Si Rambut Pirang (Pentigraf)
Tubuhmu masih
berkeringat kala itu. Engkau yang baru keluar dari bejana sauna, nampak begitu
menggoda. Garis-garis kecil pelapis tubuhmu nampak jelas pada gaun kuning
kecoklatan. Menggoda hasrat tuk menerawang jauh ke dalamnya. Membayangkan
kelojatmu ketika hentakan-hentakan melahapmu.
Engkau sudah
terbaring pasrah bersama yang lainnya. Menanti siapa saja tuan-tuan penikmatmu.
Entah berapakah harga yang dibandrol untuk sekedar pelepas lapar dahaga yang
kau berikan nantinya? Begitulah tanya yang sempat kau bisikkan pada gelas-gelas
kopi teman setiamu. Karena penantianmu takkan selama ufuk pagi hingga terbenam
senja.
Bahkan engkau masih sempat
membayangkan ketika tuanmu mulai meraihmu. Perlahan pakaianmu kan dilepas
dibuang ke tong sampah. Sementara bulu-bulu pirangmu kan tersibakkan. Lalu,
hasrat pun takkan rela menunda kesabaran yang menanti di dinding tenggorokan.
Hangat tubuhmu perlahan kan beradu dengan irama hentakan gigi-gigi putih.
Melumatmu hingga habis bersama kepuasan tuan-tuanmu yang membuncah. Hanya
menyisakan seonggok tubuh luluh lantak lunglai terlempar ke pinggiran jalan.
Anjing lapar pun takkan melirikmu.
"Jagung rebus ... jagung
rebus, masih hangat. Siapa yang mauuu ...," begitu parodi iklan yang
dilontar si penjual dalam menjajakanmu.
Diksinya nakal he he...
BalasHapusUps ... Terima kasih Mba Husnul sudah berkunjung ...
Hapus