Minggu, 28 Juni 2020

Si Rambut Pirang (PenTigRaf)


Si Rambut Pirang (Pentigraf)



Tubuhmu masih berkeringat kala itu. Engkau yang baru keluar dari bejana sauna, nampak begitu menggoda. Garis-garis kecil pelapis tubuhmu nampak jelas pada gaun kuning kecoklatan. Menggoda hasrat tuk menerawang jauh ke dalamnya. Membayangkan kelojatmu ketika hentakan-hentakan melahapmu.
Engkau sudah terbaring pasrah bersama yang lainnya. Menanti siapa saja tuan-tuan penikmatmu. Entah berapakah harga yang dibandrol untuk sekedar pelepas lapar dahaga yang kau berikan nantinya? Begitulah tanya yang sempat kau bisikkan pada gelas-gelas kopi teman setiamu. Karena penantianmu takkan selama ufuk pagi hingga terbenam senja.
Bahkan engkau masih sempat membayangkan ketika tuanmu mulai meraihmu. Perlahan pakaianmu kan dilepas dibuang ke tong sampah. Sementara bulu-bulu pirangmu kan tersibakkan. Lalu, hasrat pun takkan rela menunda kesabaran yang menanti di dinding tenggorokan. Hangat tubuhmu perlahan kan beradu dengan irama hentakan gigi-gigi putih. Melumatmu hingga habis bersama kepuasan tuan-tuanmu yang membuncah. Hanya menyisakan seonggok tubuh luluh lantak lunglai terlempar ke pinggiran jalan. Anjing lapar pun takkan melirikmu.
"Jagung rebus ... jagung rebus, masih hangat. Siapa yang mauuu ...," begitu parodi iklan yang dilontar si penjual dalam menjajakanmu.

2 komentar:

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...