Suda dua kali pandangan gadis itu beradu dengan tatapku. Kutengok kebelakang, sekedar meyakinkan diri bahwa dia sedang menatap orang lain. Tapi tak ada siapapun. Ah, berarti benar dia mencuri pandang. Tapi pantaskah aku yang seperti pengantar COD ini disukai gadis secantik dia? Ya, gadis di seberang mejaku memang cantik. Potongan rambutnya pendek. Kaos oblong warna putih membalut badannya yang langsing. Celana jeans pendek dengan beberapa robekan, membungkus pahanya yang mulus. Posisi duduk bersilang kaki, tampak jelas dari pandangan mataku yang tembus ke bawah meja. Lelaki mana yang tidak tergoda?
Ketika kembali tatapku beradu, kucoba lempar senyum. Dia membalas dengan senyum sambil bibir mungilnya memainkan sedotan dalam gelas jus. Deg, naluri lelakiku terpicu untuk menyambanginya. Dia tak keberatan ketika aku pindah ke mejanya. Kami berkenalan. Dia tak percaya ketika kusebut namaku, Dekan. Kukeluarkan dompet dan kutunjukkan KTP ku. Dia berdiri mendekat, hingga dadanya menyentuh pundakku. Wangi parfumnya seperti membiusku. Fantasiku meliar ketika menatapnya berjalan menuju toilet.
Sudah sepuluh menit ia belum juga kembali dari toilet. Aku sabar menunggu hingga limabelas menit. Dua puluh menit berlalu dan setengah jam sudah aku meninggu. Karna penasaran, aku bermaksud mencarinya ke toilet sekalian pergi dari cafe itu. Namun ketika di kasir, aku terkejut karna dompetku tak ada di saku celanaku. Aku langsung teringat gadis itu saat mengeluarkan KTP. Saat kutanyakan pada pelayan, gadis dengan ciri-ciri itu sudah pergi naik angkot setengah jam lalu. Pasti gadis itu yang mengambil dompetku, dugaanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar