Sabtu, 29 Agustus 2020

Wujudkan Mimpi di September Ceria

 

Prof Eko Indrajit

Oleh : Yoyon Supriyono

Bertemu di kelas maya dengan Prof. Eko Indrajit sebagai nara sumber, merupakan moment yang bernuansa tersendiri. Teringat kembali ketika beberapa kali on the stage bersama beliau sebagai pembicara. Penyampaian materinya yang runtut dan bernas, gaya bicaranya yang renyah mengalir seperti air sungai pegunungan, dan selingan candanya yang selalu membuat ger. Pokoknya, bersamanya waktu seperti berputar cepat, namun penuh kesan dan makna.

Malam ini, dengan dimoderatori Ibu Sri Sugiastuti alias Bu Kanjeng, beliau bertutur tentang lika-liku kepenulisan sebagai awal perkenalannya. Selanjutnya, pelatihan daring melalui grup WA ini dikemas dalam bungkus tanya jawab.

Profesor yang rendah hati ini merasa mendapatkan kehormatan untuk berbagi dengan dengan semua peserta. Di sisi lain, peserta merasa tersanjung bisa bertemu beliau. Walau hanya di dunia maya. Terlebih ketika beliau berkenan mendoakan semua peserta.

Diawali dengan kalimat motivasi bahwa pada dasarnya menjadi penulis itu mudah. Termasuk menerbitkan hasil karyanya. Hal ini terbukti dari banyak kisah dari penulis-penulis hebat yang menginspirasi. Kuncinya  adalah kemauan. Seperti pepatah, dimana ada kemauan, di situ ada jalan.

Selama hidup, beliau telah menerbitkan lebih dari 50 buku. Sebagian besar dipublikasikan dalam bahasa Indonesia, dan ada beberapa dalam bahasa Inggris. Sementara untuk artikel populer dan jurnal, sudah ratusan yang ia buat dan share secara gratis kemana-mana.

Motivasi awal beliau menulis adalah karena kesepian. Maklum, ketika itu pertama kainya tinggal di kos-kosan jauh dari orang tua. Semenjak semester I di ITS tahun 1988 itulah beliau mulai rajin menulis. Dengan sering menulis, maka jadi banyak teman. Mereka berkesempatan untuk sharing mengenai banyak hal, hingga akhirnya berkolaborasi. Karena jurusannya Teknik Komputer, beliau sering menulis di majalah-majalah komputer. Artikel pertamanya dimuat di majalah Mikrodata - versi lawas.

Kegemaran membaca buku sejak kecil, menjadi bekalnya untuk menulis. Majalah anak-anak seperti Bobo, Kuncung, Kawanku, dll menjadi santapan sehari-hari waktu beliau SD. Buku-buku favoritnya adalah karya-karya Karl May, RA Kosasih, Album Cerita Ternama, Cerita Lima Benua, Alfred Hitchcock, dan lain sebagainya. Ketika SMP dan SMA, sekolahnya mewajibkan membaca karya sastra Indonesia dan membuat sinopsisnya. Di SMA beliau memegang record selama 3 tahun studi, membuat 113 sinopsis dari karya-karya sastra Indonesia.

Beliau juga mempelajari sastra. Di masa mudanya, beliau membuat puisi, pantun, dan gurindam untuk menggoda dan mendekati wanita idamannya. The power of words memang luar biasa. Beliau berhasil menggaet artis cantik, Lisa A. Riyanto sebagai teman hidupnya. Romantis, bukan?

Menyudahi awal kisahnya, beliau melempar sebuah pertanyaan mengenai apa yang diharapkan peserta meluangkan waktu dua jam bertemu beliau secara virtual ini. Prof Eko sangat produktif dan bertangan dingin.  Apa yang jadi ide atau yang ada di benaknya bisa menjadi buku. Bu Kanjeng selaku moderator, tidak mau kalah dengan pengalaman beberapa peserta sebelumnya, berkolaborasi menulis dengan Prof Eko. Gayung pun bersambut. Prof Eko memang lain dari yang lain. Ketika para guru tak pernah bermimpi bisa menulis bareng dengan seorang profesor, beliau mewujudkannya. Bahkan, dengan rendah hati beliau bangga mendapatkan kesempatan menulis bersama guru-guru hebat dari berbagai wilayah di Indonesia, hingga buku mereka sudah diterbitkan oleh Penerbit ANDI. Beliau senang bisa membantu mewujudkan mimpi guru-guru Indonesia yang hebat-hebat. Subhanallah. Kali ini pun, kesempatan dibuka seluas-luasnya oleh beliau. Luar biasa.

