Sabtu, 26 September 2020

Menulis di Blog Ala Pak Dedi Dwitagama

 


Saya ada di grup ini karena Omjay. Ya, Omjay, guru hebat yang Go Blog dan hobby Ngeblog hingga menjadi Guru Blogger. Virus menulis yang disebarnya telah memapar banyak orang. Saking ganasnya, guru-guru anggota PGRI dari Sabang sampai Merauke dibuat sakau menulis.

Omjay belajar ngeblog dari sahabatnya, Pak Dedi Dwitagama. Guru matematika di SMKN 50 Jakarta ini gemar berbagi, termasuk berbagi pengalaman di grup belajar menulis yang digagas Omjay ini.

Pak Dedi Dwita Gama mulai nulis di blog sejak 2005. Ketika ada wordpress (2007), ia membuat beberapa blog sekaligus yang isinya mendokumentasikan semua aktivitasnya mulai dari kegiatan di sekolah, jalan-jalan dan hobbynya di bidang fotografi. , masih ada 10 blog lain yang ia kelola. Teknologi ia manfaatkan untuk kegemarannya berbagi. Melalui blog ia menuliskan ide dan gagasannya. Melalui blog ia berbagi cerita dan kebahagiaan. Hingga sekarang, lebih dari sepuluh blog yang ia kelola.  Apa sih kiat Pak Dedi bertahan 15 tahun ngeblog? Ia mengemukakan 5 alasan. Pertama, dengan ngeblog ia merasa punya majalah sendiri yang bisa diisi sesukanya. Kedua, blog sebagai media branding atau alat promosi gratis tentang ide, kegiatan, skill, dan sebagainya. Dari sini ia dikenal dan banyak menerima undangan banyak untuk berbagi. Dari Aceh hingga Papua dan beberapa negara di dunia. Ketiga, blogwalking saat kehabisan ide menulis, dapat menambah asupan gizi literasi dan memunculkan ide menulis. Keempat, blog sebagai tempat meninggalkan jejak hidup, seperti dalam pribahasa, gajah mati meninggalkan gading, orang mati meninggalkan tulisan. Dan, kelima, blog sebagai tempat mengabarkan berbagai hal baik di dunia maya dan dunia nyata.

Di antara seabreg kesibukan, bagi Pak Dedi, menulis bisa kapan saja. Saat istirahat, usai upacara sebelum jam mengajar, saat istirahat antar jam mengajar, sebelum pulang sekolah, saat menunggu anak pulang sekolah, menunggu istri belanja, menunggu rapat di mulai, atau saat rapat agar tidak ngantuk.  

Sebagai penulis, ia tak luput dari kebuntuan ide. Saat itu terjadi, tipsnya mudah saja, menulis sebisanya, walau cuma satu alinea dilengkapi foto. Tapi saat banyak ide, ia menabung tulisan dengan cara membuat beberapa tulisan yang penayangannya dijadwal hingga beberapa bulan ke depan. Pada saat ia tak menulis, tulisannya otomatis tayang sendiri. Untuk menarik perhatian pembaca, judul tulisan yang diposting harus menarik dan sedang dicari dan dibutuhkan banyak orang.

Guru multi talenta yang suka menulis di wordpress ini punya jurus "ALA BIASA KARENA BIASA." Ia melakukan aja apa yang mau ia lakukan, lama lama terbiasa. Prinsipnya mulai melakukan sesuatu yang kita mau, dan siap terus belajar. Ia tak menulis yang tak ia kuasai, juga tak mau jadi pembicara untuk topik yang tak iakuasai.

Menulis di blog, sama halnya dengan menjalani tugas mendidik anak bangsa. Jika dijalani dengan serius, rutin dan sepenuh hati, maka akan mendapatkan banyak hal yang tak terduga. Karena proses tak akan mengkhianati hasil. Maka mulailah berproses. Buatlah tulisan tentang apa saja yang disukai. Teruslah menulis walau akan dibaca orang atau tidak.  

Istiqamah menulis dan ngeblog selama satu setengah dasa warsa bukan sesuatu yang mudah. Tapi trainer dan motivator pendidikan ini punya resep manjur untuk tetap eksis menebar tulisan lewat blog. Ia dapat menulis apa saja, kapan saja dan  di mana saja serta dalam situasi dan kondisi apa saja.

“Gajah Mati Meninggalkan Gading, saat Saya Pergi Meninggalkan Tulisan yang Bisa dilacak di Google,” begitu Pak Dedi Dwitagama mengutip sebuah peribahasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...