduk yang masih kosong untuk menyantap menu hidangan. 
Sebagai penghormatan, kami stay beberapa saat di sana. Alhamdulillah event ini menjadi ajang silaturahmi. Kami bisa bertemu kawan-kawan yang lama tak jumpa. MC memanggil hadirin yang mau tampil di atas panggung secara bergantian. Kebanyakan dari kalangan keluarga, rekanan atau hadirin yang secara khusus ingin memeriahkan acara. Pemuda, pemudi, ibu-ibu bahkan anak-anak bergoyang mengikuti irama musik. Ini adalah ajang panen sang biduan. Di sela syair lagu, ia menyebut nama yang naik ke panggung. Saat itulah "saweran" berhamburan. Satu demi satu sang biduan mendekati mereka yang asyik bergoyang. Menyebut nama sambil mengajaknya goyang bareng. Bagi beberapa orang, ini merupakan keasyikan tersendiri. Angan pun terlena. Pusing hilang, hingga lupa sama hutang. Bagi yang kecanduan, sering isi dompet pun terkuras. Astagfirullah. Dengan ringannya tangan-tangan mereka menggelontorkan rupiah. Padahal, di saat berbeda ketika mereka bersanding dengan kotak sumbangan tempat ibadah, atau datang sang peminta-minta, betapa beratnya tangan mereka mencabut walau hanya selembar recehan. Ironis, memang.
Beberapa lagu kami nikmati sebelum kami meninggalkan tempat hajat. Menunggu barangkali MC memanggil, persiapan alakadarnya sudah disediakan. Tapi karena banyaknya request lagu, adzan Dzuhur menghentikan pentas itu sementara. Kami lepas dari arena pergotanfan. Kami pun pamitan.Teriring doa semoga kedua mempelai menjadi keluarga baru yang samawa. Aamiin.
Indahnya pemandangan hutan jati dalam perjalanan pulang, mengulang sesaat kesan di panggung pentas tadi. Angin sejuk sesekali menyapa wajah yang memanas diterpa ultra violet tengah hari musim kemarau. Aku bonceng motor dengan salah seorang staf TU yang berkendara sendirian. Kuda hitam yang kuparkir di halaman sekolah, segera membawaku kembali pulang. Kali ini tidak masuk TOL yang tarifnya lumayan mahal. Kucumbui jalanan biasa, agar bisa mampir di sebuah masjid tempatku biasa singgah. Usai sholat, kutarikan jemari di pentas blog ini. Membuat jejak dan berbagi cerita, mudah-mudahan ada manfaat bagi yang baca.

Masjid Jami Al Huda, Dusun Tegalwangon, Desa Palabuan, Kec. Ujungjaya, Sumedang.
Akhir Agustus 2020.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...