Kekaguman peserta seperti saya, terbuai bersama lirik lagu karya Daljono, yang tak lain adalah kakek dari Prof Eko. (https://www.youtube.com/watch?v=nlTroILOLjw)

Peran Keluarga dalam Menulis dan Menumbuhkan Karakter

Keluarga di mata Prof Eko adalah segalanya. Keluarga adalah nomor satu. Familly is Everything. Mereka sumber inspirasi, motivasi, dan energi. Melalui kehadiran mereka, beliau menemukan cinta Sang Maha Pencipta yang begitu luar biasa.

Pengalaman terbaiknya adalah ketika beliau tumbuh kecil dalam sebuah keluarga di Dumai, Riau. Hidup di depan hutan bersama teman-temannya dengan rumah-rumah tanpa pagar. Setiap hari ke sekolah dan bermain sampai magrib, bersama seluruh laskar pelangi ketika itu.

Bakat menulisnya diturunkan dari keluarga? Bisa jadi. Ayah Prof Eko suka menulis. Ayahnya menulis karena tuntutan pekerjaannya sebagai pegawai pemerintah. Setelah 35 tahun berkarya dan pensiun, ayahnya mengajak menulis bersama. Hasil nulis bareng ayahnya kurang lebih sudah 10 buah buku. Sekarang di usia yang ke 79, ayahnya sudah menulis kurang lebih 20 buku dan diterbitkan dimana-mana. Alasan ayahnya menulis adalah agar tidak pikun, cari kesibukan dan bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat sekitarnya.

Untuk bisa menulis tentu harus banyak membaca. Hal ini harus dicontohkan kepada keluarga atau anak didik di sekolah. Buku yang dibaca Prof Eko, semua karya pujangga lama dan pujangga baru, seperti: Layar Terkembang, Siti Nurbaya, Perawan di Sarang Penyamun, dan lain sebagainya. Untuk anak zaman sekarang, akan lebih baik mencari buku-buku yang sudah ada filemnya, seperti "Tenggelamnya Kapal Van der Wijk". Kemudian meminta mereka melihat perbedaannya. Prof Eko mencontohkan anaknya yang suka melakukan hal tersebut. Suruh menonton dulu filmnya, baru baca bukunya. Ternyata, anaknya bisa menangis terharu, lho.

Salah satu cara menumbuhkan karakter positif pada anak, bisa dengan membaca karya sastra. Dengan membaca karya sastra, anak-anak belajar keindahan dan kosa kata baru. Dengan keindahan, suara hati akan terasah. Maka jadilah anak-anak kita mendapatkan benih-benih karakter yang baik. Cara menanamkan karakter positif kepada anak-anak sederhana. Berikan contoh. Karena pendidikan karakter dimulai dari keluarga, yang diperkuat oleh sekolah dan masyarakat.

Anak-anak sekarang senang kisah kepahlawanan atau yang heroik. Tetapi tidak suka membaca buku yang tebal-tebal. Nah, di toko buku sudah banyak tersedia kisah-kisah ringkas para pahlawan tersebut. Guru bisa berinovasi membuat ujian multiple choice online dengan bahan dari buku-buku cerita tersebut. Pasti anak-anak akan  membaca dengan serius.

Prof Eko mempunyai moto hidup yang sederhana, "Cara menabung paling mudah adalah dengan cara membagi". Dengan menulis, maka beliau bisa memberikan pikirannya walaupun sederhana kepada orang lain. Dengan demikian, tabungan jumlah teman dan jejaring meluas. Dari situlah beliau mendapatkan warna warni kehidupan yang tak terpikirkan sebelumnya. Cita-citanya bisa keliling Indonesia dibiayai orang lain berhasil menjadi kenyataan karena menulis.

Motivasi Menulis

Dalam satu kesempatan membuka pameran tahun 2008 yang lalu, Presiden Megawati pernah berkata "Tulis apa saja yang ada di kepalamu, niscaya pasti ada manfaatnya bagi sejumlah orang di tanah air". Kata-kata Ibu Mega itu semakin mendorong Prof.Eko sering menulis berbagai hal.

Rumus menulis bagi beliau mudah saja. Kalau orang senang ngobrol, berarti punya bakat menulis. Karena apa yang diobrolkan itu bisa ditulis. Kalau senang berfikir, berarti punya modal menulis. Karena apa yang dipikirkan dalam ditorehkan ke dalam kertas. Atau, jaman sekarang tinggal menarikan gemulai jemari di atas tombol keybord komputer.

Untuk memulai menulis, sebaiknya dari hal-hal yang sederhana dulu. Tidak usah cari target yang muluk-muluk. Apalagi sekarang jaman internet, dimana kita dapat mulai latihan melalui blog, seperti yang dicontohkan oleh Om Jay. Bagi penulis pemula bisa berpedoman pada 5W1H, yaitu menjawab pertanyaan What, Why, Where, When, Who, dan How. Ini bisa menjadi tulisan deskripsi yang lengkap.

