Rabu, 02 September 2020

"Target Mimpi Ditta"

 




“Teruslah memberi arti bagi setiap orang yang kau temui, 

dalam setiap hal yang kau lalui, dan untuk setiap waktu yang kau miliki”

Ditta Widya Utami, S.Pd.


Adalah Ibu Ditta Widya Utami, S.Pd., yang ketika kuliah menuliskan 100 target mimpi pada sebuah karton besar dan ditempel di dinding kamar kos. Salah satu mimpi guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang ini, adalah menulis buku. Hari demi hari, satu per satu impiannya terwujud. Setiap ada satu mimpi yang terwujud, ia langsung mencoret dari daftar (agar punya ruang untuk mimpi-mimpi baru). Semakin lama, semakin banyak mimpi yang dicoret karena Allah berkenan mewujudkannya.

Saat itu, mimpi untuk menulis buku sebenarnya sudah terwujud. Ketika itu ia dan teman-temannya mengikuti lomba kreativitas mahasiswa tingkat jurusan. Timnya meraih juara dua dengan skor yang berbeda tipis dari peringkat pertama. Bersama tim, ia membuat buku "Seri Petualangan Kimia". Karena hanya dibuat satu sebagai prototipe, target mimpi menulis buku belum ia coret dari daftar target mimpinya. Saat itu ia masih berharap bisa menghasilkan karya berupa buku.

Selang 10 tahun kemudian, karena aktif di MGMP dan Komunitas Literasi, ia ikut dalam kepanitiaan Workshop Best Practice yang diselenggarakan MGMP IPA Kab. Subang. Hasil workshop tersebut kemudian diabadikan dalam bentuk buku. Bu Hj. Rita Rosidah, M.MPd. selaku ketua MGMP IPA Kab. Subang memberi kepercayaan kepadanya dan Ibu Suprapti, S.Pd. untuk menjadi penyunting bukunya. Tentu kebahagiaan tersendiri bagi mereka.

Setelah buku Jejak Langkah Guru Subang, ia pun ikut menulis dalam buku antologi bersama di komunitas-komunitas literasi yang diikutinya.

Bulan Maret-April 2020 adalah bulan penuh kebahagiaan baginya. Karena dalam satu bulan itulah buku solo pertamanya yang berjudul Lelaki di Ladang Tebu lahir. Buku ini merupakan kumpulan cerpen pendidikan yang konfliknya diambil dari kisah nyata yang dinarasikan ulang menjadi sebuah cerpen. Buku itu ia tulis untuk mengabadikan kisah-kisah para murid yang telah menjadi guru kehidupan baginya. Dari murid-muridnya itu, dengan segala sifat baik atau sebaliknya, mampu memberi pelajaran yang berarti dalam hidupnya.

Pada 26 Maret 2020, ia bergabung dalam grup menulis via WA Grup bersama Omjay dkk. Awalnya masuk gelombang 8 kemudian pindah ke gelombang 7 karena masih ada kuota untuk 2 orang. Banyak sekali manfaat dan kebahagiaan yang ia rasakan dengan mengikuti grup ini. Misalnya ketika mendapat hadiah kejutan dari Omjay yang selalu menginisiasi peserta untuk terus menulis setiap hari. Sesekali di hari antara jeda materi, Omjay mengirim foto seperti ketoprak, kucing, kue kacang, atau apa pun untuk kemudian dijadikan ide menulis. Dari salah satu resume yang ia buat, ia pernah mendapat hadiah kejutan berupa buku dari PGRI. Dan dari tulisan di blognya yang berjudul Kisahku dan Kurma Muda, ia mendapat sepaket kurma ruthob dari KSGN dan PGRI. Tak berhenti sampai di situ. Melalui grup menulis bersama Omjay ini, ia kembali ikut menulis 2 buku karya bersama. Pertama bersama Prof. Eko Indrajit, sedangkan yang kedua bersama Ibu Kanjeng, Pak Brian dan teman-teman guru blogger lainnya.

Pena Digital Guru Milenial adalah buku karya bersama keenam yang saya ikuti. Terdiri dari 43 penulis yang merupakan guru blogger yang mengurai kisahnya masing-masing sebagai guru sekaligus blogger. Dibimbing langsung oleh Ibu Kanjeng yang luar biasa.

Pada hari Senin, 13 April 2020, peserta grup menulis bersama Omjay mendapat materi tentang menulis buku dalam seminggu yang disampaikan oleh Prof. Eko Indrajit. Bu Dita sangat menikmati pemaparan materi dari Prof Eko yang disampaikan dengan luwes dan bersahaja. Di akhir materi, Prof Eko menyampaikan tantangan menulis buku dalam seminggu. Sebagai sumber materinya, peserta memilih tema yang ada di Ekoji Channel, channel youtube milik Prof Eko. Bagi yang siap ikut tantangan, bisa langsung mengirimkan judul beserta outline buku kepada beliau.

