Pentigraf
Ayah
Terik matahari tak membuat Jojo patah semangat. Ia terus saja mengayuh phoenix butut pemberian kakeknya. Rodin, Adik kecilnya yang baru berusia 4 tahun, duduk di boncengan. Tangannya berpegang erat pada pinggang kakaknya. Sementara kakinya dikaitkan pada stang sepeda, khawatir sewktu-waktu masuk jeruji roda.
Kabar keberadaan Pak Hendro, ayah mereka yang jarang pulang, membuatnya begitu bersemangat untuk menyusulnya. Ustad Sobri, guru ngajinya, sering melihat ayah Jojo dan scooternya di sebuah rumah dekat balai desa Caringin, sekitar 7 kilometer dari tempat tinggalnya.
Sesampai di lokasi yang dituju, Jojo memperlambat kayuhan sepedanya. Matanya menyisir sederetan rumah hingga tatapnya hinggap pada scooter abu-abu milik ayahnya. Sementara Rodin yang langsung melihat sang ayah, berlari sambil berteriak memanggil. Pria yang sedang menggendong bayi itu tersentak kaget melihat Rodin berlari mendekatinya. Seorang ibu muda yang sedang menjemur pakaian bayi nampak heran. _"Siapa, Pap, koq memanggilmu ayah...."_ Bang Hendro kebingungan dan salah tingkah. Ayah dan ibu mertuanya melongo saling tatap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar