Sabtu, 29 Januari 2022

K u r a n g

Paimin mulai panik ketika tamu yang datang diluar dugaannya. Sedianya ia hanya mengundang tetangga dekat dan jamaah mushola pada acara marhaban malam itu. Kurang lebih lima puluh box nasi yang ia pesan. Namun ia sudah menyalami lebih dari enam puluh orang. Bahkan satu dua orang kenalannya yang mengetahui acara itu masih berdatangan. Ruang tamu dan teras sudah tak bisa menampung.

Aytun sigap keluar memesan beberapa puluh box lagi. Usai memberi sambutan, Paimin nampak sibuk mondar mandir. Kakeknya sempat bingung melihat tingkah cucunya yang tak biasa itu. Berkali-kali telfon Aytun tidak diangkat juga. Raut muka Paimin mulai memucat. Tak terbayang malam itu ia akan dipermalukan gegara persiapan yang kurang matang.

Hingga usai doa penutup, Aytun belum datang juga. Paimin sudah pasrah. Nasi box mulai dibagikan memutar dari satu orang ke lainnya. Paimin terbengong, ternyata semua undangan kebagian nasi, bahkan masih tersisa lima box, sementara semua undangan sudah mendapatkan bagiannya. Suara batuk kakek yang keluar dari kamar membawa dupa, mengejutkan Paimin. Rupanya sang kakek yang berilmu tinggi itu yang telah membantunya. Paimin spontan ingin berguru. "Puasanya enam puluh tiga hari tanpa putus dan bukanya sebuah pisang dan segelas air putih," jelas kakek pada Paimin yang langsung menepuk jidat. Jangankan 63 hari, puasa romadhon saja sering batal, pikirnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...