Pada tanggal 15 April 2020, Bu Dita mengirimkan judul beserta outlinenya kepada Prof Eko dan langsung disetujui. Setelah itu, setiap hari ia menulis satu bab hingga selesai pada tanggal 21 April 2020. Selanjutnya tinggal bimbingan untuk proses editing. Salah satu rahasianya dalam menulis buku adalah menyelesaikan seluruh draft dari daftar isi hingga daftar pustaka, baru kemudian mengedit. Jika selesai satu bagian langsung diedit, maka buku akan selesai dalam waktu yang relatif lama. Karena dalam pembuatan buku, proses editing-lah yang sebenarnya memakan porsi waktu paling banyak.Dari peserta yang mulanya berjumlah 20 orang, hanya 9 orang yang mampu menyelesaikan rangkaian proses hingga bukunya bisa diterbitkan.

Semua karena prosesnya menyenangkan dan Prof. Eko begitu telaten dan sabar dalam memberikan bimbingan. Bisa dibayangkan, di tengah kesibukannya memberikan perkuliahan online, mengisi webinar PGRI, dan aktivitas lainnya, Prof Eko masih menyempatkan diri untuk membimbing peserta yang mayoritas penulis pemula. Selain melalui WA grup, beliau juga melakukan bimbingan melalui google meet dan zoom.

Pada bimbingan klasikal pertama, setiap peserta mempresentasikan naskahnya masing-masing. Lalu, Prof. Eko memberi masukan atas masing-masing karya untuk kemudian direvisi. Pada bimbingan klasikal kedua, dibahas teknis jadwal pengiriman naskah ke penerbit, jadwal meeting dengan penerbit, dsb.

Hari Kamis, 4 Juni 2020 adalah hari yang mendebarkan. Inilah hari pengumuman apakah naskah peserta lolos atau tidak. Pengumuman dilakukan via zoom meeting yang dihadiri oleh Pak Joko sebagai perwakilan dari Penerbit Andi, Omjay dan tentu saja Prof. Eko beserta seluruh peserta. Saat itu, Prof. Eko berulang kali membesarkan hati peserta agar memantapkan hati menerima apa pun hasilnya. Karena dari semua naskah yang masuk, masih ada yang harus revisi minor, revisi mayor dan ada yang langsung diterima. Bu Dita bersyukur karena naskah Menyongsong Era Baru Pendidikan termasuk yang langsung diterima.

Sejak pengumuman lolos/tidaknya naskah, selebihnya proses editing, layout, dsb. Dilakukan di penerbit mayor. Tanggal 12 Juli 2020 Bu Dita menerima naskah proof. Naskah yang siap naik cetak tapi butuh dicek untuk terakhir kalinya oleh penulis. Naskah ini dikirim langsung ke penulis beserta surat perjanjian (kontrak). Setelah selesai dicek, dikirim kembali ke penerbit, hingga pada 7 Agustus 2020, ia menerima foto flyer berisi bentuk fisik buku, harga dan link order untuk pemesanan bukunya.

Bu Dita memilih tema itu setelah melihat tayangan berjudul UNESCO Competency Framework for Teachers di Ekoji Channel. Dalam video ini dibahas tentang kompetensi teknologi informasi apa saja yang harus dimiliki guru berdasarkan standar UNESCO. Alasannya memilih tema tersebut, tak lepas dari tujuan menulis itu sendiri. Bagi Bu Dita, tujuan menulis itu ada 3 (tiga) jenis :

1.       Menulis untuk mengabadikan momen

Misalnya ketika menuliskan kisah saat mendapat hadiah kejutan dari Omjay, menjadi pemenang lomba blog, dsb.

2.       Menulis untuk mengabadikan buah pikiran

Contohnya menulis Best Practice, PTK, artikel ilmiah, atau tulisan yang membutuhkan referensi lai

3.       Menulis untuk kebutuhan

Tujuan menulisnya karena ada kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan bisa macam-macam, misalnya untuk mendapat kesenangan, untuk menyalurkan hobi, dll. Buku Menyongsong Era Baru Pendidikan ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan guru/pendidik saat ini.

 Seperti kita ketahui, peserta didik yang kita hadapi saat ini mungkin ada yang termasuk generasi Z atau generasi A. Generasi Z yaitu generasi yang lahir antara tahun 1995-2010. Sedangkan generasi A adalah generasi yang lahir setelah 2010. Keduanya merupakan generasi yang dekat dengan teknologi. Oleh karena itu, kita pun sudah barang tentu harus bisa menguasai atau minimal menggunakan berbagai teknologi informasi dalam proses pembelajaran. Meski teknologi hanyalah alat, tapi memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran bahkan telah menjadi kriteria kompetensi pedagogi dan profesional bagi seorang guru.