Dalam menulis tak perlu takut salah, diejek teman atau dicuekin. Menulislah untuk berbagi kepada orang lain yang membaca. Seperti kata-kata dalam lagu Kasih Ibu, "Hanya memberi, tak harap kembali. Bagai Sang Surya, menyinari dunia". Jadi tidak perlu khawatir dengan apa yang ditulis.  Prof Eko juga sering tulisannya tidak dimuat. Biasanya bukan karena tulisannya jelek, tapi karena tidak selaras atau cocok dengan misi penerbitnya. Untuk meningkatkan kepercayaan diri, yang terbaik adalah dengan melawan hal-hal yang membuat kita takut.

Bagi yang super sibuk, bisa menulis malam hari. Prof Eko biasa menulis satu halaman sebelum tidur. Ini membantunya agar bisa ngantuk. Apa saja yang ada di kepala ia tulis. Kalau satu hari satu halaman, berarti tiga bulan sudah sekitar 100 halaman. Barulah diterbitkan dalam bentuk bunga rampai pikiran sebelum tidur. Tentu akan banyak yang baca, karena apa yang dialami dapat menjadi pelajaran indah bagi orang lain.

Mengenai gaya bicara yang renyah, Prof Eko memberi tips simpel, yaitu senang bergaul dengan banyak teman. Dengan banyak bergaul, maka banyak belajar dari cerita-cerita teman yang mengasyikkan. Kemudian cerita-cerita itu disampaikan kembali kepada orang lain.

Bagi beliau, menulis yang paling mudah adalah jika temanya sesuatu yang disukai dan dikuasai. Apapun itu. Memang, menyusun kalimat pertama terasa sulit. Tetapi ketika sudah berhasil, akan mengalir dengan sendirinya. Lama-lama menjadi ketagihan, dan melenakan, hingga beliau sering dimarahin istri karena terlambat makan.

Menurutnya juga, menulis itu adalah literasi yang bisa dilakukan semua orang. Mereka yang berbakat adalah yang bisa membuat karya-karya publikasi best seller, seperti penulis Harry Potter, Lord of the RIngs, dan lainnya. Semua orang, siapa saja, pasti bisa menulis. Beliau memberikan contoh, misalnya ada orang yang mengirimkan 50 pertanyaan kepadanya, mengenai hal-hal yang paling banyak ditanyakan guru selama PJJ. Bila semua pertanyaan tersebut ia jawab, dan jawaban pertanyaan tersebut diringkas, maka bisa menjadi sebuah buku hasil kolaborasi.

Cerita perjalanan hidup Prof Eko tidak selalu indah. Ia sering berada dalam posisi terpuruk berkali-kali. Tapi ia selalu berfikir bahwa masih ada jutaan orang yang hidupnya tidak seberuntung dirinya, walaupun dalam keadaan terpuruk. Ia mencoba berintrospeksi dan senantiasa bersyukur dengan segala yang Tuhan telah berikan kepadanya. Ketika orang sakit, itu agar terbentuk antibodi dalam tubuhnya. Demikian pula dalam keadaan terpuruk, itu agar kita kuat dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan. Tidak penting berapa kali kita jatuh, yang jauh lebih penting adalah berapa kali kita berani bangun dari keterpurukan dan move on untuk memberikan apapun yang terbaik bagi orang lain.

Teknik mengawali tulisan mudah saja menurut beliau. Pakai saja bahasa selayaknya kita mengobrol dengan orang lain. Biarkan mengalir secara natural. Setelah jadi, baru pelan-pelan diedit. Kalau perlu minta bantuan orang lain atau sahabat. Beliau dulu menulis karena selain kesepian di kos-kosan, juga karena ia ingin agar hidupnya memiliki arti bagi orang lain. Seperti kata Chairil Anwar, "aku ingin hidup seribu tahun lagi". Kalau kita menulis, dan ada jejak digitalnya di internet, maka anak cucu cicit kita bisa mengenal siapa nenek moyangnya dulu. Agar tekun dalam menulis, beliau mengacu sebuah peribahasa yang tepat yaitu: "Ala bisa karena biasa" dan " Tak kenal maka tak sayang”. Jika terbiasa, lama-lama, walaupun kecil dan sederhana karya tulisnya, akan menjadi ketagihan.

Untuk menularkan virus menulis kepada orang lain, menurut beliau tidak usah dipaksa. Tunjukkan saja karya-karya kita. Biasanya orang lain nanti akan kagum dengan yang kita lakukan.  Dan mereka akan meminta kita untuk mengajarinya. Nah, jika motivasi itu datang dari dalam diri, akan lebih mudah mengajarkannya. We are what we think. Jadi kalau kita anggap susah, maka akan jadi susah. Tapi kalau kita bilang bahwa kita pasti bisa, akan menjadi mudah adanya.

