Selasa, 02 Februari 2021

Sebuah Isyarat

      Berkendara di derasnya hujan, kadang tak bisa ditunda. Kondisi kendaraan tentunya harus fit. Rem, kaca spion, ban, lampu, AC, dan terutam wifer harus dalam kondisi baik. Walaupun tak menutup kemungkinan, bisa saja hambatan tiba-tiba datang.
      Sore itu Paimin dan Aytun dalam perjalanan pulang dari tempat wisata. Sebetulnya mereka ingin menghabiskan waktu lebih lama di lokasi wisata. Namun karena turun hujan, mereka memutuskan untuk pulang. Hujan deras dan angin kencang bukanlah suasana yang pas untuk dinikmati berlama-lama. Satu persatu pengunjung meninggalkan lokasi. Mobil  yang dikendarai Paimin melaju perlahan. Tak diduga, tiba-tiba mesin mobil mati. Dengan sisa putaran roda, Paimin segera menepi untuk sekedar memeriksa kerusakan. Ia turun dengan sebuah payung merah marun yang melindunginya dari air hujan. Sebuah sedan merah dengan laju kencang mendahuluinya. Walau dengan reflek Paimin meloncat, namun siraman air yang terbelah roda mobil itu, mengenai sebagian celana Paimin. Dengan tetap sabar, Paimin geleng kepala. Kap mobil pun dibuka. Tak ada tanda-tanda kerusakan. Ketika distarter, mesin mobil tiba-tiba normal kembali. Aneh, pikir Paimin.
      Perjalanan pun dilanjutkan. Setelah beberapa ratus meter melaju, di depan nampak ada pemandangan yang tak biasa. Di tengah jalan, sebatang pohon besar roboh. Mobil merah yang tadi mendahului dan membuat basah pakaiannya, nampak tak bergerak tertindih batang pohon. Paimin menghentikan mobilnya. "Subhanallah," ucapnya. Andai tak mogok, mungkin mobilnya yang berada di depan sana. Sebuah isyarat dari yang maha penyelamat. Ia dan istrinya segera keluar untuk memberi pertolongan. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...