Soal ngedabrus di warung kopi, Paimin emang jagonya. Entah ngelmu dari mana, yang jelas ia tak ngenal public speaking. Dari soal politik, sepakbola, sampai tebak-tebakan, gak ada tandingannya. Warung Mang Duloh jadi sepi bila gak ada Paimin. Orang-orang malas nongkrong tanpanya. Apalagi jelang pemilu atau musim liga, analisa dan tebakannya nyaris gak pernah meleset. Tak heran, kemana Paimin berpihak, orang mengikutinya.
Pada musim kampanye, obrolan kian seru. Warung Mang Duloh slalu ramai. Paimin pun gak pernah absen. Tentu saja, Mang Duloh slalu menggratis kopinya, asal Paimin nongkrong di situ. Pada hari kampanye partai idolanya, Paimin dan kawan-kawan hadir. Kebetulan juru kampanye berhalangan hadir. Paimin kebingungan ketika didaulat mengganti sang jurkam. Pasalnya, walau ia jago ngecap di warung kopi, tapi belum pernah pidato. Apalagi di atas panggung. Di podium pula. Dielu-elukan massa, Paimin sampai di atas podium memenuhi panggilan MC.
Karena mendadak dan serba terpaksa, Paimin jadi grogi. Di hadapannya terbentang kolam massa. Beratus pasang mata tertuju padanya. Sorak sorai membuat kepalanya seperti tahu bulat, pusing dadakan. Baru satu kata salam terucap, pandangannya nanar. Tubuhnya mendadak demam. Tenggorokannya garing. Mulutnya terkunci. Hilang semua kata. Ingatannya entah kemana.
"Aku di mana?" Paimin siuman. Mang Duloh menyodorkan teh manis hangat, tapi Paimin menggeleng. Ia baru ingat, sejak pagi Paimin belum ngopi. Pantas saja pingsan di panggung.
Ayo Ngopi biar fresh ...
#Pentigraf
*Kota Wali, 08072020
cerita paimin seru juga pak yo dan ada ajakan ngopi juga ya rupanya, pak hehe...
BalasHapusIyo Bu, ayo nGopi biar cerdas, hehe. Matur nuwun yoo ...
Hapus