Selasa, 18 Agustus 2020

Mimpi Besar Ala Cikgu Tere

Belajar menulis dari pengalaman penulis yang sudah menerbitkan buku adalah hal yang luar biasa. Apalagi ada surprise hadiah di akhir kegiatan dan sederetan prestasi yang pernah diraihnya, sungguh sangat menambah antusias peserta. Penasaran siapakah dia? Mari simak resume berikut ini.

Nama aslinya Theresia Sri Rahayu, S.Pd. SD. Ia akrab dipanggil Cikgu Tere. Guru sekolah dasar kelahiran Kuningan, 13 September 1984 ini mengajar di SDN Waihibur, Kabupaten Sumba Tengah, Nusa tenggara Timur. Agar tidak penasaran, berikut prestasi yang pernah diraihnya sampai dengan saat ini : Juara 1 Guru Berprestasi tingkat Kecamatan Padalarang – Kab. Bandung Barat (2014), Juara 2 Lomba Guru Berprestasi tingkat Kab. Bandung Barat (2014), Juara 3 Lomba Guru MIPA tingkat Kec. Padalarang (2014), Juara 1 Olimpiade Guru Nasional tingkat Provinsi NTT (2018), Finalis Lomba Olimpiade Guru Nasional tingkat nasional (2018), Finalis Lomba Alat Peraga Matematika Sederhana tingkat nasional (2018), Peserta Short Course ke Luar Negeri dalam Program 1000 Guru ke Luar Negeri (2019), 40 besar penerima dana hibah penelitian pada program Teaching Challenge (2019), Finalis Course on Developing Lesson Study for Primary Mathematics Teacher tingkat internasional (2019), Guru Inti Terbaik dalam Pembekalan Guru Inti Program PKP tingkat Provinsi NTT (2019), Peserta Terbaik dalam Bimtek UKS Regional Bali, Sahabat Rumah Belajar Provinsi NTT (2019), Finalis Lomba Mathematics Teaching Learning Model (MTLM) tingkat internasional (2019), Kader Inti Gerakan Ajarmat / Ayo Belajar Matematika (2019), Peresume terbaik dari KSGN dan Pelatihan Belajar Menulis Bersama Om Jay (2020), Blogger inspiratif dari Ikatan Guru TIK PGRI dengan Penerbit Andi Yogyakarta pada bulan (2020), dan 35 selected participants of Advance Online Course SEAMEO Qitep in Mathematics (2020). Hebat, bukan?

Ibu Tere punya keyakinan yang kuat bahwa setiap orang pasti mempunyai mimpi besar dalam hidupnya. Namun, tidak semua orang dapat mewujudkannya. Nah, dia adalah salah seorang yang berhasil mewujudkan salah satu mimpi besarnya yaitu menerbitkan buku di Penerbit Mayor.

Campur tangan Tuhan itu pasti. Peran teknologi tak dipungkiri. Tuhan telah mengirim Omjay, yang bagi Ibu Tere adalah sosok yang sangat luar biasa yang telah menularkan virus menulis dan memberikan kesempatan kepadanya untuk mendapatkan keajaiban menulis setiap hari. Ia adalah salah satu peserta kegiatan Belajar Menulis melalui WA Grup yang digagas oleh Om Jay dan tim narsumnya. Ia tergabung di Grup Pelatihan Menulis Gel. 4. Dalam salah satu materi, ia diberi tantangan oleh Prof. Richardus Eko Indrajit, narasumber pada pertemuan itu. Karena materinya sangat menarik, ia pun sangat antusias untuk mengikuti tantangan yaitu menulis buku dalam waktu seminggu. Prof. Eko memberi kebebasan untuk memilih topik buku, yang materinya terdapat dalam chanel youtube beliau yaitu Ekoji Chanel. Di channel ini Prof. Eko setiap hari melakukan live seminar di youtube dengan berbagai topik yang sangat menarik dan bermanfaat. Bila berminat dapat menyimak di https://www.youtube.com/channel/UCa3LCo2Zjy_h_NaWz1V2jOw.

 Topik yang dipilihnya tentang Ubiquitous Learning. Sebuah tema yang membuatnya penasaran. Setelah menyimak materinya di  ekoji channel, ia langsung mendaftarkan namanya untuk menjadi penulis buku. Tak lupa ia mencari referensi di google terkait Ubiquitous. Ia pun segera menyusun outline, membuat judul dan mengirimnya ke Prof. Eko. Bukunya diberi judul  Belajar Semudah Klik, Membangun Ubiquitous Learning Dalam Konsep Merdeka Belajar. Prof. Eko menambahkan satu kata yaitu Ekosistem. Sehingga judul bukunya menjadi Belajar Semudah Klik, Membangun Ekosistem Ubiquitous Learning Dalam Konsep Merdeka Belajar. Keesokan harinya, cover bukunya sudah muncul. Kata Prof Eko untuk memotivasi guru - guru yang lain. Setelah itu, ia digabungkan dalam satu grup WA yaitu Menulis Bersama Prof. Ekoji. Grup ini beranggotakan 20 orang. Terdiri dari para guru dan dosen penulis dari berbagai daerah yang menyatakan kesanggupannya menulis buku dalam waktu satu minggu. Di grup ini mereka saling memotivasi agar dapat menyelesaikan tantangan tepat waktu.