Jika mentok ide dalam menulis, Prof Eko menyarankan untuk buka Youtube Channel. Tulis kata kuncinya tema yang mau kita tulis. Simak orang lain bercerita mengenai hal itu. Niscaya ketermentokan anda akan segera mencair karena mendapatkan ide-ide baru yang segar.  

Namun jangan lupa, bila dalam tulisan kita ada kata-kata yang kebetulan sama atau kita menyitir karya orang lain, cantumkan sumber referensinya. Ini penting sehingga tidak dianggap plagiat. Untuk mengeceknya bisa menggunakan http://plagiarisme.net atau situs-situs online gratis lainnya.

Dari pelatihan menulis di grup-grup sebelumnya, telah terbit sekitar 10 buku hasil kolaborasi Prof Eko dengan peserta yang menerima tantangan beliau. Materinya diambil dari sesi-sesi di ekoji channel milik beliau. Tiap tema dalam tiap sesi dikembangkan menjadi tulisan dalam 2 minggu. Selanjutnya direvisi dan diterbitkan. Prof Eko hanya menjadi sahabat berjalan bersama guru-guru hebat Indonesia yang penuh dengan inspirasi.

Dari 73 judul yang disharingkan di Ekoji Channel, baru 9 yang jadi buku. Artinya masih ada 64 kandidat judul lagi. Prof Eko menunggu 10 orang lagi yang akan dibimbing selama bulan Agustus-September. Beliau menawarkan program September Ceria. Sebagai bahan materi masih banyak judul di Ekoji Channel yang masih hot menjadi bahan pembicaraan. Misalnya pada SESI 29, SESI 28, SESI 27, SESI 37, SESI 38, SESI 46, dan seterusnya. Pesrta yang berminat bisa langsung saja daftar ke beliau di 0818925926.

Buku karya Prof Eko ada beberapa jenis. Ada yang merupakan deskripsi dari buku-buku lain secara ringkas (bunga rampai), ada yang merupakan referensi bahan ajar (terstruktur), tapi ada juga yang pemikiran secara original. Tergantung pada apa tujuan menulisnya. Misalnya beliau dan istri suka menulis mengenai parenting yang berisi pengalaman mereka sebagai orang tua, maka ini tergolong yang original. Tapi kadang-kadang beliau diminta mahasiswanya menjelaskan teori yang rumit, maka beliau buat tulisan untuk memudahkan mereka memahami. Jadi ada yang sudah dikuasai, ada yang masih dipelajari, ada pula yang kombinasi keduanya.

Di antara buku-bukunya, yang paling berkesan bagi beliau adalah buku pertama yang ditulis semenjak kembali ke Indonesia dari studi di Amerika. Ketika itu Indonesia sedang memasuki krisis 1998, dan mahasiswa S2 Binus mengalami kesulitan membeli buku-buku import (sementara membajak atau fotocopi dilarang oleh institusi). Akhirnya para mahasiswa memintanya untuk meringkas semua buku-buku luar negeri yang dipakai kuliah S2. Jadilah buku pertama yang isinya bunga rampai 50 ringkasan tulisan. Kenapa berkesan? Karena ternyata banyak sekali yang senang dengan buku itu sampai dicetak berkali-kali oleh Elex Media Komputindo. Dari situlah kemudian motivasinya untuk menulis menjadi meningkat pesat.

Sebelum mengakhiri ulasannya, Prof Eko memberi closing statement sederhana "If you can dream it, you can do it". Tak lupa beliau mengajak peserta bergabung dalam program September Ceria, dan mengajak mewujudkan mimpi bersama menjadi kenyataan. Dirgahayu Indonesia yang ke-75. Merdeka !


10 komentar:

  1. Masih bisakah ikut tantangan September ceria? Apa saja syarat dan ketentuannya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba japri saja ke Prof Eko, tapi ada gelombang berikutnya sih. Klo gak salah Sept Ceria sdh dibatasi 40 an peserta. Tapi coba dulu japri, beliau murah hati koq ...
      Terima kasih sdh mampir ..

      Hapus
  2. Masih bisakah ikut tantangan September ceria? Apa saja syarat dan ketentuannya?
    Oh salam kenal Bapa,
    Semoga berkenan mampir juga dihttp://abithea-kartini.blogspot.com/2020/
    Terimakasih...

    BalasHapus
  3. Pak Yoyon tulisannya kriuk, renyah, Saya suka. BRAVO deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menulisnya sambil makan keupuk, hehe ...terima kasih sdh berkenan mampir mengapresiasi

      Hapus
  4. resume nya oke banget .... rapi dan enak dibaca ..keren

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah...terima kasih ibu Nur telah berkenan mengapresiasi ..

      Hapus
  5. Balasan
    1. Alhamdulillah, semoga bisa bermanfaat bagi yang membaca

      Hapus

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...