Rabu, 29 September 2021

Teman perjalanan

     Kepalaku terasa sangat berat. Rasanya aku tak kuasa lagi menyanggahnya. Aku seperti diangkat oleh beberapa orang. Antara sadar dan tidak, beberapa tangan memegangi bagian tubuhku. Kedua lenganku dipegang erat. Juga kedua kakiku. Bagian bawah pinggangku pun seperti ada tangan yang menyanggah. Entah berapa orang. Tapi kurasa tiga atau empat orang. Cukup kuat untuk mengangkat tubuh yang cuma enam puluh kilogram ini.
     Aku seperti diletakkan di atas rumput. Awalnya duduk. Tapi tubuh ini seperti tak bertenaga, tak berdaya menopang tulang belakang hingga kepala. Lunglai lalu terbaring. Ujung-ujung daun rerumputan terasa menusuk lembut lenganku. 
     Gelap. Kelopak mata terasa berat kubuka. Pandanganku tak jelas. Hanya warna sejenis kekuningan yang nampak. Ingatanku terhalang rasa pening yang sangat kuat. Hatiku masih menyisakan rasa pasrah dan berserah diri kepada pemilik jiwa dan raga ini. Kalimat istigfar meluncur dari lubuk jiwa, menuju bibir yang tak mampu mengucapkannya.
     Samar kudengar suara sirine ambulance. Kembali tubuh ini seperti diangkat oleh beberapa orang. Banyak suara-suara orang berbicara di sekitar. Namun tak jelas, hingga tak kumengerti tentangnya. Kali ini aku seperti duduk dengan tubuh dan kepala bersandar. Terdengar lagi suara sirine meraung. Sekitarku seperti bergerak dan melaju. Ya, aku di dalam sebuah mobil. Entah akan dibawa kemana diriku yang tak berdaya ini.
     Perlahan kucoba membuka kelopak mataku. Lalu kuangkat tanganku mendekatkan jemari ke mataku. Jemari yang masih bisa kugerakkan mengucek mataku. Remang-remang pandanganku mengeksplor sekitar. Aku berada di dalam sebuah mobil yang sedang melaju kencang. Raungan sirine menepikan semua kendaraan di depan. Semua memberi jalan mobil yang kutumpangi, yang ternyata sebuah mobil sedan polisi. 
     Di sebelah kanan kiriku duduk dua orang lelaki berseragam polisi. Mereka tampak tersenyum melihatku sudah siuman. 
     Apa yang telah terjadi padaku? Bukankah tadi pagi aku berangkat kerja, mengendarai Baleno metalik tahun 2000 milikku? Dengan kepala masih terasa berat dan pening yang hebat, kucoba mengingat-ingat. 
     Oh ya. Tadi pagi aku mau masuk pintu tol Sumber Jaya. Namun kubatalkan karena aku harus mencari ATM untuk transfer sejumlah uang kebutuhan anakku di pondok di Bumiayu. Di Jatiwangi yang hanya beberapa kilometer lagi, ada bank BJB. 
     Oh ya. Di perjalanan menuju Jatiwangi aku sempat berkali-kali menguap karena ngantuk. Ingin berhenti sejenak saja sekedar mengusir kantuk, tapi kupikir tanggung lokasi ATM sudah dekat. Namun kantukku begitu berat dan tak kuasa kutahan. Mungkin aku terlelap ....
     Lalu, dimana mobilku? Aku kecelakaan? Ingin kubertanya kepada pak polisi di sebelahku. Tapi tenggorokanku terasa kering. Mulutku terasa susah kubuka. Aku segera memeriksa sekujur tubuhku. Kuraba kepala dan wajahku. Ada rasa perih di kening kiriku. Kuraba perlahan. Seperti ada luka lecet. Tak ada darah, syukurlah. Bahu kananku terasa sangat sakit. Tanganku, kakiku, semua utuh. Alhamdulillah.
     Mobil yang kutumpangi berbelok dan masuk halaman sebuah puskesmas. Dengan dibantu pak polisi aku bisa keluar dari mobil dan berjalan memasuki ruang IGD. Aku bersyukur masih bisa berjalan walaupun harus dipapah oleh dua orang polisi karena kepalaku masih sangat pening.
     Aku dibaringkan di atas sebuah blankar. Beberapa perawat segera datang melakukan pemeriksaan. Beberapa pertanyaan diajukan dalam rangka konfirmasi barangkali ada bagian tubuh yang terasa sakit, terluka atau cidera. Keluhanku hanya kepala yang pening berat dan lengan kanan atas serta bahu yang terasa sakit. 
      Seorang perawat menghampiri untuk mengoleskan cairan Betadine di dahi kiriku. Rasa perih sedikit terasa. Setelah itu aku diminta membuka baju untuk pemeriksaan lengan atas dan bahu kananku. Nampak ada memar kebiruan seperti bekas terbentur benda keras.
      Pak polisi menyerahkan tas cangklek hitam dan memintaku untuk memeriksanya. Seluruh isinya masih utuh. Juga dompet kulit warna coklat yang mungkin diamankan dari saku celanaku. Tak lupa aku bertanya kronologi kejadian yang baru saja menimpaku. Aku baru tahu bahwa aku menabrak sebuah truk pengangkut kayu bakar. 
     Pak polisi pamit dan berpesan bila kondisiku sudah baik segera menghubungi Polsek Jatiwangi. Juga mengingatkan untuk segera menghubungi keluarga. Akupun segera mengambil hp dari dalam tas kecilku. Aku langsung mencari nama Bunda dan kutekan simbol telepon berwarna hijau. 
     Aku ditinggal sendirian di ruang IGD yang cukup luas. Ada beberapa blankar terjajar di sebelahku. Kuamati, ada bekas bercak darah yang sudah mengering. Pasti bekas pasien kecelakaan, pikirku. Disudut ruangan ada sebuah tabung oksigen ukuran besar. Dari papan data kuketahui bahwa aku saat ini berada di puskesmas Jatiwangi. 
     Aku segera mengambil handphone untuk memberitahu apa yang terjadi.
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Writer's Block

Pentigraf Oleh: Yoyon Supriyono Diskusi mingguan sekitar masalah literasi di komunitas literasi Zamrud semakin ramai saja. Semu...