Bisa kita bayangkan, pada masa pandemi, di daerah tempat Bu Tere mengajar tidak memungkinkan pembelajaran online, maka ia menyusun LKS dan melakukan kunjungan ke rumah siswa. Di samping kesibukannya sebagai guru, ia  juga memiliki kewajiban utama sebagai ibu rumah tangga. Panik, stress, dan pusing karena tidak bisa membagi waktu dengan sekian banyak kesibukan. Namun berkat kegigihannya, naskah buku pun selesai. Secara virtual, satu per satu hail karya dipresentasikan.

Selesai kegiatan, Prof. Eko menyampaikan beberapa ketentuan teknik penulisan seperti jenis huruf menggunakan verdana, ukuran 10, spasi tunggal ukuran kertas A5, minimum 100 halaman, paling sedikit 5 bab dan dilengkapi dengan index dan daftar pustaka.

Perjuangan menulis pun belum selesai. Ternyata, ketentuan yang disampaikan Prof Eko melahirkan tantangan baru bagi Bu Tere. Jumlah halamannya baru mencapai 60 halaman. Ia juga harus belajar bagaimana cara membuat index dan daftar pustaka serta daftar isi otomatis. Segera ia mencari tambahan 2 bab dan menulis lagi sampai di atas 100 halaman. Benar-benar memicu adrenalin!

Lalu,  bagaimana cara Ibu Tere membagi waktu, sementara ia berperan sebagai guru, ibu rumah tangga sekaligus penulis? Tentu saja wanita cerdas seperti dia tidak akan kehabisan akal. Ia minta bantuan suaminya. Bukan untuk menulis, tapi menjaga anaknya yang masih berusia 3,5 tahun. Terutama, saat dia butuh ketenangan ketika mau menulis. Jadi, dukungan keluarga sangat penting. Buat komitmen dan kesepakatan bersama agar terbangun harmonisasi. Malam dan pagi hari sebelum beraktivitas di dapur, ia sempatkan juga untuk menulis. Dan yang penting adalah komitmen untuk menulis.

Perjuangan dan pengorbanan Ibu Tere tak sia-sia. Dari paparan secara virtual, naskahnya dinyatakan DITERIMA DAN AKAN DITERBITKAN oleh Penerbit Andi. Tak lama ia pun menerima proof bukunya. Proof itu berupa naskah buku yang sudah dilayout tapi masih berupa lembaran untuk dikoreksi kembali olleh penulis bilamana ada kesalahan. Hingga, penantian panjang pun berbuah manis. Ia menerima Proof naskah buku berikut lampiran Surat Perjanjian Penerbitan dari Penerbit Andi.

Pengalaman Ibu Tere  ini menjadi bukti bahwa peserta belajar menulis bisa menulis dan menerbitkan buku di penerbit mayor

Nah, apa sih  tips dan trik yang diterapkan Ibu Tere? Pertama, buat time schedule (targetkan berapa bagian atau halaman dalam sehari). Kedua, kumpulkan referensi sebanyak mungkin. Ketiga, jauhkan HP, kecuali benar-benar dibutuhkan. Keempat, nulis dulu edit kemudian, dan kelima, bekerja sama dengan keluarga.

Dalam menyusun naskah, Bu Tere memiliki tips agar bukunya laku di pasaran. Pertama, tentukan topik yang baik dan menarik. Untuk menentukan topik atau tema, salah satunya menggunakan google trend. Tujuannya agar bisa melihat kecenderungan minat masyarakat pembaca sebagai pasar dari buku kita. Hal ini penting bagi penulis yang belum terkenal. Setelah itu, buat mind map terkait topik, hingga menemukan judul yang menarik. Lalu kembangkan judul menjadi outline naskah. Isi tulisan minimal 5 bab, upayakan mencakup 5 W + 1 H agar sesuai harapan yang ingin diketahui orang terhadap buku kita.

Jika berminat menulis buku dan ingin diterbitkan oleh Penerbit Mayor, sebaiknya kenali dulu seluk beluk (visi dan misi) Penerbitnya. Terutama hal-hal terkait syarat dan prosedur penerimaan naskahnya.

Ibu Tere hanya segelintir orang yang berani bermimpi besar. Namun baginya, mimpi itu laksana sebuah kunci untnk menaklukan semua rintangan di dunia. Jadi, peliharalah mimpi itu dan segeralah bangun untuk mewujudkannya.

Sudahkah kita bermimpi besar seperti Cikgu Tere?

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...