Saat ini dengan adanya pandemi corona, pendidik diharuskan untuk mulai menggeser proses pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran inovatif yang salah satunya dengan memanfaatkan teknologi informasi. Oleh karena itu, kita harus siap Menyongsong Era Baru Pendidikan.

Buku Menyongsong Era Baru Pendidikan ibarat appetizer (hidangan pembuka) dalam suatu jamuan makan yang berfungsi merangsang nafsu makan sebelum hidangan utama (Main Course) dinikmati. Menu utama yang dimaksud adalah melakukan pengembangan diri setelah membaca buku ini. Buku ini diharapkan mampu meningkatkan semangat para pendidik untuk mengembangkan kompetensi di bidang teknologi informasi yang kemudian dapat diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran. Sebagai pendidik tentu harus optimis dalam  menyongsong era baru pendidikan, dimana semua akses informasi bisa didapat dengan mudah. Kapan saja, dimana saja, dan oleh/dengan siapa saja.Proyek Palapa Ring atau istilah lainnya "Tol Langit" yang dilaksanakan pemerintah  semoga menjadi salah satu jalan yang semakin memudahkan akses teknologi informasi di negara kita yang berbentuk kepulauan.

Dalam pembuatan buku bareng Prof Eko ini, referensi utama selain dari Ekoji Channel adalah modul ICT Competency Framework for Teachers yang dikeluarkan UNESCO, jurnal, program-program pemerintah, dsb. Buku ini merupakan pengembangan kompetensi TIK yang sebaiknya dimiliki oleh seorang guru, baik dengan mengikuti diklat tentang TIK, pembelajaran inovatif, atau lainnya agar sesuai standar UNESCO.

Dalam membangun konsistensi ia punya prinsip teruslah memberi arti bagi setiap orang yang kau temui, dalam setiap hal yang kau lalui, dan untuk setiap waktu yang kau miliki.

Dalam proses menulis, peran keluarga sangat penting. Selain menjadi guru, Bu Dita adalah seorang Ibu, yang harus pandai membagi peran sebagai istri. Baginya, istri merupakan makmum dari suami. Untuk itu seorang istri harus mampu menjaga nama baik suami dan menjaga aibnya. Suasana rumah biasanya tergantung suasana istri. Maka, seorang istri harus selalu menebar senyum untuk para suami dan membahagiakannya setelah lelah bekerja seharian. Salah satu triknya terkait keluarga, ia menulis ketika suami dan anaknya istirahat.

Mengenai penggunaan teknologi selama PJJ, Bu Dita cukup fleksibel. Alat teknologi yang digunakan oleh guru atau siswa umumnya adalah hp. Setelah melalui survei, ia menyimpulkan ternyata banyak anak yang lebih senang belajar lewat WA. Sebelum memulai, di grup WA yang ia buat, disampaikan terlebih dahulu pengetahuan tentang aplikasi yang akan digunakan seperti Google Form, Google Classroom, Quizizz, dsb, terutama tentang cara penggunaannnya. Ia juga memberi kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya langsung lewat wa pribadi (tidak di grup). Ini ia lakukan karena terkadang ada anak yang merasa malu bertanya di hadapan banyak orang. Namun bagi anak yang kebetulan belum dapat memanfaatkan teknologi karena tidak punya hp, ia tidak memberatkan. Untuk anak yang demikian, ia menyiapkan modul dan melakukan home visit.

Saat PJJ, pembelajaran akan kondusif bila siswa dan gurunya sama sama memahami teknologi yang digunakan. Teknologi adalah alat, hal yang terpenting adalah bagaimana agar siswa dapat menjadi aktif saat pembelajaran. aAntara satu sekolah dengan sekolah yang lain kondisinya berbeda. Di satu sekolah, pemanfaatan zoom mungkin bisa jadi primadona. Di sekolah lain belum tentu. Ada yang bisa menggunakan office, ada yang cukup dengan Google Form. Ada yang pakai LMS, ada yang cukup nonton video YouTube. Bagi Bu Dita, apapun teknologi yang digunakan, sebisa mungkin harus tetap membuat pembelajaran menjadi bermakna.



6 komentar:

  1. Terangkai dengan Manis...
    Sehingga nyaman sekali membacanya

    Cihuyyy sekali Pak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih pak Indra apresiasi dan kunjungannya ..

      Hapus
  2. Terima kasih sudah mampir dan komentar...

    BalasHapus
  3. Lengkap dan mengalir. Terima kasih atas resumenya.

    BalasHapus
  4. Kebanggaan bagi saya dikunjungi tokoh dalam tulisan saya dan meninggalkan apresiasi, terima kasih Bu Ditta ...

    BalasHapus

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...